Bandung adalah kota kuliner yang penting dalam perkembangan bisnis di Indonesia. Termasuk salah satu kota metropolitan dengan populasi lebih dari delapan juta orang. Kota ini biasa menjadi sasaran liburan masyarakat sekitar Jakarta di akhir pekan. Selain kuliner, Bandung juga terkenal dengan fashion dan wisata alamnya, alhasil kota ini pun ramai dikunjungi oleh para wisatawan.
Usaha restoran L'Acino milik keluarga Fio belakangan memberikan balik modal yang cukup besar. Banyak review dari para pelanggan yang menyatakan kepuasan dalam pelayanan serta kelezatan khas Italia dari restoran tersebut sangat diakui.
Tadi siang, Aaron menemui klien penting yang sengaja ia tunjuk sebagai pengelola restoran L'Acino yang baru. Pria itu melakukan ekspansi ke kota Bandung dengan beberapa pertimbangan di atas. Sebagai manager pusat, Aaron diminta Miranda untuk mengatur acara grand opening cabang Bandung yang rencananya diadakan minggu ini.
Lelaki itu dengan wajah berseri-seri menghampiri Fio di kamarnya. Gadis itu tak bergerak, pandangannya kosong ke luar jendela. Aaron memanggil namanya berkali-kali, namun Fio tak membalasnya.
"Fi?"
"Eh?! Iya?" kaget Fio saat bahunya ditepuk dari belakang.
"Kamu ngelamunin apa, sih? Hati-hati kesambet!"
"Ah, eng-enggak ada, kok. Kakak ngapain ke sini?"
"Akhir minggu nanti kamu libur kerja, 'kan?"
"Iya."
"Kamu ikut aku, ya? Kita ke Bandung."
"Hah? Untuk apa? Liburan?"
"Ya ... anggep aja gitu. Sekaligus aku mau ajak kamu ke cabang resto baru kita di sana. Aku mau ngenalin kamu sebagai anak pemilik L'Acino."
"Buat apa, Kak? Nggak usah berlebihan. Aku yang malu nih," ucap Fio dengan lesunya.
"Malu? Tetep aja, Fi. Kali ini nggak ada bantahan, aku mau kamu ikut. Oke?"
"Ta–"
"Terima kasih, selamat tidur."
Aaron melenggang pergi dari ruangan seluas 26 m² tersebut. Fio bersungut-sungut karena perkataannya yang terpotong tidak Aaron dengarkan. Gadis itu tidak mau ikut, itulah keputusan finalnya. Fio tidak suka terlibat dengan hal-hal yang berhubungan dengan pengembangan bisnis papanya. Apalagi bertemu dengan banyak orang dan berpidato di hadapan orang kalangan atas. Fio tidak percaya diri dengan penampilannya. Tapi, Aaron malah memaksanya.
Mengubah kebiasaan atau ciri khas diri yang sudah melekat sejak lahir memanglah sukar. Fio memang suka berinteraksi dan pandai memberi solusi, tetapi tidak untuk face to face dengan orang lain. Ia belum siap. Bahkan mungkin tidak akan pernah siap. Fio takut dijatuhkan, dipermalukan, dan dihina. Fio takut membuat kecewa keluarganya.
"Argh! Kenapa harus ngajak aku segala?"
***
Hari yang dihindari Fio pun tiba. Setelah menempuh perjalanan selama hampir empat jam, Fio dan Aaron telah menginjakkan kaki di hotel bintang lima yang terletak di Batununggal. Lokasi yang berada di pusat kota sekaligus pusat hiburan itu dinilai strategis untuk berbisnis.
Siang itu mereka beristirahat, karena malamnya acara grand opening L'Acino akan dimulai. Fio memasuki sebuah suite room dan merebahkan badannya di atas ranjang king size. Di luar, tersaji pemandangan gedung-gedung perkantoran. Apabila hari berganti malam, Fio yakin, suasana kamar hotel yang berada di lantai atas ini akan sangat indah. Lampu-lampu kota yang berkelap-kelip akan menghiasi jendela kamarnya yang tembus pandang. Fio dapat tidur nyenyak dengan tirai terbuka.
![](https://img.wattpad.com/cover/195523850-288-k259117.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Imperfection ✔ #ODOCTheWWG
Roman d'amourIan adalah lelaki tampan yang menjalani hobi melukis di tengah ketidakberdayaannya untuk melihat. Tak banyak orang yang menghargai karyanya yang terkesan abstrak. Hingga, seorang gadis muncul dan memotivasi hidupnya, membuat Ian jatuh cinta. Ketika...