17 | Pengakuan Ayumi

1K 109 43
                                    

Danu:
Van, lo lg sama Zia?

Devan:
Enggak. Kayaknya dia lg pergi sm Yumi

Danu:
Ke mana? Lo anterin kan?

Devan:
Iya. Gue pasti menjalankan amanah dgn baik

Danu:
Thanks

Devan memilih mengabaikan pesan terakhir dari Danu. Ia merasa jika Danu tidak pernah benar-benar meninggalkan Zia. Sebab sebaik apa pun berusaha tidak peduli, justru rasa tidak tega yang selalu menghampiri cowok itu. Selain mengabaikan pesan Danu, ia juga mengabaikan game yang sedang dimainkan bersama Davin sebab sibuk memikirkan hubungan kedua sahabatnya yang merenggang. Ia heran mengapa mereka selalu menyakiti diri sendiri tanpa sadar.

Devan menghembuskan napas kesal dan kembali fokus pada layar televisi. "Vin, menurut lo ... Zia suka sama Danu, enggak?"

Kening Davin mengerut mendengar pertanyaan Devan. "Maksud lo?"

"Lo pernah mikir enggak, kenapa Zia lebih dekat sama Danu daripada kita? Padahal kita temenan sama Zia itu sama-sama dari SD," jelas Devan.

"Ya, karena mereka tetanggaan, Bego!"

Mendengar jawaban sang adik, Devan berdecak. "Enggak, gitu! Susah emang ngomong sama orang yang otaknya setipis tisu toilet."

"Iya, paham gue, paham. Lo cemburu, 'kan?"

Davin tersenyum tanpa dosa, seolah apa yang dikatakan adalah sebuah kebenaran yang selama ini Devan simpan dalam-dalam. Ia melihat saudara kembarnya itu berdecak kesal. Tak hanya dirinya yang beranggapan seperti itu, bahkan sang ibu juga berpikir demikian. Bukan tanpa alasan mereka menebak jika Devan menyukai Zia, sebab mereka selalu memerhatikan Devan suka menjahili gadis itu di mana pun ada kesempatan.

Rasanya Devan ingin membantah perkataan Davin, tetapi ia rasa percuma saja karena Davin tidak akan peduli dengan hal tersebut. "Serah lo!"

"Gue tau kok, lo suka jailin Zia karena punya perasaan lebih." Davin terkekeh sejenak. "Cara lo basi tau, enggak!"

Devan hanya diam dan fokus pada layar televisi meski Davin sibuk mengusiknya dengan membahas perihal perasaannya pada Zia. Ia tidak peduli sebab memang kepedulian yang dilakukan murni karena persahabatan. Sama seperti Zia, cowok itu juga menjunjung tinggi nilai persahabatan. Lagi pula, bukankah bersahabat seperti sekarang sangat menyenangkan?

Notifikasi WhatsApp berbunyi menandakan satu pesan baru saja masuk. Devan segera melirik ponselnya dan melihat nama Danu yang tertera lewat pop up. Ia langsung meletakkan stick playstation dan beralih pada ponsel.

Danu:
Jgn lupa jemput Zia nanti.

Devan:
Tenang. Zia aman sama gue

*****

Bukan Zia namanya jika Instastory di akun Instagram miliknya hanya berisi barang-barang endorse. Di sana terdapat juga video, foto, atau boomerang yang ia lakukan di setiap kegiatan. Namun, bukan hanya dirinya yang seperti itu sebab hampir semua konten kreator yang melakukan hal itu. Ke mana pun pergi, selalu saja ada yang meminta boomerang atau hanya sekadar foto bersama. Ia tidak pernah bersikap sombong terhadap para fans. Oleh sebab itu, banyak yang menganggap hal itu sebagai nilai plus yang ada pada dirinya.

Setelah membuat video untuk Instastory, gadis itu kini mencari-cari restoran yang dikatakan Ayumi tadi siang. Meskipun sering pergi ke mall, Zia tidak hapal bagaimana tata letak toko atau restoran yang ada di sana. Yang ia hapal hanya letak arena bermain dan bioskop. Ia kembali menatap layar ponsel dan mencoba menghubungi anggota baru 3DZia team itu. Namun, belum sempat mendapat jawaban dari seberang telepon, sebuah suara membuatnya terkejut.

Zia (PRE ORDER)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang