1 | Ayumi Sarasmitha

3.3K 499 672
                                    

"Jangan lupa bahagia!"

Zia tersenyum mendengar suaranya sendiri dalam video. Entah kenapa seolah-olah kalimat itu bukan hanya untuk orang-orang yang mendengar, tapi juga untuk dirinya sendiri. Menjadi konten kreator bukanlah keinginan Zia apalagi sebelum mendalami dunia Youtube, Zia bahkan tidak percaya diri di hadapan kamera. Namun, meski begitu, ia tidak akan pernah bisa menolak permintaan tiga teman yang masuk dalam kategori manusia tampan di sekolah menurut para siswi, tetapi menurut Zia mereka tidak masuk ke dalam kategori itu.

Bagaimana, tidak? Ketiga manusia yang dibilang tampan itu memiliki kebiasaan yang aneh.
Devan suka membuang kotoran hidung di sembarang tempat, Davin suka mendengkur saat tidur, dan Danu yang terlalu pembersih. Namun, Zia tetap menyayangi mereka meski aneh.

Setelah beberapa jam menemani tiga manusia itu mengedit video dan hari sudah gelap, Zia merasa lapar. Ia menghela napas panjang tatkala melihat ketiga temannya masih sibuk mengedit video padahal ia tadi ingin memberi kode agar dibelikan sate. Namun, ia urungkan karena tak ingin mengganggu aktivitas mereka.

Zia beranjak duduk di atas kasur milik Danu lalu memeluk bantal sambil memangku dagunya. Helaan napas berat juga berulang kali terdengar, tetapi ketiga temannya tak ada yang peka. Apakah ia harus memberi kode? Namun, sepertinya percuma karena jika sedang fokus mengedit, mereka tak akan bisa terganggu. Tanpa menunggu waktu lama, ia meletakkan bantal kembali ke tempatnya lalu beranjak ke dapur.

"Mau ke mana lo?" tanya Devan saat Zia baru saja berdiri.

"Cari makanan. Zia laper."

"Percuma ... enggak ada apa-apa di dapur." Danu bersuara setelah bayangan Zia hilang di balik sekat.

Davin menutup laptop kemudian memasukkan benda itu ke dalam tas. "Orangnya udah gak ada, lo baru ngomong."

Menyadari hal itu, Danu beranjak menemui Zia di dapur. Bukan karena kasihan dengan Zia yang merasa lapar, tapi karena tahu jika cewek itu akan mengacak-acak dapurnya apalagi ia paling tidak bisa melihat sesuatu yang berantakan. Jika menurut Zia, ia berbakat menjadi Office Boy.

"Danu, Zia mau masak di sini boleh, 'kan? Laper banget, dari SD belum makan," pekik Zia dari dapur sebelum Danu sampai di dapur.

"Kanzia Razita, suara lo bisa pelan dikit, enggak?"

Bukannya meminta maaf, Zia justru menyengir. "Danu Adhiatma, kata Bunda ... Zia boleh berisik di sini."

Zia kembali mengocok telur yang tadi ia ambil di kulkas. Bukan hanya Zia yang suka berlaku seenaknya di rumah Danu, tapi juga si kembar Devan dan Davin. Namun, hal itu wajar sebab Danu juga seperti itu jika berada di rumah mereka.

"Cara nyalain kompor ini gimana, sih?" Danu mengambil mangkuk berisi telur yang dipegang Zia, meletakkannya di atas meja, lalu menarik Zia keluar dari ruangan itu. "Eh! Kenapa narik tangan Zia?"

"Mau ajak lo makan sate."

Mendengar itu, mata Zia berbinar senang. "Serius?"

Danu mengangguk. "Sebagai permintaan maaf gue karena prank tadi."

Ah iya, video yang tadi mereka edit adalah video prank pernyataan cinta Danu pada Zia. Menurut Zia, prank tadi benar-benar tidak lucu hingga rencana yang telah diatur ketiga cowok itu gagal. Bagaimana, tidak? Zia sadar akan kamera yang menyala saat prank berlangsung. Lagi pula siapa yang ingin bersanding dengan cowok pembersih itu?

Zia tersentak saat sadar mereka sudah melewati pagar rumah Danu. "Kita enggak pake motor?"

"Jalan aja," kata Danu.

"Demi planet mars dan alien di sana, Danu tega lihat Zia kecapekan?"

"Warung sate Pak Maman ada di depan dan lo mau naik motor? Yang ada, lo cuma habisin bensin gue," balas Danu.

Zia cemberut. "Jahat Danu, ih!"

Sebenarnya saat prank, Danu tidak bercanda dalam hal mengutarakan perasaan. Ia benar-benar menyimpan rasa pada gadis yang telah menjadi temannya selama sebelas tahun itu. Ia pikir saat Zia mulai tenggelam pada tatapan matanya, ia akan diterima. Namun, dugaannya salah sebab Zia justru tertawa karena sadar jika hal itu hanya prank. Ia menghela napas panjang lalu melirik gadis berambut panjang yang sibuk memerhatikan jalan.

"Zi!" Zia menoleh. "Soal tadi sia ...."

"Iya, Zia maafin," potong Zia membuat Danu refleks terdiam.

"Gue suka sama lo." Danu melihat Zia memutar bola mata cuek, mungkin yang ada di pikiran gadis itu adalah ia tengah melakukan prank. "Gue beneran suka sama lo, Zi!" tegas Danu.

Zia menoleh lalu menjawab, "Danu, Zia capek di-prank terus. Mana Zia laper lagi, mending Danu jalannya cepet sebelum warung Pak Maman tutup."

Lagi dan lagi Danu harus menelan bulat-bulat harapannya. Sampai kapan ia harus bertahan dengan perasaan itu sementara Zia tidak peduli? Terjebak friendzone adalah kata yang tepat untuk mewakili kisahnya saat ini. Mungkin ia salah karena mencintai gadis yang menjunjung tinggi nilai persahabatan.

*****

Jika bukan karena Zia yang terlambat bangun, mereka tidak akan terlambat. Belum lagi yang tengah mengajar di jam pertama adalah Bu Rumi. Guru yang terkenal baik, tetapi jika ada yang bermasalah dengannya, maka tidak akan mendapatkan nilai di atas standar KKM.

Langkah 3DZia melebar saat hampir tiba di kelas. Saat di ambang pintu, mata mereka berbinar karena Bu Rumi tidak ada di dalam kelas. Dengan cepat, mereka masuk dan duduk di bangku masing-masing. Namun, baru saja tubuh mereka mendarat pada bangku kayu, Bu Rumi berdiri di ambang pintu dengan seorang siswi di sebelahnya.

"3DZia! Bagus, ya, kalian terlambat lagi." Bu Rumi mengabaikan cengiran keempat murid yang terlambat itu. "Saya ada hadiah untuk kalian di semester ini."

Mendengar itu, mereka berempat bergidik ngeri. Sudah ada di bayangan mereka tentang apa yang akan terjadi pada nilai Biologi semester ini. Danu menatap ketiga temannya lalu menatap Bu Rumi yang memasang wajah kesal.

"Maaf Bu, tadi kita ...."

"Ibu tidak butuh alasan."

Bu Rumi masuk ke dalam kelas bersama seorang gadis asing yang memakai seragam seperti murid lain. Ia meminta siswi baru itu untuk memperkenalkan diri pada semua murid yang ada di kelas. Setelah itu, ia kembali meminta agar siswi tadi duduk di sebelah siswi yang bernama Dina. Tak ada satu pun siswa yang tak memerhatikan siswi baru itu, termasuk Danu.

Siswi baru yang bernama lengkap Ayumi Sarasmitha itu mengangguk lalu duduk di bangku yang dimaksud Bu Rumi. Setelah duduk, Bu Rumi kembali bersuara. "Jangan berisik, Saya mau ngambil buku tugas minggu kemarin."

Tanpa ada yang sadari, Zia sedari tadi memerhatikan ketiga temannya yang juga memerhatikan Ayumi, siswi baru itu. Namun, tatapannya hanya terfokus pada salah satu di antara mereka, Danu. Ia terus saja menatap lelaki yang kini menatap orang lain dengan teduh.

****

Enggak kok, Zia nggak suka Danu.

Pelan-pelan kalian bakal tau kok apa aja yg bakal terjadi sama mereka. Ditunggu vote dan komennya.

With love❤
ArinaKhai

Zia (PRE ORDER)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang