Duabelas

1.1K 121 29
                                    

Seorang wanita dengan celemek hijau muda yang menggantung di lehernya itu pun sibuk berlalu lalang, berjalan dari dapur menuju ruang makan juga sebaliknya. Jam sudah menunjukkan pukul 7.40, putranya belum juga keluar dari kamar membuatnya mendengus kecil.

Setelah semua makanan tertata rapih di meja makan, ia melepas celemek dan menggantungnya di dinding, mencuci tangannya lalu berjalan menuju kamar sang putra.

"Suga ayo, kita sudah hampir terlambat." Ia mengetuk-ngetuk pintu bercat putih itu hingga tak lama pintu itu terbuka menampilkan sosok pemuda dengan penampilan yang sungguh tak dibayangkan oleh Taeri sebelumnya.

"ASTAGA, SUGA!" Rambut berantakan, mata setengah terpejam yang digosok pelan dengan sebelah tangan, bibir mencebik yang sesekali menguap lebar dan piyama yang sudah tak berbentuk karena dua kancing atasnya yang terbuka.

"Hooaammm ... kenapa Eomma berteriak?" Suga menggosok kasar kupingnya yang terasa berdengung akibat teriakan sang ibu.

"Kau tak ingat perkataan Eomma semalam? Lihat, jam berapa sekarang." Suga memicing karena matanya yang sipit ditambah rasa kantuk yang masih menyerang membuat pandangannya sedikit mengabur.

"Bisakah aku tak usah melakukannya? Aku baik-baik saja, Eomma,  aku rasa tak ada yang perlu diperiksakan." Kepalanya ia bawa untuk bersandar pada bingkai pintu. Sungguh, dirinya masih sangat mengantuk mengingat semalam ia  mengerjakan tugas yang harus ia selesaikan karena waktu yang tersisa hanya sedikit. Tugas itu diberikan sebelum Suga masuk kuliah pertama kali tapi tugas tetap dibebankan padanya karena waktu pengumpulannya baru dua hari yang akan datang.

"Tidak ... tidak ... kau harus tetap melakukannya. Sekarang mandi lalu sarapan, kita sudah sangat terlambat jika kau tak bergegas." Taeri mendorong kasar tubuh Suga untuk masuk ke dalam kamar. Setelahnya ia menuju kamarnya sendiri untuk bersiap.



















.....









Jungkook memakan sarapannya dalam diam, di meja makan itu hanya ada dirinya dan Geumjae yang juga diam menikmati menu sarapan yang ia masak sendiri.

"Masih pusing?" Geumjae bertanya karena Jungkook yang terus terdiam. Anak itu terpaksa ia jemput di kampus kemarin karena Jungkook tak bisa mengikuti kelas seusai dirinya pingsan dan berakhir di ruang kesehatan.

Jungkook mendongak dengan sendok yang menggantung di mulutnya, menggeleng sekilas lalu mengunyah makanannya dengan pelan.

"Hyung." Jungkook ragu. Haruskah dia mengatakan keresahannya pada sang kakak, karena sungguh, hal itu yang membuat kepalanya seakan mau pecah dari kemarin.

Geumjae tak menjawabnya dengan kata, hanya tatapan mata yang seolah bertanya 'ada apa' sedang tangannya yang masih sibuk menyuapkan makanan ke dalam mulutnya.

"I-itu, aku emm aku kemarin seperti melihat-- "


"Jae." Suara berat sang ayah terdengar sedikit keras dari dalam kamar. Geumjae yang merasa terpanggil bergerak meninggalkan meja dan berjalan menuju kamar orang tuanya.

"Ada apa, Appa? " Tubuhnya belum sempurna masuk ke dalam, tapi pintu yang terbuka membuatnya bisa melihat wajah sang ayah yang sedang duduk di pinggiran ranjang nampak khawatir.

"Eomma mu,  sepertinya lambungnya kambuh lagi. Kau bisa mengantarnya ke rumah sakit? Appa tak bisa izin sekarang dari kantor." Geumjae semakin berjalan mendekat, melihat tubuh sang ibu yang meringkuk di atas ranjang dengan peluh yang membanjiri wajahnya.

[ END ] BEGIN  ~Sequel Of Just Minute~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang