Menyusuri ruang hatimu yang terbang tak dapat kusentuh. semua ini hanyalah angan anganku yang terlalu jauh. Perasaanku~
.
.
.
.
Pagi itu aku sudah berada di taman belakang sekolah. Hanya ada desiran angin, terdapat bunga matahari yang nampak segar diterpa dengan embun pagi yang membuatnya semakin cantik dan elok untuk dipandang.
Sesekali kulihat jam yang melingkar di tangan kiriku. Terus berdetik tanpa berhenti. Ilham sudah membuat janji akan bertemu di taman sekolah pagi-pagi sekali untuk membicarakan sesuatu.
menunggu dan terus menunggu, setiap ada suara langkah kaki, aku selalu berharap bahwa itu Ilham. Tapi kenyataannya nihil, hingga 10 menit sebelum bel masuk, aku memutuskan untuk ke kelas.
Ceklek!!
Aku membuka pintu kelas dan menatap Ilham disana.
Flashback On
Ilham baru saja memarkirkan motornya dan berniat langsung menuju ke halaman belakang sekolah. Karena Ilham berangkat ke sekolah bersama Anya, jadi ia dicegah dan terpaksa mengikuti kemauan pacarnya.
"Ham jangan pergi" Anya mencekal erat pergelangan tangan Ilham
"Tapi aku ada janji" Ilham melirik tangan Anya yang menahan langkahnya.
"Iya tapi kalian cuma berdua disana"
"Terus kamu mau ikut?"
"Enggak kita ke kelas aja"
"Tapi kan a..." Anya menarik tangan Ilham hingga membuat Ilham diam dan pasrah.
"Udah ke kelas aja"
Akhirnya dengan terpaksa Ilham telah mengingkari janjinya sendiri
Flashback Off
"Ham lo disini?" ucapku kaget melihatnya duduk di bangkuku.
"Iya Ta. Sorry ya gue uda buat lo nunggu." Ucap Ilham.
Aku menaruh tas di atas mejaku dan berjalan keluar kelas, persetan dengan jam pelajaran pertama.
Aku kembali ke taman di belakang sekolah dan merasakan pengingkaran janjinya, mengatupkan kedua tanganku hingga menutupi seluruh wajahku. Dadaku terasa sesak seperti ada yang menusuk sangat dalam. Mungkinkah cinta atau perasaan yang lain. Lantas perasaanku ke Gandy disebut apa jika bukan cinta.
Mungkin aku hanya cemburu.
Aku tidak menangis, hanya saja mengintropeksi diri. Sebenarnya ini salahku yang karena terlalu berharap atau perasaanku yang terlalu menuntut untuk memiliki dua pria sekaligus. Ah maruk sekali aku.
"Tuhan sebenarnya apa rencanamu. Kau hadirkan Gandy lalu kau hadirkan juga Ilham. Dua cowok yang sama sama aku sayangi" batinku dalam keadaan masih termenung.
"Sory Ta, gue gak bermaksud buat ingkar" ucap Ilham yang tiba tiba muncul.
"Kenapa nyusul?" ucapku.
"Gue cuma mau jadi temen lo disaat semuanya cuma mau manfaatin lo" ucap Ilham.
"Aku tahu kok kan dari awal tempe" sebenarnya dadaku terasa sesak, tapi tak seharusnya ku perlihatkan jika memang hanya teman.
"Serius Ta" nampak sebuah wajah tak enak hati darinya. "Gue kemarin udah tanya kan sama lo, dan lo bilang setuju yauda gue jadian sama Anya" sambung Ilham.
"Aku ikut seneng" ucapku tersenyum kecut.
Ilham mengulurkan tangannya dan tersenyum "ke kelas?"
Aku meraih tangannya dan berjalan bersamanya menuju kelas.
Entah untuk hari ini semangat belajarku hilang seketika, aku akan mencoba menguatkan hati dan pura-pura lupa dengan kejadian tadi. Dengan begini aku tersadar bahwa tidak mungkin untuk menyukai dua orang cowok dalam satu waktu, aku tetap masih punya Gandy. Mungkin Ilham memang untuk Anya dan aku untuk Gandy, tetapi bumi berputar untuk siapapun dan apapun.
__________________
"Jadi sekarang lo gak keberatan kan kalo harus jaga jarak sama Ilham?" Ucap Anya.
Di suasana kelas yang sepi karena bel pulang sudah berbunyi sepuluh menit yang lalu, aku, Anya dan Ilham sengaja pulang belakangan.
"Kenapa gitu? Kan aku sama Lestari udah temenan dari dulu?" Protes Ilham.
"Tapi kamu tau kan kalo kehadiran orang ketiga dalam suatu hubungan itu gak elit untuk seorang Ilham?" Ucap Anya.
"Udah gapapa kok gue gak keberatan, yauda gue duluan ya Ham, Anya" ucapku lalu keluar meninggalkan mereka berdua.
Aku sadar aku harus mundur, tidak baik menjadi perusak hubungan orang. Dan tidak akan indah jika berjuang untuk orang yang sudah dimiliki orang lain. Aku semakin mempercepat langkahku semoga saja kak Nanda tidak keburu pergi, tapi memang benar tak ada tanda-tanda Ilham mengejarku.
Aku tau Ilham anak baik, Tapi Anya? Iya Anya memang mempunyai tatapan yang sinis. Awalnya memang teman baik tapi semakin kesini dia semakin seperti teman-teman yang lain, untung aku sudah terbiasa sendiri jadi tak apalah jika ke kantin harus sendiri. Meskipun aku dan Anya masih sebangku tetapi tak ada tegur sapa yang menyenangkan dari kami berdua, entah mungkin dia cemburu dengan kedekatanku dan Ilham atau memang berteman denganku itu tidak asik.
Mataku menyipit mencari keberadaan kak Nanda di depan gerbang.
Beruntung, kak Nanda masih ada disana dan menungguku. Nafasku tersenggal tapi setidaknya kak Nanda juga terkejar. Tak ada ucapan apapun darinya, mungkin dia terlalu lama menunggu. Aku langsung mengambil helm dan duduk di jok motor kak Nanda tanpa berkata apapun.
Jika benar aku harus menjauh dari Ilham mungkin sudahlah habis waktuku untuk berteman dengannya, aku harus jaga jarak dan merelakan penolongku untuk Anya teman sebangkuku yang sebelumnya kukira juga teman baikku.
Angin yang cukup kencang ikut menyertai laju motor kak Nanda.
"Dek, depan gang rumah kita nanti kamu turun ya. Mas ada urusan!"
"Urusan apa mas? Gak mau ganti baju dulu?" Tanyaku penasaran.
"Cuma bentar kok dek, sore juga udah pulang. Sampein ke ibu ya kalo nanti di rumah ada ibu"
"I-ya"
•••
Nanda Pov.
Setelah mengantarkan Lestari ke gang dekat rumah, aku dan motor kesayanganku langsung melesat dengan cepat. Pasalnya tadi Raka menelpon dan ada pertengkaran hebat antara Gandy dan seorang cowok, sebagai sahabat yang baik aku langsung berniat menuju TKP.Di atas tanah lapang yang luas di tambah dengan matahari yang terik semakin menyulut emosi di kepala Gandy dan lawannya, aku berlari ke arah Raka yang berusaha melerai.
"Dia siapa Ka?" Tanyaku penasaran.
"Pacar barunya Lia".
"Gila, bisa bonyok Gandy ngelawan cowok segede itu ototnya"
"Astaghfirullah, gue kesini kan mau bantuin bukannya mau nonton" ucapku yang sempat lupa dengan tujuanku.
Nanda Pov End.
Maaf ya update nya malem banget
Salam sayang,
Rk')
KAMU SEDANG MEMBACA
Silent Please [Revisi]
Teen Fiction[Revisi Ulang sudah sampai part 13] Perasaan seseorang itu RANDOM. Tidak menentu, tergantung sang pencipta. Seperti dalam ayat suci bahwa Allah berkuasa membolak balikkan hati makhluknya. Meskipun saat ini kau sangat memujanya, suatu saat perasaan...