Bonus Chapter

1.7K 121 54
                                    

"Yoongi!" Ia terkesiap, tangannya yang sudah terulur hendak meraih sesuatu di atas meja itupun dengan segera ia tarik kembali dan disembunyikan di balik punggung kecilnya.

"Eemm, Camcun, Unggie mawu tue boleh?" Matanya dikedip-kedipkan lucu, membuat pria di hadapannya yang sebelumnya memasang wajah garang yang dibuat-buat itu seketika meluluh, tak tahan melihat wajah menggemaskan dan dibuat melas itu. Cih, dasar lemah terhadap yang uwu-uwu.

Menghela nafas pendek dan kemudian memutari meja guna berjongkok di hadapan bocah itu untuk menyamakan tingginya.

"Boleh, Yoongi boleh makan kuenya. Tapi ingat, jangan mengambil apapun yang berwarna cokelat, mengerti?"

"Gak boleh cokat-cokat?" tanyanya dengan kepala yang dimiringkan. Pria itu bersumpah jika ia tak ingat bahwa bocah di hadapannya ini seorang manusia dan juga keponakannya, mungkin sudah ia gigit dan makan pipi gembilnya.

"No chocolate Yoongi, atau Yoongi akan susah bernafas, Yoongi mau?" Bocah berumur tiga tahun itu menggeleng ribut. Ia tentu tak ingin hal itu terjadi, tapi ia masih terlalu kecil untuk mengerti bahwa ia mempunyai alergi terhadap makanan berwarna gelap dan manis itu.

"Yoongi, astaga! Eomma mencarimu kemana-mana, sayang." Pria yang masih berjongkok itu kemudian berdiri setelah melihat wanita yang merupakan kakak iparnya itu tengah panik.

"Lain kali awasi Yoongi, Noona. Apalagi di tengah pesta yang penuh dengan kue seperti ini. hampir saja Yoongi mengambil kue cokelat tadi." Haejin, selaku ibu dari bocah bernama Yoongi itu segera mengangkat sang anak dalam gendongan dan memeluknya erat.

"Maafkan, maafkan aku Jungkook, a-aku lalai, a-aku terlalu asik mengobrol. Yoongi, maafkan Eomma." Yoongi yang tidak tahu apa-apa hanya berdiam diri, sesekali melihat wajah sang ibu dan sang paman bergantian.

"Eomma tenapa nanis?" Bocah itu mengusap mata berair sang ibu, mengecup kedua kelopak matanya seperti yang biasa ayahnya lakukan saat ia menangis.

"Dah pelgi, dak boleh nanis-nanis, nanti mata jelek."

Haejin sungguh bersyukur memiliki anak seperti Yoongi yang sangat cerdas. Apapun yang keluarganya ajarkan akan tertanam dengan baik pada otak kecilnya, tentu hanya hal-hal baik yang mereka ajarkan.

"Sayang, kenapa menangis?" Suga yang baru saja menemukan presensi sang anak dan istrinya setelah lama mencari dikejutkan dengan mata sang istri yang terlihat basah.

"Yoongi berjalan sendiri kemari dan dia hampir mengambil kue cokelat, beruntung aku melihatnya dan memergokinya," jawab Jungkook, tahu jika kakak iparnya itu akan sulit menjelaskan kesalahannya sendiri.

Setelah Haejin dan Suga resmi menikah, gadis yang dulu periang itu berubah menjadi wanita yang selalu rendah diri, tak percaya akan dirinya sendiri. Jika ada hal kecil yang menimpa sang suami ia akan panik sendiri, susah mengontrol diri. Itu karena Haejin masih dibayang-bayangi rasa bersalah di masa lalu. Rasa bersalah atas kematian Yoongi dan rasa bersalah tentang apa yang pernah menimpa suaminya dulu.

"Sudah, jangan menangis. Lain kali lebih hati-hati. Kau tahu 'kan Yoongu kita aktif luar biasa?" Haejin mengangguk dan mengusap sisa jejak air mata pada pipi memerahnya.










"Akhirnya kau laku juga, Hyung." Tawa menggelegar keluar dari mulut pemilik senyum kotak itu, siapa lagi jika bukan Taehyung. Ia yang selalu mengolok-olok Geumjae setelah Suga menikah, apalagi saat kelahiran Yoongi. Geumjae rasanya ingin menyumpal mulut Taehyung dengan acar saat pemuda itu bertandang ke restorannya yang tentu tak hanya bertujuan untuk mengisi perut, tapi juga mengoloknya bujang lapuk.

[ END ] BEGIN  ~Sequel Of Just Minute~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang