Bagian 10

90 27 3
                                    

Happy malming ya gaes :v

Aku suka sama kamu, kamu suka sama dia, dia suka sama temanmu, temanmu suka sama aku. Kalau maunya hatiku, sudah saja kamu sama aku. Tapi kalau kalau begini lebih baik kita semua teman saja ~ CJR (Teman Saja)

.

.

.

Aku pulang ke rumah dan ternyata rumah sedang sepi, jadi aku menyalakan televisi dan berbaring di sofa kecil yang berada di depan televisi.

Ku pencet-pencet remot berulang kali ku ganti channel dan memang acara sangat membosankan. Aku menutup mata dengan keadaan televisi yang masih menyala. Bodoamat, dari pada sepi dan membayangkan ada hantu dan sejenisnya.

"Dek bangun, masa cewek tidurnya di sembarang tempat" omel kak Nanda sambil menggoyangkan tubuhku.

"Apasih ganggu" ucapku lalu mengganti posisiku dari berbaring menjadi duduk.

"Dek, ambilin gue minum gue ada info penting tentang Gandy" suruh kak Nanda.

"Boleh tapi mana es krimnya" ucapku sambil menatap kak Nanda.

"Ini lebih luar biasa dari es krim dek" ucap kak Nanda.

Dengan terpaksa aku berdiri dan berjalan menuju dapur. Mengeluarkan jus jeruk dari kulkas dan menuangkannya ke gelas kaca.

Aku berdecak kesal "Ck, nih apa info pentingnya?"

Kak Nanda menyambar gelas yang berada di tanganku dan langsung meneguknya telak. Kak Nanda mengusap bibirnya yang agak basah.

Berdehem sebanyak tiga kali sebelum berbicara. Dan ternyata yang ia sampaikan "Lo ke kamar siap-siap dan ikut gue cepet. Sepuluh menit atau kalau gak lo bakal gue tinggalin" ucapnya.

Apalagi yang harus kulakukan selain menaiki tangga dan masuk kekamarku. Aku mencuci muka dan langsung mengambil tas yang berada di atas meja. Tak lupa ponsel kumasukkan ke dalam tas kecil tersebut.

Aku menuruni tangga dan kembali menemui kak Nanda. Kak Nanda membawaku keluar rumah dan memyuruhku naik motor bersamanya.

Kak Nanda mengegas motornya lalu berhenti di depan Rumah Sakit Kota.

Sontak aku langsung heran dan bertanya "Siapa yang sakit mas?"

Hari ini kak Nanda benar-benar aneh, misterius. Untuk apa membuatku bertanya-tanya dan membuat teka-teki tanpa harus ku jawab. Kak Nanda menarik tanganku dan membawaku entah kemana, aku hanya mengekori langkah kak Nanda. Jika ku tanya mengapa harus menarik tanganku pasti jawabnya adalah takut kalau aku hilang, karena memang itulah senjata pamungkasnya saat ku tanya mengapa.

Menyebalkan memang, tapi dia kakak yang baik. Meskipun resek tapi tetap penyayang. Kak Nanda  membawaku menyusuri lorong-lorong di rumah sakit, entah sudah berapa lorong yang ku lewati bersama kak Nanda.

"Eh Lia" ucap kak Nanda saat mendapati seorang gadis yang baru menuruni tangga.

"Lo duluan deh dek keburu malem, lo tinggal naik aja ke tangga ini dan belok kiri terus ruang anggrek nomer 4 lo masuk. Gue mau ngomong dulu sama ini cewek" ucap kak Nanda.

Aku terdiam menatap heran kak Nanda.

"Udah naik aja" sambung kak Nanda yang melihatku sedang keheranan.

"Iya mas jangan macem macem inget Kak Nabila" ucapku dan mulai menaiki anak tangga.

"Iya dek iya" ucap kak Nanda.

"Lo, cowok baru lo sama Gandy ada urusan apa?" Tanya kak Nanda.

"Intinya gue hamil" ucap Lia.

"Lo Gila?"

Lia meraba tasnya dan menunjukkan tes kehamilan yang hasilnya positif, mata kak Nanda membulat tak percaya. "Serius hamil? Sama Gandy apa cowok baru Lo?"

"Gandy!" Tegas Lia

"Shit!" Pekik kak Nanda dan dengan cepat menaiki anak tangga meninggalkan Lia yang masih disana.

Kak Nanda membuka pintu ruang rawat Gandy dan melihatku disana yang terduduk lesu di samping ranjang, aku tak kuasa melihat Gandy yang lemas dan akupun tak tau apa sebabnya. Rasanya tubuhku ikut lemas dan lunglai melihat luka yang ada di tubuhnya, mungkin dia memang mengambil sebagian ragaku agar aku bisa merasakan sakit yang dia rasakan.

"Dek pulang yuk" kak Nanda kembali meraih tanganku.

"Kenapa?" Tanyaku.

"Keburu malem dek, di cariin ibu" ucap kak Nanda sambil menatap sinis Gandy.

Kak Nanda langsung membawaku pulang saat itu juga.

Kak Nanda menyuruhku turun dan kemudian putar balik dan kembali melajukan motornya. Aku hanya heran dengan tingkah kak Nanda dan menatapnya yang mulai hilang di telan tikungan jalan.

"Mas Gandy kecelakaan dan mas Nanda kenapa? Tau ah urusan orang dewasa mungkin" ucapku lalu masuk kedalam rumah.

____________

Kak Nanda kembali memarkirkan motornya di parkiran rumah sakit yang cukup sepi di malam hari. Menyusuri lorong rumah sakit dan kembali menemui Gandy di ruang rawat.

Kak Nanda masuk dengan kondisi kedua tangannya yang mengepal. Menarik napas dalam-dalam dan mulai membuka suara.

"Sebenarnya apa yang terjadi sama lo adek gue dan Lia" bentak kak Nanda.

Gandy yang sedang terbaring lemah hanya bisa pasrah jikalau kak Nanda murka dan memberikan pukulannya. Disaat yang sama Lia masuk dari balik pintu dan menghampiri Gandy.

"Jangan apa-apain calon suami gue" ucap Lia sedikit berteriak.

"Udah gila lo pada. Nyesel gue udah bantuin lo Ndy, tau gitu gue biarin lo mati" ucap kak Nanda dengan menatap sinis Gandy.

Gandy menelan ludahnya kasar "Lia hamil dan gue..." ucap Gandy terputus.

"Lo adalah bapaknya dan mulai sekarang semuanya udah selesai. Jangan berani ketemu sama Lestari lagi." Nada bicara kak Nanda  meninggi.

"Gue aja gak tau Nan itu beneran anak gue apa anaknya cowok tadi" lirih Gandy karena kondisinya memang lemas.

Kak Nanda hanya bisa menahan emosinya dan mengepalkan tangannya, lalu dipukulkan ke pintu sebelum keluar dari ruang rawat meninggalkan Lia dan Gandy.

Awalnya aku memang menjodohkan Lestari dengan Gandy, kupikir dia sudah berubah menjadi cowok yang baik dan setia. Nyatanya dia cuma omong kosong, entah kakak macam apa yang membuat adiknya sendiri patah hati. Tapi itu semua sungguh di luar ekspetasiku, dia begitu brengsek dari yang kukira.

"Dek dek kenapa lo bisa suka sama cowok model kayak gitu" gerutu kak Nanda.

Nanda pov End.

Sentuh bintang di bawah ya

Salam sayang,

Rk')

Silent Please [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang