Enam

1.5K 153 42
                                    

Sejak saat itu, dengan terpaksa Jungho merelakan istri tercintanya dibawa paksa oleh para petugas rumah sakit jiwa yang menjemputnya dengan ambulan.

Jungkook menangis keras, tak habis pikir ayahnya tega memasukkan ibunya ke tempat terkutuk itu. Jungho yang sudah lelah dengan semuanya lantas tak menghiraukan lagi raungan si bungsu setelah beberapa kali mencoba membujuk, ia bawa tungkainya pergi keluar rumah. Entah kemana saja yang pasti ia ingin sejenak mendinginkan kepala.

"Ssstt ... tenanglah, besok kita jenguk eomma, kau jangan seperti ini, kasian appa, dia sudah sangat lelah Kook." Geumjae nyatanya menjadi satu-satunya yang terlihat waras di rumah itu. Sebagai sulung tentu dia harus lebih bersikap dewasa.

"Appa jahat, appa  membuang eomma, Hyung. " Geumjae menggeleng sembari menarik kembali kepala Jungkook ke dalam dekapannya.

"Tidak- tidak, kau jangan salah paham." Dijauhkannya tubuhnya agar bisa melihat wajah sembab adiknya, ia tangkup kedua pipi yang nampak menirus itu seraya menatap maniknya lekat.

"Dengar, appa menyayangi kita semua, ini semua appa lakukan untuk eomma agar eomma sembuh dan kembali pada kita, apa kau tega melihat eomma selamanya seperti itu?"

Kepala Jungkook tak berhenti bergerak ke kiri dan ke kanan, tangisnya kembali pecah dan dengan segera Geumjae raih untuk kembali ia dekap.












.....








"Eomma, aku ingin kembali ke Korea."

"Sshh ... ahh," ringis seorang wanita yang jarinya baru saja teriris tajamnya mata pisau.

"Eomma ceroboh sekali, sih." Dengan segera pemuda itu meraih jari tangan ibunya lalu ia masukkan ke dalam mulutnya, menghisapnya agar darah itu berhenti mengalir.

"Kau bilang apa tadi?" Berharap pendengarannya yang salah, wanita itu melontarkan kalimat tanya guna memastikan.

"Aku mau pulang ke Korea, eomma. " Dengan segera jari yang masih ditiup-tiup kecil itu ia tarik. Melepas celemek kuning yang melekat di badannya lalu berjalan meninggalkan dapur, sedang pemuda itu masih ternganga melihat sikap ibunya.

Han Taeri mendadak merasa panik, tremor menyerang tubuhnya, ia takut. Berjalan cepat menuju kamar dan mendudukkan diri di atas ranjang dengan sorot mata ketakutan.

"Eomma ...," panggilnya pelan setelah tubuhnya mulai memasuki ruangan yang menjadi kamar ibunya itu. Sedikit mengernyit kala mendapati ibunya duduk gelisah dengan kuku jari yang digigiti di atas ranjang.

"Eomma kenapa? Apa terjadi sesuatu? Eomma sakit?" Rentetan pertanyaan itu sama sekali tak mendapat jawaban, ia berlari kecil menghampiri ibunya kala melihat gelagat aneh yang ibunya tunjukkan. Ia tak pernah melihatnya seperti itu kecuali satu kali, beberapa tahun lalu saat ia terbangun di ruangan serba putih berbau menyengat.
















.....






"Hiks ... Eomma." Jungkook kembali menyeka cairan yang terus menetes dari ujung maniknya. Ia tak bisa menemui ibunya untuk saat ini. Ia hanya bisa melihatnya dari balik kaca kecil di ruangan yang membelenggu ibunya.

Jungkook rapuh, kakaknya pergi, ibunya menggila, ayahnya nampak lelah dengan semuanya dan semoga hal yang Jungkook takutnya tak pernah terjadi, ayahnya bisa saja meninggalkan mereka.

"Bersabarlah, Nak, ibumu pasti sembuh." Jungkook mendongak, mendapati wajah dokter yang selama ini menangani ibunya.

"Apa bisa?" lirihnya masih dengan tatapan lurus ke arah ibunya di dalam sana yang sedang melamun sambil mengelus kepala bayinya. Hana membawanya, satu bayi yang saat itu berada di gendongannya, ia dengan sekuat tenaga terus mendekap boneka itu saat dua perawat membawanya paksa. Ia sempat histeris dan mengamuk sesaat setelah sampai di rumah sakit karena satu bonekanya tertinggal. Pihak rumah sakit memberinya ganti namun di luar dugaan ia semakin mengamuk.

Boneka yang ia bawa itu merupakan 'bayi Yoongi' sedang yang tertinggal itu Yoonjae. Hana sampai mencakar salah satu perawat  dan mengatakan bahwa ia yang membawa anaknya pergi, ia yang membunuhnya hingga dengan terpaksa Hana kembali merasakan tusukan jarum dengan cairan yang mengalir ke dalam tubuhnya.

"Mau dengar cerita?" Jungkook kembali mengalihkan pandangannya ke arah dokter yang sepertinya seumuran ayahnya itu, atau lebih muda. Ia mengangguk kecil lalu bahunya diseret pelan oleh sang dokter, Jungkook menurut saja sampai tubuhnya didudukkan di atas kursi panjang yang terdapat di tengah taman rumah sakit.

"Istriku juga seperti itu dulu." Jungkook terkesiap, ia teringat akan cerita sahabat anehnya, ya Jungkook baru sadar jika yang duduk di sampingnya ini adalah ayah dari sahabatnya itu.

"Dulu istriku, ah maksudku sebelum dia menjadi istriku, dia mengalami depresi berat, aku menanganinya beberapa bulan, bahkan dia sempat melukai dirinya sendiri. Dia depresi saat mengalami keguguran untuk yang ketiga kalinya dan vonis dokter yang mengatakan ia tak akan bisa mengandung lagi." Dokter Choi menghela nafas panjang sebelum melanjutkan ceritanya, Jungkook hanya menunggu kelanjutan cerita. Sebelumnya Yeonjun juga pernah bercerita tentang kondisi ibu tirinya itu, tapi ini lain hal, beda waktu juga inti cerita.

"Aku bersyukur karena kondisinya perlahan membaik saat suaminya mengadopsi seorang bayi laki-laki,  namun itu tak bertahan lama setelah dua bulan, suaminya meninggal dalam kecelakaan bersama dirinya dan juga bayinya. Beruntung ia dan bayinya tak mengalami luka serius, hanya saja suaminya yang terlempar hingga keluar mobil dan kepalanya membentur aspal itu meninggal saat perjalanan ke rumah sakit. Kondisinya sempat menurun  dan aku merawatnya kembali yaahh sampai akhirnya kami menikah setelah ia sehat, anugerah Tuhan yang memberinya kesehatan hingga kini."

"Tapi kalian tak bisa hidup bersama? Ia tak benar-benar sehat 'kan?" Dokter Choi menekuk kedua alisnya, dahinya berkerut, apa maksud ucapan pemuda dihadapannya ini.

"Maksud--"

"Apa eomma ku juga akan seperti itu? Tak akan benar-benar sembuh seperti istri dokter yang ketakutan dengan anak tirinya sendiri?" Dokter Choi refleks berdiri, menunduk menatap tajam mata pemuda yang tengah mendongak dengan tatapan penuh harapnya. Itu rahasia keluarganya, bagaimana pemuda itu tahu.

"Yeonjun sahabatku, aku mendengar semua darinya," jawab Jungkook seakan tahu isi pertanyaan di dalam kepala dokter paruh baya itu.


"Anak itu benar-benar."




























TBC

Hay.. Ada yang nungguin gak?
Gk ya? Yaudah Ve cuma nanya 😌

Pendek aja ya.. Tadinya gk ada ide buat Up tapi kok kesian amat kalo ini cerita dianggurin. Jadi ya maaf ala kadarnya

Vomment juseyo 😘

[ END ] BEGIN  ~Sequel Of Just Minute~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang