23; Dinner

11 3 0
                                    

Sabtu sore Dara merasa bosan. Biasanya, dia selalu menikmati weekend diclub bersama Juna. Tapi, sekarang keadaannya sudah beda, Dara sudah berjanji kepada Raga untuk tidak clubing lagi sedangkan Juna belakangan ini sedang sibuk pdkt-an dengan anak ips 3. Jadilah saat ini Dara hanya rebahan, tidak punya acara sama sekali.

Dara mengotak ngatik layar handphone-nya berharap seseorang menbawanya keluar dari rumah. Semakin lama terasa semakin bosan.
"Boseennn.." Gerutu Dara meracau tak jelas.

TING

Notifikasi pesan masuk membuat Dara menghetikan rancauan kegabutannya lalu langsung memeriksa handphonenya.

08216118xxxx
Hi Ra...save ya nomor gw. Agatha.

Dara mendengus kesal.

Dara
Oke.
Read.

Dara meletakan lagi handphonenya diatas meja, lalu beralih ke remote Tv mencari drakor kesukaannya.

Melihat adegan romantis membuat Dara membayangkan dirinya dan Raga yang ada di posisi itu. "Ragaaa saranghaee." Ujar Dara dramatis.
"Ragaaa telpon gue dongg." Racau Dara.

Drrtt...Drrtt...Drrtt..

Handphone milik Dara bergetar menandakan ada telepon. Dara menatap benda pipih itu dengan mata berbinar. "Ragaaa. Pasti Raga yang nelpon." Ujar Dara yakin, langsung menyambar handphone-nya.

Dara yang tadi tampak bersemangat kini berbanding terbalik ketika melihat nama yang tertera dilayar handphone. "Papa." Lirih Dara.

"Hallo Dara," Begitu Dara mengangkat panggilan, langsung terdengar suara papanya.

"Kenapa." Tanya Dara ketus.

"Minggu depan papa mau kamu ikut dinner sama mama Siska."

"Nggak. Dara gak sudi."

"Dara! Kamu jangan buat papa marah ya!"

"Terserah. Dara nggak peduli."

"Da___"

Belum sempat ucapan papanya selesai, Dara langsung mematikan sambungan telepon nya.

Sialan. Mood Dara sekarang sudah benar benar hancur karna papa nya. Padahal papa nya tahu kalau mama kandung Dara saat ini sedang sakit, tetapi papa nya sama sekali tidak peduli. Dara sangat membenci papanya.

Dara meletakan handphonenya kembali.

Handphonenya kembali berdering, tetapi Dara sama sekali tidak berniat mengangkatnya. Untuk kesekian kalinya handphone itu berdering.

Dara benar benar tak tahan dengan sikap papa nya, dengan emosi yang tengah berada di puncaknya, Dara menyambar handphonenya.

"Pa. Dara nggak mau dan gak bakal sudi ketemu pelakor itu. Jadi nggak us_____"

"Hallo," Tunggu! Ini bukan suara papanya. Dara sangat tau siapa siempunya suara itu. Untuk memastikanya, perlahan Dara menjauhkan handphone dari telinganya, lalu melihat nama yang tertera di balik layar. Dan benar saja dugaan Dara, itu suara RAGA.

FanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang