Lima

1.7K 158 32
                                    

Jungkook menunggu kalimat selanjutnya dari mulut Yeonjun. Pemuda itu agaknya tengah menyiapkan diri untuk membuka kembali luka yang telah lama ia kubur.

Yeonjun kembali meneguk air jeruk dari gelas Jungkook lalu menghembuskan nafasnya dengan kasar.

"Eomma meninggalkan kami ke Jepang bersama hyung ku karena aku tak sengaja melukainya." Hening sesaat, Jungkook masih setia menunggu, ia tak ingin menyela biar Yeonjun melanjutkan ceritanya ketika ia siap.

"Kau tahu persis 'kan apa yang salah dari pasien seorang dokter psikiater?" Jungkook mengangguk tanpa bersuara, ia tahu betul karena ibunya adalah salah satunya. Yang salah dari mereka adalah mental dan jiwanya.

"Appa bilang eomma memang belum sepenuhnya sembuh, tapi semenjak menikah dengan appa ku kondisinya berangsur-angsur baik bahkan  beberapa tahun setelahnya eomma sudah terlihat sangat baik. Ia pernah depresi sebelum hyung lahir dan mungkin kehadiran hyung ku dalam kehidupan eomma menjadi faktor terbesar kesembuhannya."

"Yeonjun, apa kau nyaman membicarakan hal ini denganku? Maksudku, kita belum lama berteman dan kau mengungkap kehidupan pribadimu padaku, terlebih ini tentang orang tuamu. " Jungkook mengamati wajah Yeonjun yang tiba-tiba saja berubah, cengiran menyebalkannya kembali ia munculkan.

Apa-apaan bocah itu, belum genap satu menit berwajah masam penuh kesedihan, sekarang malah tersenyum lebar.
Yeonjun menepuk bahu Jungkook dua kali masih dengan senyum sejuta watt nya. Jungkook merotasikan bola matanya, malas sekali menghadapi bocah aneh ini. Rasanya empati yang semenit lalu ia tunjukkan jadi mubadzir.

"Kita bukan hanya teman Jung, kau sahabatku dan aku sahabatmu, aku saudaramu karena hyung mu adalah hyung ku."

"Cih, siapa juga yang mau bersaudara dengan orang aneh sepertimu, merepotkan. Dan sejak kapan kau jadi adik hyung ku?" Jungkook tak habis pikir, kenapa Yeonjun suka sekali dengan Geumjae, kakaknya. Apa mungkin karena Yeonjun yang merindukan kakaknya? Hmm ... sepertinya cukup masuk akal.

"Tentu sejak Jae hyung mengijinkanku menganggapnya hyung ku." Yeonjun kembali meraih gelas Jungkook hendak meminumnya namun pergerakannya terhenti saat matanya menatap isi gelas tersebut yang ternyata sudah tandas.

"Kok, habis?!" serunya dengan mata membulat seolah terkejut.

"Kau meminumnya dari tadi, bodoh, bahkan aku baru meminumnya satu teguk." Yeonjun kembali terkekeh, melihat wajah kesal Jungkook adalah satu dari sekian hal yang disukainya.

"Hmm ... bisa kau lanjutkan yang tadi, aku rasa itu belum sampai klimaks."

"Kau tega sekali menghancurkan mood ku Jung." Yeonjun kembali memasang wajah sedihnya dengan bibir mengerucut yang membuat Jungkook merasa isi perutnya memberontak minta keluar.

"Ya sudah kalau tak mau cerita, aku pulang saja." Jungkook tak lagi menjadi Jungkook setelah ditinggal Yoongi, dan kini Jungkook asing mulai kembali ke sifat alaminya, mudah merajuk.

"Ehehey ... tunggu dulu iya- Iya aku ceritakan, kau ini sudah seperti gadis saja, suka merajuk." Jungkook mendelik tak suka dan hanya dibalas dengusan main-main dari lawannya.

"Sampai mana tadi?" Yeonjun melontarkan pertanyaan pada Jungkook, nampak sedikit berpikir dengan menopang dagu dengan satu tangannya.

"Hyung mu."

"Hyung ku apa? " Jungkook sudah jengah, bicara dengan sahabat satu-satunya ini ternyata cukup menguras emosi. Jika melukai seseorang bukanlah tindakan kriminal, mungkin gelas kosong di hadapannya itu kini sudah mendarat sempurna di wajah tampan namun sayangnya bodoh itu.

[ END ] BEGIN  ~Sequel Of Just Minute~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang