Sandrina mengerjapkan mata tak percaya melihat pria yang tengah berdiri di samping ibunya ini.
"Ba-pak?" sapanya ragu-ragu pada Angga.
"Hai, San."
"Ba-pak?" panggil Sandrina sekali lagi dengan nada bingung yang jelas kentara.
"Ngapain sih kamu ini. Ini bantuin Mama bawa belanjaan," tegur Ratna sembari menyerahkan beberapa kantong belanja yang ada di tangan Angga pada Sandrina yang masih berusaha mencerna apa yang sebenarnya terjadi saat ini.
Jiwanya seolah meninggalkan raganya. Sandrina menerima kantong belanja itu begitu saja dengan mata yang masih menatap lurus pada atasannya ini.
"Ayo masuk, Ngga."
Alarm di kepala Sandrina berdentang keras kala mendengar ibunya memanggil Angga dengan nada akrab. Tak bisa menyembunyikan perasaan terkejutnya, Sandrina pun melotot ke arah sang ibu yang tampak tak peduli dan terus berjalan masuk ke dalam rumah. Apa ini? Mama kenal pak Angga!
"Iya, Tan. Makasih."
Sekali lagi alarm di dalam kepala Sandrina berdering. Kali ini arah pandangannya pindah ke Angga. Tan? Tante?
"Kamu mau saya bantu?" tanya Angga padanya. Sudut bibir pria itu terangkat, membentuk senyuman miring tak menyenangkan.
"Eng-gak perlu, Pak," jawabnya di sisa-sisa kesadaran yang ada.
Sandrina melihat atasannya itu masih tersenyum miring ke arahnya. Detik berikutnya, tanpa babibu atau prakata apapun, dengan santai atasannya itu menyentuh puncak kepalanya sebelum kemudian berlalu dari hadapannya. Ikut masuk ke dalam rumah.
"San!" panggilan cukup keras dari sang ibu membuat Sandrina kembali tersadar dari keterpakuannya tadi. Ia kemudian memutar tubuhnya cepat dan berjalan membuntut di belakang Angga.
"Nggak berubah ya, Tan. Masih sama semua."
Masih sama? Memang pernah kesini? batin Sandrina sembari meletakkan belanjaan Ratna di atas meja makan kosong. Matanya sesekali melirik Angga yang terlihat begitu nyaman di rumahnya ini.
"Sengaja diubah apapun, Ngga. Tante males ribet juga."
"Bagusan gini kok, Tan. Rasanya kayak nostalgia," kata Angga kali ini sambil menatap Sandrina dengan senyum yang sulit digambarkan.
"Duduk aja di ruang tamu. Tante siapin minuman dulu ya."
Angga menurut dan berjalan meninggalkan Sandrina dan Ratna di ruang makan. Sepeninggal Angga, buru-buru Sandrina mendekati ibunya ini. "Ma, mama kenal Pak Angga?"
"Kamu ngapain panggilnya 'Bapak' gitu? Masih muda juga."
"Ih, Mama. Sandrina serius! Mama kenal Pak Angga."
"Ya iyalah. Kan kamu juga kenal."
"Kenal di mana?"
"Ngga. Sirup Jeruk mau?" tanya Ratna setengah berteriak.
"Apa aja, Tan. Makasih." Suara Angga terdengar nyaring di telinga.
"Mama!" panggil Sandrina frustasi. Ia butuh dicerahkan saat ini. Ia masih sulit mempercayai kenyataan atasannya di kantor saat ini tengah duduk santai di ruang tamunya. Berjalan santai di sekitaran rumahnya, dan berbicara seolah-olah sudah sangat hapal dengan tiap sudut ruangan yang ada. Tak hanya itu, yang membuatnya lebih penasaran adalah bagaimana bisa ibunya ini berbicara begitu akrab dengan Angga?
KAMU SEDANG MEMBACA
Am I Seducing My Boss?
RomanceMeet Sandrina's boss dear readers.. Anggara Asta Maheswara. Manajer yang selalu melihat Sandrina dengan mata nafsu. Yah, tidak berlebihan bila Sandrina mengatakannya demikian. Bagaimana tidak? Setiap ada kesempatan, setiap ada celah pak Angga akan m...