PART 8 "Siapa Pengkhianat Sebenarnya? "

84 1 0
                                    

Drrrtt...drrrtt..drrtt..

     Lyssa melihat nama yang tertera di layar ponselnya. Setelah itu raut wajahnya berubah.

"Siapa?" tanya Vanno ikut penasaran,  apalagi saat menyadari raut wajah Lyssa berubah muram.

"Rakha." jawab Lyssa lemah.

"Jawablah. Kakak keluar dulu." ucap Vanno sambil beranjak. Sebelum keluar dia menyempatkan diri untuk mengelus puncak kepala Lyssa.

"Jangan terlalu khawatir. Mungkin saja dia ingin membicarakan hal penting." ujar Vanno saat Lyssa belum kunjung menjawab panggilan itu.

"Kalau ada apa-apa katakan pada kakak." setelah itu Vanno benar-benar keluar dari kamar Lyssa dan menutup kamar adiknya tanpa diminta.

      Lyssa menarik nafas dalam-dalam lalu menghelanya dengan berat.

"Hallo." ucapnya setelah dia menggeser ikon hijau dan menempelkannya di telinga.

"Bisa kita bertemu?" tanya Rakha to the point.

"Untuk apa? Bukankah tadi kita baru selesai melakukan pertemuan keluarga?" tanya Lyssa balik.

"Ada yang harus aku bicarakan secara pribadi dengan mu, bukan dengan keluarga mu." jawab Rakha dengan nada yang terdengar serius.

"Tidak bisakah kau katakan saja lewat telefon?" tanya Lyssa dengan nada malas.

"Aku ingin membicarakannya langsung." jawab Rakha menuntut.

"Aku tidak ingin bertemu dengan mu." ucap Lyssa jujur.

"Ini tidak akan lama. Kalau kau malas menyetir, aku akan mengirimkan sopir dan mobil yang akan menjemput mu." balas Rakha tetap mendesak.

"Kau pikir aku tidak punya supir? Aku bukan malas menyetir, aku malas bertemu dengan mu." ucap Lyssa tetap bersikeras dengan kemalasannya.

"Ku mohon. Ini penting." pinta Rakha dengan nada memohon.

       Lyssa menghela nafas lelah.

"Baiklah baiklah. Dimana aku harus bertemu dengan mu?" tanya Lyssa tidak ingin basa-basi lagi

"Aku akan mengirimkan alamatnya pada mu. Aku akan menunggu mu di disana." jawab Rakha terdengar lega saat Lyssa menyetujuinya.

"Hm.. Aku tutup panggilan mu." ucap Lyssa kemudian langsung memutus panggilan itu sepihak.

"Mau apalagi sih dia? Apa dia tidak pernah bosan membuat ku kesal? Dari dulu dia sangat pemaksa. Jika dia terus-terusan seperti itu, aku benar-benar semakin membencinya." ucap Lyssa sambil meletakkan handphonenya agak jauh dari tempatnya duduk.

     Meski begitu, Lyssa akhirnya memutuskan untuk beranjak dengan sangat berat.

*****

      Rakha melambaikan tangannya saat Lyssa memasuki cafe tempat mereka bertemu. Cafe itu nampak sepi. Bahkan hanya ada beberapa pengunjung yang letak tempat duduknya berjauhan.

       Lyssa melangkah menuju pojok cafe itu, dimana Rakha tengah menunggunya.

"Kau ingin memesan dulu?" tawar Rakha saat Lyssa duduk di hadapannya.

"Katakan saja yang ingin kau katakan. Aku tidak mau berlama-lama dengan mu." jawab Lyssa dengan nada ketus.

"Baiklah." ucap Rakha menurut.

      Rakha menyesap americanonya terlebih dahulu.

"Aku ingin membicarakan tentang pernikahan kita." ujar Rakha mengawali.

Hubungan dalam Kerumitan (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang