Pasti setelah penantian lama, aku bakal kembali juga. Melanjutkan cerita ini, maaf ya karena cerita hidupku lagi gitu-gitu aja ya jadi ide buat nulis cerita ini ya kosong. Sama kayak hati aku, kosong kalo gak ada kamu. Eaakkk
Oke nih author gak mau basa-basi mulu. Salam hangat ya pak bos bu bos.
Setahun berlalu, banyak yang berubah di kehidupan Lestari dan yang lainnya. Karena setelah kembalinya Lestari ke Jakarta, ia disibukkan dengan perihal pendaftaran di sekolah barunya. Wajahnya memang fresh tapi tetaplah hatinya masih sama, meski sudah lupa sampai bener-bener lupa pasti yang namanya ingatan juga muncul semdiri tanpa diduga.
Tapi kali ini tak ada menaruh harapan kepada siapapun, kecuali kepada cinta pertamanya yang masih membekas. Terkadang sering sedih dan melamun jika mengingat Gandy masalalu kelamnya, tapi itu tetap masalalu dan tak akan berubah.
Kevin tak pernah menghubungi Lestari sejak ia tinggal bersama papanya, mungkin saat ini mereka memang satu kota tapi tak saling mencari. Berdekatan tapi tak saling terhubung satu sama lain, mungkin memang benar bahwa dunia terlalu sempit untuk urusan cinta tapi terlalu besar untuk urusan pendidikan. Banyak saingan dan membingungkan.
Kak Nanda kini sudah lulus dan ia menjadi seseorang yang lebih bijaksana, mengelola perusahaan almarhum ayahnya. Bahkan tak jarang ia mengajak Lestari ke kantor hanya untuk mengajarinya cara mengelola bisnis dengan cerdas dan cekatan. Kak Nanda nampak dewasa dengan pakaian formalnya.
Dan Ilham? Entahlah sejak kembalinya Lestari ke Jakarta juga belum pernah bertemu dengan Ilham. Mungkin sudah bahagia dengan Anya atau mungkin dia sudah move on dari Lestari.
"Ah sudahlah aku lebih memilih untuk belajar dengan Mas Nanda daripada mengurusi dunia yang sempit karena cinta" ucap Lestari yang kini sifatnya sedikit berubah.
"Kamu yakin? Tapi jangan sampai mas jadi duniamu ya" goda kak Nanda.
"Kalo aja mas bukan kakak kandungku, aku jadi orang pertama yang daftar"
"Daftar?" Mas Nanda mengangkat beberapa berkas kantor.
"Iya daftar jadi calon istri"
Masalah itu seperti sebuah pesawat yang sudah dijadwalkan kapan terbang dan kapan akan mendarat, sementara cuaca buruk yang menghalangi penerbangan adalah respon tubuh kita dan energi negatif dari kita. Jika kita marah dengan keadaan dan tidak ingin bangkit lalu meyelesaikan masalah, maka pesawat itu akan selalu terhalang dengan cuaca buruk tersebut. Dan sebaliknya jika kita bisa berpikir positif maka masalah itu hanya akan sebentar hinggap dan sebentar juga akan selesai, meskipun masalah terus datang bertubi-tubi setidaknya masalah akan cepat selesai dan tidak berlarut-larut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Silent Please [Revisi]
Teen Fiction[Revisi Ulang sudah sampai part 13] Perasaan seseorang itu RANDOM. Tidak menentu, tergantung sang pencipta. Seperti dalam ayat suci bahwa Allah berkuasa membolak balikkan hati makhluknya. Meskipun saat ini kau sangat memujanya, suatu saat perasaan...