Bagian 3

112 49 12
                                    

"Pagi anak anak. kita kedatangan murid baru. Mari perkenalkan dirimu" ucap bu Leni selaku wali kelas 8B.

Seorang gadis cantik dengan badan sedikit berisi namun memiliki jari yang lentik dan tak terlalu tinggi badannya, berdiri di depan kelas dengan kedua tangan memegang tali tas ranselnya. Sedikit gugup dan malu-malu memperlihatkan deretan gigi putihnya yang rata.

"Assalamualaikum. Pagi, perkenalkan nama saya Anya Rahma biasa di panggil Rama atau Anya. Saya pindahan dari luar kota tepatnya dari Jawa di kota Jogjakarta" Ucap Anya si murid baru.

"Waalaikumsalam pagi" ucap semua murid dengan kompak.

"Hai Anya" ucap Ilham dan Anya hanya tersenyum malu.

"Oke silahkan duduk di dekat Lestari" Ucap bu Leni

"Hai." Ucap Anya sambil memperlihatkan deretan giginya.

"Lestari" membalas senyuman ramah Anya.

" Baik anak anak kita mulai pelajaran IPA. Buka halaman 11..........." Jelas bu Leni

Dan bel istirahat berbunyi
Kriiiing!

"Emm Lestari gue ikut lo ya ke kantin?" Ucap Anya.

"Emm Ghea? Gak ke kantin?" ucapku.

"Kalian duluan ajah"

Di tengah keramaian suasana kantin saat istirahat menambah syahdu irama perut yang sudah keroncongan, dua porsi bakso sekaligus es jeruknya sudah ada di hadapan mereka berdua.

"Hai kenalin gue Ilham" ucap Ilham dan mengulurkan tangannya ke Anya.

"Iya gue Anya" ucap Anya.

"Boleh gabung gak?"

"Bo---"

"Boleh" sahut Anya sambil menoleh karena memotong perkataanku.

Baru kemarin Ilham menunjukkan perlakuan istimewa kepadaku tapi hari ini dewi keberuntungan tak berpihak padaku lagi, akibat terlalu cepat merasa di istimewakan berujunglah kekecewaan ketika keperduliannya sudah berpindah tempat. Senyum paksa yang sejak tadi aku perlihatkan untuk merespon setiap sesuatu yang mereka obrolkan.

Sebenarnya seperti apa sifat Ilham, akupun tak tau pasti.

"Eh kamu gak makan?" Ucapku.

"Udah pesen kok tadi, mungkin bentar lagi siap" ucap Ilham.

Aku hanya mengangguk mengerti dan kembali menyaksikan obrolan Anya dan Ilham. "Uhuk!"

Obrolan mereka terhenti, Ilham menyodorkan gelas minuman ke arahku dengan cepatnya. "Kalo makan bakso dikunyah dulu jangan langsung ditelan aja" ucap Ilham.

Aku meneguk minumnya tanpa sedotan, untuk meluruhkan makanan yang tersangkut pada tenggorokan.

______________

Aku berlari keluar kelas mengingat kak Nanda yang tidak akan mau menunggu jika diriku telat ke depan gerbang 10 menit saja, karena terburu-buru aku tak sengaja menyenggol tangan seorang cowok dan membuatnya menjatuhkan kacamata hitamnya. Tersenggol, terpental jauh sehingga membuat satu kaca hitamnya copot sontak dengan rasa tanggung jawab aku langsung mengambil kacamata tersebut meski tak utuh lagi. Dan mengetahui bahwa  pemiliknya adalah Ilham, membuatku semakin tak enak hati.


"Sorry ya Ham gak sengaja, besok aku ganti deh sekarang aku lagi buru-buru"

Ilham mencekal tanganku, aku pikir ia akan marah karena kacamatanya rusak. "Plis lepasin aku, beneran janji besok aku ganti sekalian aku beliin topi baru" ucapku memohon.

"Gak usa diganti gapapa kok. Gue ada 5 kacamata yang kayak gitu dan lupain soal topi itu, gue anter lo pulang ya"

"Tapi mas Nanda gimana? Emm maksudnya kakakku"

"Emang siapa sih yang gak kenal sama Nanda kakak lo, dan lo itu adeknya yang sama pinternya udah lo tinggal hubungi kakak lo kalo lo mau pulang sendiri" ucap Ilham.

•••

"Assalamualaikum" Ucapku sambil mendorong pintu rumahnya.

"Waalaikumsalam. Di anter siapa?" ucap kak Nanda.

"Temen" ucapku.

"Eh mas Gandy tumben, kapan datang?"

"Baru kok dek" ucap mas Gandy.

"Apa senyum-senyum?" ucap kak Nanda.

"Emang gak boleh?" Ucapku yang terus melihat ke arah Gandy dari samping.

"Bikinin minum kek kan ibu lagi keluar" ucap kak Nanda.

Dengan terpaksa ku melangkahkan kaki ke dapur dan merebus air untuk membuat teh manis. Dan mengeluarkan roti dari kulkas lalu menatanya di piring.

Otak yang halu mulai berimajinasi. Layaknya dalam film romantis dimana cowok menggandeng tangan ceweknya sambil mengayun kedepan ke belakang seirama dan tertawa bersama. Ah indahnya.

Kak Nanda muncul entah darimana.

Krempyanggggg!!

Sebuah wadah alumunium sengaja di jatuhkan oleh kak Nanda dan tertawa terpingkal-pingkal melihat adiknya kaget karena ulahnya. "Asem" pekikku terkejut.

"Lama banget. Gue kira lo sambil beser dek" ucapnya dengan tawa laknatnya.

Aku berdecak kesal "Ck, sabar dikit napa mas"

Kak Nanda menjauh sambil sesekali menoleh ke belakang dan menertawaiku yang masih menyiapkan teh dan camilan.

Untung aku tidak lupa apa ysng menjadi alasanku tersenyum. Karena mas Gandy masih ada di muka bumi maka senyum akan senantiasa berkembang dan tak akan layu. Cowok tinggi berparas tampan dan suaranya yang mampu mendinginkan hati bahkan duniaku. Rambutnya tertata rapi tanpa ada jambul dan aromanya yang selalu wangi dan juga kulitnya yang putih.

Aku berjalan diruang tamu dengan membawa nampan dan menyuguhkan roti bersama teh manis untuk mas Gandy dan kak Nanda tentunya diberikan dengan senyum polos yang terpancar dari bocah SMP.

"Udah sana ganti baju" perintah kak Nanda.

"Iya iya..."

Aku menaiki tangga dan masuk ke dalam kamar.

Terlepas dari perlakuan Ilham padaku yang tak tentu, aku masih tetap menaruh rasa kagum yang begitu dalam untuk Gandy sahabat dari kakakku sendiri. Bagiku, Gandy adalah duniaku.
Gandy adalah cinta pertamaku.
Gandy adalah seseorang yang mampu mengetuk pintu hatiku sejak pertama kali mataku diberi kesempatan untuk saling menatap.

Sementara Ilham adalah seseorang yang kebetulan masuk ke dalam celah yang sangat kecil dati dalam hatiku.
Ilham adalah cowok pertama yang mau dihukum untuk melindungiku.
Ilham adalah cowok baik sejauh ini.

Salam sayang,

Rk')

Silent Please [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang