"sayang lihat deh disana ada apa"ucap Dikta sambil menunjuk ke belakangku.
"Mana gak ada apa-apa"ucapku berusaha mencari.
"Liat sini deh",aku pun berbalik badan dan melihat sebuah permen kapas berbentuk love didepan mukaku.
"Hah,astaga"ucapku terkejut.
"Nih buat adik kecil yang manis biar tambah manis."ucap Dikta menggoda.
"Ihh dasar,makasih yaa"ucapku sambil mengambil permen kapas itu.
"Suapin dong"ucap Dikta merengek bak anak kecil.
"Sini sayang Mama suapin,hahahah"ledeku sambil menyuapi Dikta.
"Na,coba naik itu yuk"ucap Dikta sambil menunjuk sebuah wahana,yap kita sedang berada di Dufan sekarang.
"Itu apa serem banget"ucapku bergidik ngeri melihat permainan yang bisa membuat penumpangnya satu langkah lebih dekat dengan Tuhan itu.
"Kan cuma ombak air,ayo lah"ucap Dikta masih berusaha meyakinkanku.
"Gak mau ah,serem"tolakku.
"Ya udah deh,ikut aku aja kita cobqn wahana yang gak perlu tinggi-tinggi kayak gitu"
"Apa?"
"Ikut aja"ucap Dikta sambil menggandeng tanganku.
Kami berjalan berdua menyusuri tiap-tiap jalan di Dufan ini,sampai akhirnya Dikta berhenti didepan sebuah rumah.
"Ini rumah siapa?" Tanyaku.
"Rumah hantu"
"Hah?!"
"Ayok masuk"ucap Dikta menggandeng tanganku.
"Yakin?"ucapku ragu.
"Yakinlah ayok"
"Serem tapi"
"Kamu tutup mata aja terus pegang tangan aku oke"
"Ya udah deh"
Kami pun berjalan menyusuri wahana rumah hantu ini,beberapa kali muncul hantu-hantu buatan yang sukses membuatku teriak ketakutan,dan disisi lain Dikta puas melihatku berkeringat dingin didalam ruangan ber-ac ini.
"Mas udah cukup,aku gak akan masuk ke rumah hantu lagi"
"Kenapa sih,seru tau tadi"
"Ihh kamu kan tau aku penakut"
"Iya,iya maaf janji deh gak bakalan bawa ke rumah hantu lagi"
"Ya udah yuk pulang"
"Siap,eh tapi mampir ke kota tua yuk"
"Ngapain?"
"Ya main aja,kan udah lama gak kesana,sebelum ibu kotanya pindah juga"
"Mau ibu kotanya pindah atau enggak kota tua tetep disitu kali"
"Ya udah yuk mumpung masih belum sore banget ini"aku hanya mengangguk menanggapi ucapan Dikta.
.
.
.
.
.
.
.
.Selama diperjalanan kami menuklami alunan musik yang terputar di mobil.Sampai akhirnya mobil berhenti di depan kota tua.Kami pun turun dan Dikta menggandeng tanganku menyusuri kota tua ini.
"Sore gini enak ya"
"Mas,aku mau es cream"
"Itu,ya udah bentar ya aku beliin"
"Makasihhhh"
Sambil menunggu Dikta aku duduk disebuah bangku yang dekat dengan sebuah pohon,yang membuat udara sore menjadi makin sejuk.
Dikta telah kembali dan membawa 2 es cream rasa coklat.
"Nih es cream kamu"
"Makasihhhh"
Kami pun menikmati es cream smbil sesekali bercanda.Setelah selesai memakan es cream kami mulai berjalan lagi.
"Tau gak na,dulu aku pernah ngamen sambil main disini"
"Ngapain?"
"Ya main-main aja,iseng"
"Mas itu... Ituu..."ucapku panik.
"Kenapa Nna??"
"Akhhh,mas suruh pergi"ucapku sambil bersembunyi dibelakang Dikta dan berteriak ketakutan.Disana ada ondel-ondel,dan sungguh sangat menyeramkan.
"Gak papa kali na kan cuma ondel-ondel"
"Ahh suruh pergiii"ucapku masih histeris.
Setelah diberi uang ondel-ondel itu pergi.Dan tanpa terasa pipiku telah basah oleh air mata.
"Ihh kok nangis sih"ucapku sambil mengusap jejak air mata.
"Ya ampun masa sama ondel-ondel takut sih na"ucap Dikta sambil mengejek.
"Ya kan serem,dulu aku pernah dikejar-kejar sama ondel-ondel"
"Kok bisa dikejar?"
"Gak tau ahh nyebelin"
"Yahh cup cup,adik kecil jangan nangis dong."ucap Dikta sembari terkekeh.
"Kok aku jadi cengeng banget ya"
"Anak kecil mah biasa"
"Aku bukan anak kecil"
"Tapi bayi,hahaha"ucap Dikta tertawa.
"Ihh ngeselin,"ucapku sambil memukul pundak Dikta.
Setelah puas memutari kota tua,kami pun pulang.Kembali menikmati canda tawa seperti ini yang sangat aku rindukan.
------------
Semburat jingga menyala di langit sana,membekas indah bagai cakrawala dunia.
Burung-burung mulai kembali ke sarangnya,membawa makanan untuk anaknya yang bercicit kelaparan.
Lampu-lampu jalanan mulai menyala,tanda matahari akan meninggalkan bagian bumi ini secepatnya.
Angin kembali berhembus menerbangkan anak rambutku yang jatuh berantakan.
"Hari ini sangat indah,lebih indah dari awan jingga di sana"Renatta
Aku menutup buku diary ku,entah mengapa akhir-akhir ini aku sangat puitis sekali.
Aku duduk diatas rumput sintetis yang sebenarnya aku benci,mengapa hanya sekedar rumput saja sangat sulit tumbuh disini.Pohon-pohon mulai tumbang diganti dengan gedung-gedung yang makin subur.
Sungguh miris kotaku.
--------
Aku kembali duduk diatas kasur mengambil handphonenya yang tergeletak tak bergerak disana.Kulihat sekali lagi foto-foto tadi,senyum indah terukir disana,bahagia ya sangat bahagia.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
____________
Voment oke😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Amour
RomanceDia adalah kekasih,teman dan sahabat untukku.Dia juga bisa menjadi sosok ayah dalam hidupku. Dia seorang entertainer,yang dikagumi banyak orang.Sedangkan aku sangat benci dengan media,bagiku hidupku miliku orang lain tak perlu tau. Cinta kita tak...