"Pak Angga orangnya kayak gimana mbak?" tanya Sandrina pada Mira, salah seorang seniornya di kantor.
"Pak Angga? Keren, ganteng, tinggi, pinter, maco, well manners, teges .... ehm, apalagi ya?" Mira menatap kosong ke depan, berusaha mengingat-ingat kata sifat apa lagi yang belum disebutkannya. "Kenapa emang nanya-nanya?"
"Nggak, cuman penasaran aja sama sifat aslinya."
Seniornya itu mengernyitkan dahinya. "Lo naksir ya?"
"What?!" Sandrina menengok ke kanan-kiri memastikan tidak ada yang ikutan nimbrung dengan mereka. "Ngaco ih, mbak Mira kalo ngomong."
"Nah terus ngapain nanya-nanya?"
"Aku cuman penasaran, Mbak. Murni penasaran. Ngerasa nggak sih kalau pak Angga kayak pake topeng."
"Semua orang itu pasti pake topeng. Emang lo nggak pake topeng?"
"Enggak."
Mira menatapnya sambil geleng-geleng kepala, terlihat tidak percaya. "Kalo gue gimana? Gue pake topeng nggak."
Sandrina menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Gimana lo bisa yakin?"
"Ya, karna Mbak kan baik asli sama aku."
Mira menghentikan kegiatannya memainkan kursor komputer. Dia beralih menatap Sandrina. "Lo diapain sama pak Angga?"
"Siapa yang saya 'apain'?" tanya suara berat dari arah belakang keduanya.
Sontak Sandrina dan Mira dibuat kehabisan napas saat mereka melihat sosok manajernya yang berdiri dengan tatapan penuh tanda tanya di sana.
"Kok pada diem?"
"Itu- itu- maaf, Pak."
"Ngapain minta maaf? Kamu ada salah, San?"
Sandrina menggeleng cepat.
"Atau saya ada salah sama kamu?" Mata Angga menatap Sandrina bulat-bulat lalu beralih ke Mira.
"Atau saya ada salah sama kamu, Mira?"
Tangan Mira langsung heboh bergerak ke kanan-kiri. "Jelas tidak, Pak. Kalau ada masalah, Bapak tahu sendiri saya pasti langsung ngomong."
"Begitu kah? Kalau begitu kamu ke ruangan saya ya, San."
Mira menepuk punggungnya. "Pake topeng lo kalo pengen selamet," ujar seniornya itu pelan.
Hati-hati, Sandrina pun mengetok pelan pintu ruangan Angga.
"Ya, San."
Ia melangkah dengan awas.
"Kenapa jauh-jauhan begitu. Duduk di sini saja," ujar Angga sembari menunjuk kursi dihadapannya.
Sandrina menurut dan duduk di hadapan Angga. Manajernya itu menghentikan kegiatannya dan menatapnya lurus.
"Kamu tidak cocok dengan apa?"
"Bukan apa-apa kok, Pak. Tidak ada masalah," jawab Sandrina cepat.
Angga tersenyum singkat. Mata Sandrina tanpa sengaja bertabrakan pandang dengan mata tajam atasannya itu.
"Sudah berapa lama kamu kerja di sini, San?"
"4 bulan, Pak."
"Ada yang sulit di kerjaan?"
"Nggak ada, Pak."
"Kamu senang bekerja di sini?"
"Iya, Pak."
"Sudah bisa beradaptasi dengan ritme kerjanya?"
"Sudah, Pak."
"Anak-anak membantu kamu kan, kalau ada yang tidak kamu pahami?"
"Iya, Pak."
"Kalau begitu masalah kamu di 'Saya' saja berarti."
"Iya, Pak."
Sandrina segera mendongak saat menyadari mulutnya keceplosan mengatakan apa yang tidak seharusnya. Seringai serigala yang tengah melihat daging terlihat jelas di wajah manajernya itu.
"Gotcha." ujar Angga dengan senyum yang sulit ia pahami.
Sapa yang pernah kepergok ghibahin atasan??
Cuuuung!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Am I Seducing My Boss?
RomanceMeet Sandrina's boss dear readers.. Anggara Asta Maheswara. Manajer yang selalu melihat Sandrina dengan mata nafsu. Yah, tidak berlebihan bila Sandrina mengatakannya demikian. Bagaimana tidak? Setiap ada kesempatan, setiap ada celah pak Angga akan m...