Tigapuluh Dua ~ END

2.3K 110 51
                                    

Semuanya sudah terbongkar bahwa Taeri tak melakukan perbuatan kriminal itu sendiri. Seokjin dengan segala rasa pasrahnya mengakui perbuatan sang paman di hadapan keluarga Min. Marah tentu saja, terutama Jungkook. Seokjin bahkan tak mengelak saat kepalan tangan Jungkook menyerang tubuhnya bertubi-tubi. Tangis Jungkook menambah beban Seokjin semakin berat.

Kini, nama Kim Donghae sudah tak bersih lagi, ia ditangkap di kediamannya di kota Ilsan. Namun sesuai permintaan keluarga Min, polisi tak menyinggung tentang siapa saksi yang menggiring para aparat itu untuk melakukan penangkapan terhadapnya.

Ya, keluarga Min adalah salah satu keluarga yang seluruh anggotanya berhati malaikat. Meski Haejin terlibat, mereka tak memberatkannya pada hukum. Tentu karena mengetahui kondisi gadis itu dan atas permintaan Suga.

"Terimakasih karena sudah memaafkan kami. Setelah ini kami tidak akan mengganggu keluarga kalian lagi." Haejin menoleh cepat ke arah sang kakak. Mereka berdua tengah berada di rumah keluarga Min. Haejin tak mengerti mengapa sang kakak mengajaknya kemari. Tentu pada awalnya ia merasa senang karena akan bertemu Suga, tapi ternyata dugaannya salah.

Haejin tak berani protes tapi sorot mata dan juga air mata yang terlanjur jatuh itu tak dapat membohongi siapa saja yang melihat.

"Kenapa begitu?" Suga yang baru saja keluar dari kamarnya yang juga baru mengetahui jika kedua kakak beradik itu tengah berada di ruang tamu rumahnya pun terheran saat mendengar penuturan Seokjin.

Geumjae dan Jungho tak menjawab, berharap Seokjin sendiri yang menjelaskan maksud perkataannya pada Suga.

"Kami terlalu banyak menyakiti keluarga ini, kesalahan kami harusnya tak bisa dimaafkan, kalian terlalu baik untuk kami yang tak tahu terimakasih ini." Suga terdiam. Pandangannya mengarah pada gadis di hadapannya yang terisak pelan sembari menunduk.

"Jangan pergi."


















.
.
.





Sudah satu bulan semenjak kepulangan Suga. Kini, giliran Hana yang akan kembali pulang setelah melakukan perawatan di rumah sakit jiwa. Dari awal bertemu dengan Suga, Hana sudah memaksa untuk pulang, tapi Suga dengan caranya sendiri mencoba meyakinkan sang ibu untuk melakukan pengobatan hingga benar-benar sembuh.

"Selamat datang kembali, Eomma." Hana tersenyum melihat ketiga anaknya berjejer rapih di hadapannya dengan senyum yang tak kalah cerah dengannya. Masing-masing dari mereka membawa sebuah kotak kado. Namun, senyumnya luntur saat menangkap adanya gadis yang tak asing yang berdiri di samping anak tengahnya.

"Kau?" Sadar akan situasi, Jungho segera mengawal Hana untuk duduk di atas sofa.

Suga berjalan menuju sang ibu, di tekuknya kedua kaki itu hingga kedua lututnya mencumbu lantai, ia letakkan kado itu di atas meja dan menangkup kedua tangan sang ibu dalam genggamannya.

"Eomma percaya padaku?" Meski tak tahu arah pembicaraan itu, Hana tetap mengangguk.

"Dia--" Suga menoleh, mendapati wajah Haejin yang tampak tegang, dengan isyarat tangannya ia meminta Haejin untuk mendekat dan menarik tangannya turun hingga gadis itu turut serta berlutut di hadapan sang ibu.

"Dia kekasihku, Eomma." Hana tersentak, ia bahkan mencoba menarik tangannya yang tengah berada dalam genggaman Suga dan Haejin.

"D-dia--"

"Eomma percaya padaku bukan? Aku berjanji tak akan mengecewakan Eomma dengan pilihanku ini."

"A-ahjumma, a-aku minta maaf, a-aku bersalah, tolong maafkan--" Haejin yang hendak bersujud itu segera Hana tahan kedua sisi bahunya.

"Ku maafkan." Haejin membeku di tempat. Ia mengerjab beberapa kali karena melihat wajah wanita di hadapannya itu tersenyum. Ia bahkan mengucek matanya untuk memastikan jika penghilatannya tak salah, ia juga menggosok telingannya untuk memastikan pendengarannya tak bermasalah.

"Eomma sudah tahu. Sebenarnya appa Suga sudah menceritakan semuanya, tentang hubungan kalian. Awalnya Eomma marah, tapi setiap hari aku terus mendengar cerita tentang kalian. Betapa bahagianya saat Suga berada di sampingmu. Terimakasih." Hana tersenyum kembali dan mengusap pipi Haejin yang kemerahan entah karena malu atau ia yang tengah menahan tangis, karena hidung mungilnya pun mengeluarkan gradasi warna yang sama.

"Yess ... jadi, aku boleh pacaran?" Suga berseru senang, pertanyaannya membuat dahi ketiga anggota keluarganya yang lain berkerut tanda tak paham.

"Memangnya kau belum?" tanya Geumjae yang penasaran.

"Emm ... sebenarnya Haejin belum menjawabnya. Dia belum mengatakan bersedia menjadi kekasihku sebelum ia mendapat restu dari Eomma." Suga tersenyum kikuk, menggaruk belakang telinganya yang sedikit gatal karena digigit nyamuk.

"Eomma tak mengijinkan kalian pacaran." Semuanya terkesiap mendengar suara Hana yang tegas. Bahkan Jungkook yang hendak menepuk nyamuk yang lewat di depan wajahnya pun mengurungkan niatnya.

"T-tapi Eomma--"

"Jika kau serius dengannya, maka minggu depan kita datang ke rumahnya, lakukan pertunangan." Mata setiap orang terbelalak kaget, terlebih Geumjae.

"Eomma, bagaimana bisa? aku tiga tahun lebih tua darinya dan aku bahkan belum punya teman wanita, bagaimana bisa begitu?" Dan berakhirlah siang itu dengan protesan-protesan dari Geumjae juga Jungkook yang tak rela sang kakak akan segera meminang seseorang. Dia masih ingin bermanja-manja rupanya.


























"Terimakasih karena kau sudah bertahan sejauh ini. Kau wanita yang hebat, kau memberiku empat pangeran tampan meski satu dari mereka sudah lebih dulu pergi ke surga."

"Kaulah yang tersebat sayang, terimakasih sudah bertahan denganku yang gila ini. Aku tak tahu bagaimana dulu jika kau menyerah, mungkin aku sudah berada bersama pangeran kita di surga.

"Aku mencintaimu Min Hana."

"Aku lebih mencintaimu Min Jungho."







































END

Hamdalah tamat juga..
Maaf jika tak sesuai ekspektasi, Ve udah capek bener, ide kerap mampet begitupun mood.

So,.Ve pamit undur diri.. nantikan cerita-cerita selanjutnya yaa atau cek profil Veve dan temukan cerita favorit kalian..

SEE YOU ON NEXT STORY 😘😘😘😘

[ END ] BEGIN  ~Sequel Of Just Minute~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang