PART 22 "Segala Pendapat"

99 1 0
                                    

        Vanno masih setia menemani Lyssa di ruang rawat inapnya. Lyssa sendiri tidak di ingin tidur lagi sekarang, dia bilang dia tidak mengantuk sama sekali dan hanya ingin terjaga.

"Kakak gak jadi nyelesain pekerjaan kantor?" tanya Lyssa heran karena Vanno tetap santai saat menemaninya.

"Ini kan hari libur." jawab Vanno santai.

"Kalau emang ini hari libur, kenapa tadi pagi kakak sibuk kerja? Dan pas aku ajak jalan-jalan, kakak juga bilang masih banyak kerjaan lah, mau ngecek presentasi lah, mau periksa dokumen penting lah, banyak banget kayanya kerjaan kakak sampai gak bisa nemenin aku jalan-jalan." sindir Lyssa terang-terangan.

      Vanno menatap Lyssa cukup lama sampai Lyssa kesal karena hanya ditatap.

"Katakan sesuatu. Jangan hanya menatap ku seperti itu." keluh Lyssa menjadi kesa sendiri.

"Memang pekerjaan kakak sangat banyak tadi pagi. Dan untungnya sebelum Dara menelefon kakak, pekerjaan kakak sudah selesai dan kakak baru akan berniat mencari makan siang." jelas Vanno dengan tenang.

"Dara?" Lyssa tampak berpikir sejenak.

"Iya. Dara kan yang membawa kamu ke rumah sakit. Dara juga yang memberi tau kakak." sahut Vanno.

"Ah, benar. Aku baru berbaikan dengan Dara tadi pagi." gumam Lyssa.

"Lalu dimana Dara?" tambahnya bertanya pada Vanno.

"Dara pamit. Katanya dia harus bersiap-siap. Atasannya meminta dia mengecek segala yang ia butuhkan untuk berangkat ke Australia. Itu katanya tadi, dan dia bilang sudah memberi tahu mu sebelumnya." jawab Vanno sambil meneliti ekspreai Lyssa yang nampak sedih.

"Iya memang sudah. Aku padahal baru berbaikan dengannya tapi dia sudah harus pergi ke Australia untuk waktu yang tidak sebentar." ujar Lyssa mendadak murung.

"Namanya juga menjalankan tugasnya dan dia harus bertanggung jawab dengan tugasnya." ucap Vanno tetap tenang.

"Aku mengerti. Hanya tidak menyangka saja kami bisa berbaikan tapi setelah itu dia pergi. Ku pikir baikan kami hanya sebagai jalan damai sebelum dia pergi." tukas Lyssa.

"Bagaimana kamu bisa berbaikan dengannya?" tanya Vanno penasaran.

"Bagaimana kami berbaikan? Tentu saja dengan saling memaafkan." jawab Lyssa dengan santai.

"Kamu bisa memaafkannya?" tanya Vanno ingin tau tapi tatapannya memiliki maksud tertentu.

"Iya. Aku bisa. Aku rasa dia sebenarnya tidak salah sama sekali. Lagipula bukan salahnya jika Devan mencintainya. Tidak ada yang salah dengan mencintai atau dicintai oleh seseorang." jawab Lyssa tidak menyadari maksud pertanyaan Vanno.

"Itu artinya kamu juga bisa memaafkan Rakha." ucap Vanno tiba-tiba membuat Lyssa menatapnya.

"Apa maksud, Kakak? Tentu saja berbeda. Kesalahan Rakha itu tidak bisa dibandingkan dengan kesalahan Dara. Atau sebenarnya Dara itu tidak pernah salah. Tapi kalau Rakha, dia memang salah. Dan aku membencinya." jawab Lyssa tiba-tiba marah.

"Kamu membencinya? Yakin? Lalu kenapa kamu tidak menceraikannya saja?" tanya Vanno menantang.

"A-....." Lyssa tidak menemukan jawaban yang tepat.

"Menurut kakak kamu tidak sedang menahan keputusan itu karena kamu tidak mencintainya. Kamu menahannya karena kamu sendiri tidak tau bagaimana perasaan mu. Disatu sisi kamu kecewa dan marah padanya. Tapi sisi yang lain merasa kamu mulai membuka hati untuknya dan tidak mau melepaskan dia begitu saja." ujar Vanno memberi Lyssa jawaban.

Hubungan dalam Kerumitan (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang