"Saya tidak pernah tahu kamu bisa nyetir."
"Bapak nggak pernah nanya juga," jawab Sandrina super ketus.
Kadang Angga bingung dengan ciptaan Tuhan bernama wanita ini. Mood mereka suka berubah-ubah. Seperti sekarang saja, ia tidak paham kenapa gadis di depannya ini begitu marah padanya?
"Kemarikan kunci mobil saya, San."
Sandrina menghentikan langkahnya dan berbalik, menghadapnya dengan tatapan gusar.
"Bapak mau nyetir? Pake tangan yang luka gitu?"
Angga menggerak-gerakkan tangannya. Rasa berdenyut masih ada.
"Jangan digerak-gerakin gitu!" bentak Sandrina. Wajahnya memerah perlahan. "Kalau jahitannya kebuka gimana? Kalau makin robek gimana?"
Angga menarik napas sambil tersenyum senang. Dia bukan marah, tapi dia lagi khawatir. "Sandrina. Ini baik-baik saja."
"Jangan bikin mood saya makin jelek ya, Pak. Saya antar Bapak pulang sekarang."
"No. Saya antar kamu pulang."
"Pak Angga bisa nggak sih sekali aja, ngebiarin saya ngelakuin apa yang saya mau!"
Angga mengerjap. Sisi lain Sandrina yang baru ia ketahui. Gadis ini benar-benar sanggup membuatnya tunduk, diam dan tak membantah lagi.
"Oke. Tapi bisakah kamu berhenti melototi saya seperti ini? Saya suka mata kamu. Sungguh. Tapi tidak dengan pelototan kamu."
Sandrina tampak menarik napas pelan lalu mengembuskannya perlahan.
"Tangan Bapak lagi sakit dan itu karna saya. Jadi tolong biarin saya anter Pak Angga pulang."
Ia tersenyum saat melihat wajah Sandrina yang mulai melunak.
"Biar rasa bersalahmu sedikit berkurang?" ledeknya tak tahan.
Gadis itu mengangguk dengan wajah polosnya. Cute.
***
"Mau masuk dulu?" tanya Angga sesampainya di depan pintu apartemen.
Sandrina menatapnya ragu. Tentu saja, setelah semua godaan yang ia lakukan, sangatlah wajar bila gadis ini bersikap super hati-hati terhadapnya.
"Tenang saja, San. I'm a man with a manner. I won't touch you unless you give me your permission."
Sandrina menatapnya lama.
"Kecuali kalau kamu terus-terusan mancing saya. Mungkin saya bisa saja menyerang kamu," tambahnya.
Perlahan Sandrina meletakkan tas punggung miliknya di atas lantai. Gadis itu kemudian mundur satu langkah, bersiap berbalik dan melangkah pergi.
Angga mengangkat sebelah tangannya ke arah Sandrina. "Sori, bercanda. I can't help it, okey. Menggoda kamu sudah jadi kebiasaan baru buat saya."
"Dan saya benar-benar tidak suka dengan bercandaan Bapak."
Ia mengangkat bahunya santai. I'm gonna make you love my jokes, then, batinnya lalu tersenyum ke arah Sandrina.
Ia kemudian berbalik, memasukkan password pada door lock apartemennya. Dari ekor matanya ia bisa melihat Sandrina melakukan apa yang biasa dilakukan saat sedang mengantri di ATM. Memalingkan wajah.
"Silakan," ucap Angga mempersilakan gadis itu masuk terlebih dahulu.
Sandrina mengangguk sembari berkata 'Permisi'. Gadis itu lalu mulai menatap sekeliling apartemennya dengan tatapan penuh minat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Am I Seducing My Boss?
RomanceMeet Sandrina's boss dear readers.. Anggara Asta Maheswara. Manajer yang selalu melihat Sandrina dengan mata nafsu. Yah, tidak berlebihan bila Sandrina mengatakannya demikian. Bagaimana tidak? Setiap ada kesempatan, setiap ada celah pak Angga akan m...