Satu

3K 197 43
                                    

Its the start
The story will begin

"Nah, selesai ... lihatlah anak-anak Eomma lucu dan tampan sekali eoh." Hana memasangkan beanie merah bergambar beruang pada salah satu 'anak'nya dan biru untuk satu yang lainnya.

Jungho menatap istrinya miris, dua tahun sudah Hana mengalami hal ini. Guncangan hebat akibat kepergian Yoongi sungguh mengubah hidup Hana, membuat wanita itu bak mayat hidup di minggu pertama kepergian putra tengahnya itu. Seluruh keluarga tentunya sangat terpukul, belum kering luka akibat ditinggal salah satu anggota keluarga, sang ibu yang harusnya merengkuh anak-anaknya yang lain malah tumbang lebih dulu.

Hana tak makan berhari-hari sampai harus dilarikan ke rumah sakit akibat mal nutrisi. Kelegaan Jungho dan kedua putranya hanya sementara saat Hana tampak lebih bugar saat pulang dari rumah sakit, ia juga mulai memakan makanannya dengan baik sampai pada saat suatu malam Jungho kembali menemukan Hana sesenggukan di balkon rumahnya.

"Hiks ... kembali nak, Eomma rindu. Rindu Yoongi rindu Yoonjae, apa Eomma boleh menyusul kalian?" Seketika Jungho langsung merengkuh tubuh bergetar itu saat kalimat terakhir Hana ucapkan. Tidak, tidak lagi. Sudah cukup Jungho kehilangan kedua anak kembarnya ia tak ingin kehilangan istrinya.

"Yeobo tenanglah, anak-anak kita sudah bahagia di sana, kau harus kuat demi mereka, mereka akan sangat merasa sedih melihat kau seperti ini." Bukannya terdiam Hana justru semakin meraung, ia melihat tangannya yang terkepal menggenggam sesuatu, ia buka perlahan dan nampaklah sebuah liontin milik Yoongi yang ia simpan hingga Yoongi pergi tanpa mengetahui bahwa ia mempunyai saudar kembar.

Dibukanya liontin itu, terlihat dua foto bayi di dalamnya, di kedua sisinya. Foto itu diambil saat si kembar berusia tiga minggu. Sesaat setelah Min Yoonjae baru pulang dari rumah sakit.

Yoonjae yang notabene adalah kakak Yoongi karena ia lahir tiga menit lebih awal daripada Yoongi, tapi keberuntungan agaknya enggan mampir dalam hidupnya yang baru saja dimulai.

Keduanya memang lahir prematur karena usia kandungan Hana yang pada saat itu baru menginjak usia 7 bulan. Keduanya harus dirawat secara intensif, terlebih Yoonjae. Bayi Yoongi diperbolehkan pulang setelah satu minggu tinggal di dalam kotak kaca hangat itu, sedang sang kakak baru boleh pulang dua minggu kemudian.

Hana mengingatnya, kedua bayi kemerahan itu, ia sangat menantikannya. Betapa bahagianya dia saat dokter memberitahukannya pada saat pemeriksaan terakhir kandungannya bahwa bayi yang ia kandung adalah bayi kembar.

Namun lagi-lagi Hana harus menelan pil pahit hasil dari takdir Tuhan. Bayinya, bayi kembar yang dinantikannya satu persatu pergi meninggalkannya. Hati ibu mana yang tak akan hancur hingga menjadi serpihan terkecil saat hasil buah cintanya yang dengan segenap hati ia bawa kemana-mana dalam perutnya kini tak lagi bisa bersamanya. Mereka lebih disayang Tuhan.

Lelah, air mata Hana seakan mengering. Mulutnya tak lagi meraung, tubuhnya melemas seiring matanya yang terpejam. Jungho sedikit bisa bernafas lega karena istrinya sudah tertidur, ia lantas mengangkatnya dan membaringkannya di atas kasur dan menyelimutinya lalu ikut masuk ke dalamnya.

Di lain kamar, si bungsu juga tengah mati-matian berusaha menghentikan tangisnya. Raungan sang ibu menggugah emosinya kembali. Kerinduan akan sosok sang kakak kembali menelusup ke dalam hatinya. Ia tatap sekali lagi pergelangan tangan kirinya, bekas jahitannya masih sangat kentara karena baru empat hari lalu jahitan itu dibuat.

Lagi, rasa ingin kembali bertemu dengan kakaknya itu lagi-lagi hampir merenggut logikanya tapi secepat kilat ia segera mengingat janjinya. Janti untuk tak akan bertindak bodoh, hidup lebih baik seperti apa yang kakaknya minta dan melindungi seluruh keluarganya.


















Pukul tujuh pagi Jungho sudah rapih dengan stelannya, mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan, mencari antensi wanita yang sangat dicintainya namun tak ia temukan.

Setelah kepergian Yoongi, Hana hanya akan berdiam diri di dalam kamar tanpa melakukan hal apun, tapi melihat kondisi Hana setelah pulang dari rumah sakit dua hari yang lalu sepertinya ia sudah baik-baik saja dan mungkin ia mulai melakukan aktivitasnya kembali, seperti memasak sarapan mungkin. Begitu pikir Jungho.

"Kook, kau tak melihat eomma mu?" tanya Jungho saat melihat anak bungsunya itu duduk di meja makan, memasukkan roti berlapis selai itu hati-hati ke dalam mulutnya. Ia hanya menggeleng sesaat, tak menjawab karena mulutnya sedang penuh dengan roti.

Melihat Jungkook yang sarapan hanya dengan sepotong roti, anggapan Jungho tentang Hana yang memasak seketika sirna, lalu dimana istrinya. Ia panik tentu saja, walau bagaimanapun kondisi Hana belum benar-benar stabil baik fisik maupun mentalnya. Bagaimana jika dia pergi keluar, bagaimana jika sesuatu terjadi pada istrinya? Sungguh Jungho tak akan bisa memaafkan dirinya sendiri jika sesuatu yang tak diharapkan itu terjadi.








Drrrtt ... Drrrttt

Jungho terkesiap, ponselnya berdering. Ia sedikit mengernyit heran lalu segera menggeser ikon hijau pada layar ponselnya.

"Yeobo, kau dimana?" Ya, Hana menelpon.

"...."

"Maksudmu? Tunggu di sana, akan ku jemput." Jungho sudah menyambar kunci mobil yang sebelumnya ia letakkan di atas meja makan namun urung.

"...."

"Baiklah, hati-hati aku akan berangkat setelah ini." Jungho meletakkan ponselnya ke atas meja dan mulai mengoleskan selai kacang di atas potongan rotinya.














.....






Hana tersenyum senang, memeluk paperbag besar yang ia dapat dari toko salah satu temannya.

Pagi-pagi sekali tadi Hana bergegas menuju salah satu toko mainan milik teman masa SMA nya yang letaknya tak jauh dari rumahnya, hanya butuh waktu dua puluh menit jika ditempuh menggunakan taksi.

Tokonya belum buka tentunya karena masih terlalu pagi tapi Hana sejak di rumah tadi sudah mengguhubungi temannya itu,  ia minta pada temannya untuk datang ke tokonya karena Hana hendak kes ana.

Beruntung temannya itu orang yang baik, ia memenuhi permintaan Hana dan tiba di toko tepat saat Hana baru turun dari taksi.

"No Sumi, lama tidak bertemu." Sumi, teman masa SMA nya itu merentangkan kedua tangannya yang disambut dengan tubuh Hana yang masuk dalam pelukannya.

"Bagaimana kabarmu? Emm, aku turut berduka, kudengar putramu--" Belum sempat menyelesaikan kalimatnya Hana segera memotong.

"Boleh kita masuk ke dalam, aku perlu sesuatu." Sela Hana yang dibalas anggukan oleh Sumi.





























Tbc



Sudah ya.. Dikit-dikit aja nanti lama-lama tinggal sedikit lagi.. Eheh apaan coba 😅😂

[ END ] BEGIN  ~Sequel Of Just Minute~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang