Sandrina menatap ruangan Angga yang masih kosong sembari meletakkan tasnya di kursi. Ia mencoba mengatur degup jantungnya yang entah mengapa kembali bekerja secara berlebihan setibanya di kantor pagi ini.
"Ngapain diliatin terus? Aman kok. Hari ini Bos datengnya siang," kata Mira.
Sandrina yang kepergok sedang memperhatikan ruangan Angga pun segera mengalihkan pandangannya sembari mengendalikan ekspresi wajahnya sendiri.
"Lo kenapa telat," tanya Mira.
"Gojeknya muter muter nyari alamatku, Mbak," jawab Sandrina asal. Mira menganggukkan kepalanya lalu kembali menatap komputernya dengan serius. "Pak Angga ke mana emang, Mbak?"
Mira mengangkat kedua bahunya.
"Ini nggak sih. Ketemuan sama orang dari MT," tukas Ellen.
"Ah iya. Hari ini kan ya acaranya. Mudah-mudahan goal. Biar kita bisa makan-makan."
"Ha? MT apaan?" tanya Sandrina bingung. Maklum, Sandrina baru bergabung dengan tim marketing selama 4 bulan jadi ada banyak proyek lama yang sebenarnya belum terlalu ia ketahui detailnya.
"MT itu dulunya anak perusahaannya Gelts. Lo tau Gelts kan?" tanya Ellen.
"Iya," jawab Sandrina.
"Nah MT itu awalnya dibikin buat nanganin markomnya Gelts sama sekalian ngerambah ... ehm, sapa tau bisa jadi perusahaan PR & Markom juga. Jadi biar duitnya nggak lari ke mana-mana gitu. Singkat cerita, MT nggak sukses. Gelts akhirnya bikin tender buat nanganin markom mereka. Kita berpartisipasi dan hari ini waktunya pengumuman siapa yang menang tender."
Sandrina mengangguk-anggukkan kepala paham. "MT bubar akhirnya?" tanya Sandrina.
"Yep," jawab Ellen.
"Nah, trus ngapain ketemuan sama orang MT bukannya Gelts?" tanya Sandrina masih bingung.
"Ya mana gue tau! Banyak nanya juga nih anak," semprot Ellen gemas.
Sandrina mengerjapkan matanya, terkejut dengan semburan Ellen yang begitu tiba-tiba. "Okey. Santai dong," ucap Sandrina sambil mengelus-elus dadanya.
"Lo butuh sesuatu, San?" tanya Mira menengahi.
"Ha? Oh iya. Aku butuh tanda tangan pak Angga, Mbak. Tau nggak kira-kira balik kantornya jam berapa?"
"Ehm.. sama si Made-Dicka sih perginya tadi. Coba tanya mereka," jawab Mira.
"Oke, Mbak. Thank You."
***
"Makan-makan ... makan-makan!" kata Made dan Dicka sambil bersenandung ringan di sepanjang lorong kantor.
Angga hanya tersenyum mendengar nyanyian asal keduanya itu. "Siang semuanya," sapanya kemudian pada rekan kerjanya yang lain setibanya di kantor.
Mira, Ellen dan Sandrina seketika berdiri menyapa Angga di balik kubikel masing-masing. Nyanyian asal dari Made dan Dicka masih setia menjadi backsound di belakangnya.
"Makan-makan kita, Gaes," seloroh Made senang.
Angga bisa melihat Sandrina yang terus-menerus menolak untuk kontak mata dengannya. Ia tersenyum tipis, ketidaknyamanan gadis itu adalah kemenangan kecil baginya.
"Sukses, Pak? Kita menang tendernya?" tanya Mira pada Angga.
"Lo harus liat gimana Pak Angga tadi, Mir. Kalo bisa gue catet itu omongan ... bakal gue catet pasti," sahut Made.
"Tapi tetep aja nggak lo catet," sahut Mira.
"Gue sibuk mangap, Mbak Bro. Takjub gue," kata Made berdalih sembari menatap Angga dengan senyum mengembang. Diulurkannya tangan kanannya ke arah Angga sembari berkata. "Selamat, Pak," kata Made lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Am I Seducing My Boss?
RomanceMeet Sandrina's boss dear readers.. Anggara Asta Maheswara. Manajer yang selalu melihat Sandrina dengan mata nafsu. Yah, tidak berlebihan bila Sandrina mengatakannya demikian. Bagaimana tidak? Setiap ada kesempatan, setiap ada celah pak Angga akan m...