#12

80 5 7
                                    

"Nna aku mau ngomong serius sama kamu"ucap Dikta tiba-tiba,perasaanku kembali tidak enak.

"Mau ngomong apa?"tanyaku.

"Na,aku masih sayang banget sama kamu,aku mau kita balikan lagi kayak dulu,aku juga bakalan berubah jadi Dikta yang lebih baik"ucap Dikta terlihat sungguh-sungguh.

"Tapi...,aku gak bisa"ucapku menolak,sebenarnya ingin sekali aku kembali seperti dulu,nanun hati kecilku melarang.

"Kenapa na?"

"Aku-"ucapanku terpotong,oleh panggilan seseorang.

"Rena"ucap seseorang memegang pundakku.

"Gavin?"ucapku terkejut,memang aku meminta Gavin untuk datang.Aku pikir dia tidak akan datang secepat ini,atau aku yang telah terlalu lama mengobrol dengan Dikta.

"Iyah,oh iya gue Gavin"ucap Gavin mengulurkan tangan pada Dikta.

"Ohh iya,dikta"ucap Dikta membalas uluran tangan Gavin.

"Ohh iya ya,ini pacar aku"ucapku memberi tahu.

  Dikta terlihat terkejut,namun cepat-cepat dia menormalkan keterkejutannya.

"Ohh pacar kamu,semoga langgeng ya.Ya udah na aku duluan ya"ucap Dikta pamit meninggalkanku dan Gavin.

"Iya,hati-hati ya"ucapku agak canggung,dan Dikta hanya mengangguk dan tersenyum.

   Saat sampai di sebelah Gavin Dikta sedikit berkata,yang masih sangat bisa kudengar.

"Jagain dia bro"ucap Dikta pada Gavin.

"Pasti bakal gue jagain"balas Gavin.

"Jangan pernah lakuin apa yang gue lakuin,gue percaya rena bisa bahagia sama lo"ucap Dikta diiringi senyuman,yang membuat hatiku makin remuk redam.

"Gue bakal bikin dia bahagia,thanks udah jagain dia selama ini"ucap Gavin.

"Ya udah gue duluan ya"pamit Dikta.

      Aku hanya bisa mengangguk saja,sungguh aku harus melakukan apa.Sakit? Sangat,kecewa? Pasti.Untuk kembali bersama Dikta,aku ingin sekali namun ada hal yang membuatku ragu,sangat ragu.Aku takut semua ini akan terjadi lagi nantinya.

      Dan jika aku meninggalkan Gavin pun sangat tidak mungkin,dia sangat menyayangiku,mencintaiku apa adanya,dan bis menerima semua kekuranganku,aku tidak akan mengecewakan orang sebaik Gavin.

   Untuk saat ini aku tetap akan bertahan bersama Gavin,entah kenapa hati kecilku meminta untuk tetap disini tanpa harus kembali.Biarlah semua menjadi masa lalu,aku punya saat ini yang harus dijalani dan masa depan yang harus diperjuangkan.

"Kamu mau pulang?"ucap Gavin menyadarkan lamunanku.

"Iya,yuk pulang"ucapku menggandeng tangan Gavin.

   Aku benci berada disini,dihadapkan dengan dua pilihan yang sangat sulit untuk aku putuskan.Ditengah kemacetan Jakarta terdengar alunan lagu 'sempurna' yang menemani perjalanan hari ini.

"Nna?"ucap Gavin yang membuatku menoleh kearahnya.

"Kenapa?"tanyaku.

"Aku gak ngelarang kamu buat stay sama aku"

"Maksudnya?"

"Jangan paksain diri kamu na,aku tau kamu masih sayang sama Dikta.Gak bisa dipungkiri kalian cukup lama bersama,kalau kamu ingin kembali,kembalilah."

"Aku gak kembali"

"Kenapa?"

"Untuk apa kembali pada yang dulu kalau cuma buat disakitin lagi"

"Kamu tau Dikta keliatan sungguh-sungguh mencintai kamu"

"Buat apa kalau cuma ucapan tanpa kepastian,buat apa kalau cuma bualan tanpa pembuktian."

"Jangan nyakitin hati kamu sendiri hanya demi ego na"

"Sekarang aku udah punya seseorang yang jauh lebih baik dari dia"

"Maksudnya?"

"Kamu,kalau kamu minta aku buat balik lagi,sama aja kamu yang nyakitin hati Aku.Aku sayang sama kamu,maafin aku kalau selama ini aku selalu nutup hati buat kamu,kita udah lima bulan jalanin hubungan ini,dan aku tau arti mencintai sekarang"

"Apa arti mencintai?"

"Mencintai bukan hanya menunjukan sayang dengan ucapan janji manis,tapi perlakuan dan sebuah pembuktian,kamu memperlakukanku seperti putri raja,dan kamu bisa buktiin kalau kamu emang sayang sama aku"

"Nna kamu tau kamu itu beda di mataku,kamu istimewa,"

"Intinya aku akan tetap mempertahankan hubungan kita"ucapku tersenyum,entah kenapa setelah mengatakan hal ini hatiku serasa kehilangan sedikit bebannya.Ataukah memang benar kalau aku telah bisa memberi ruang cinta untuk Gavin,lalu sisanya apakah masih milik Dikta?

     Aku kalut dalam pikiranku sendiri ,sampai kemacetan Jakarta yang sering membuatku stres tak ku hiraukan lagi.

   Setelah sampai rumah aku mengajak Gavin membuat kue,entah mengapa ingin sekali aku mengajak Gavin memasak bersama.Apakah bisa seorang Gavin yang biasanya memegang laptop dan berkas-berkas bisa memegang tepung dan telur.

.
.
.
.
.
.
.
.

"Nna tepung gak bisa jalan sendiri apa kesini,jauh banget naro disana"ucap Gavin sambil memecahkan telur.

"Kalau tepung jalan sendiri paling kamu kabur"jawabku.

"Na kamu gak ada kepikiran buat buka restoran sendiri gitu?"

"Kan udah diprancis"jawabku sambil mengaduk tepung.

"Yang di Indonesia maksudnya"

"Kan udah ada fedwell"

"Ya kan itu kamu gak sendiri sama uni dan segambreng patner lainnya"

"Iya sih tapi kayaknya kalau aku buka restoran lagi ribet deh kesana-sininya."

"Kalau gitu ya mending gak usah na,nanti kamu repot sendiri badan kamu harus dijaga jangan sampe kecapean lagi"

"Hemmmmm"

"Hem doang kayak lagunya Nissa sabyan,"

"Biarin,kerjaan kamu gimana?"

"Semuanya berjalan lancar,"

"Bagus dong"

"Nna kamu manis"

"Aku emang manis"ucapku sambil menunjukan deretan gigiku.

"Tapi lebih manisan gula ini"ucap Gavin sambil tertawa.

"Ihh ngeselin,"ucapku cemberut.

"Chef cantik jangan ngambek dong"ucap Gavin sambil mencolek pipiku dengan tepung.

"Ihh ngeselin banget ujarku sambil mengolesi pipinya dengan tepung juga.Alhasil perang tepung dimulai.



    Akhirnya setelah sekian lama didramatisir dengan perang tepung,jadilah sebuah kue coklat dengan permen lollipop diatasnya hasil dari keisengan Gavin.

  
  "Akhirnya selesai dan ini mau diapain nna?"tanya Gavin.

"Tuh kasih makan ayam aja"ucapku asal sambil mengelap meja.

"Yee sayang dong kuenya"

"Lebih sayang aku atau kue?"

"Ya kamu lah,kan kalau aku sayang kamu bisa dibikinin kue"ucapnya tertawa.

"Ishh dasar"ucapku sambil melemparkan tisue kearahnya.

   Sore ini ditemani dengan kue coklat,lagu romantis dan seseorang yang merangkul ku menikmati senja bersama.

.
.
.
.
.
.
.
Thank you...
Enjoy guyss😘😘😘

AmourTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang