Bagian 5

104 43 8
                                    

"Adek, bangun sendiri nggak bisa kah?" Teriak kak Nanda.

Dengan mataku yang masih setengah terpejam kulirik jam beker di atas meja. Mataku terbelalak melihat jam yang sudah menunjukkan pukul setengah tujuh kurang lima menit. "Asem, mas Nanda balas dendam" gerutuku.

"Makanya belajar bangun sendiri kek. Mas berangkat dulu dek, daadaah " ucap kak Nanda dengan senyum laknatnya.

Sambil menggerutu, aku langsung mandi dengan terburu buru dan langsung berangkat sekolah bersama ojek online langganan kak Nanda.

Skip****

Tanpa basa basi aku langsung berlari menuju kelas dan.....

Bruk!!

Aku membuat kaca mata hitam kembali terlempar.

"Sorry" ucapku sambil melihat siapa yang kutabrak.

"Oh iya gapapa masih tersisa tiga kok kacamata gue" umpat Ilham.

"Oke, aku ke kelas dulu" Balasku sambil melanjutkan perjalananku menuju kelas.

Kelas yang ribut seketika senyap saat aku membuka pintu

Ceklek!!

"Anjir, gue kira ada guru"

"Nih anak ngagetin aja deh"

"Asem, gue kira guru"

"Ternyata eh ternyata zonk"

Begitulah kira kira omongan mereka dan kemudian guru datang dan pelajaran pertama kedua ketiga dan seterusnya.....

Kriiinggg!

Bel istirahat telah berbunyi. Semua manusia dalam kelas berhamburan keluar untuk mengisi perutnya yang kosong dan minta di isi.

Aku duduk di bangku dekat tukang mie ayam bersama Anya. Menunggu dua mangkuk mie ayam tersaji di meja kami. Anya mengeluarkan ponsel dari sakunya dan dengan lihai jari jemarinya menggeser simbol kamera.

Aku langsung menutup mukaku dengan kedua tangan begitu Anya meminta foto berdua denganku. "Jangan ngajak foto. Gue jelek" ucapku.

Anya menurunkan ponselnya dan kembali memasukkan kedalam sakunya. Entahlah mengapa Ilham selalu bergabung dengan kami.

"Hai Anya. Gue duduk sini ya?" Ucap Ilham.

"Ham!" sahutku.

"Gue lagi ngomong sama dia. Anya nanti pulangnya gue anter ya?" ucap Ilham.

"Boleh" ucap Anya.

"Ham beneran tadi aku gak sengaja--" Ilham menggelengkan kepalanya membuatku menghentikan gerak mulutku.

Sebentar baik sebentar berubah, begitulah Ilham menurut pengamatanku sejauh ini. Benarkah aku mulai menumbuhkan sebuah perasaan yang lain dengan Ilham?
Jika memang tidak ada apapun mengapa ku merasa ada yang janggal jika Ilham mencoba mendekati Anya.
Lantas disebut apa perasaanku pada Gandy? Bumi masih berputar dan duniaku masih tetap Gandy bukan?

•••

Aku berada di halaman sekolah menunggu jemputan kak Nanda. Lima belas menit lamanya sosok kak Nanda belum juga muncul. Aku meraba saku kemejaku dan mengeluarkan ponsel lalu menyalakannya.

Mas Nanda Missed Calls (3)

"Kenapa nih orang? Apa gak bisa jemput ya" desisku.

Brem bremmm!!

Sebuah motor berhenti didepanku. "Pulang bareng gue aja" tawar seseorang yang tak lain adalah Ilham.

"Kan kamu tadi nganter Anya kok balik lagi?" Tanyaku.

"Sebenarnya gue gak mau kesini tapi berhubung dari lampu merah sana gue lihat orang berdiri sendirian yauda gue mau nawarin pulang bareng gue. Tapi kalo dia gak mau yauda gue pulang sendiri" ucapnya lalu memutar kunci dan menyalakan mesin motornya.

"Eh tunggu-tunggu iya aku ikut" ucapku pasrah.

Aku menaiki motor Ilham dengan terpaksa daripada pulang jalan kaki dan sialnya uang saku juga habis jadi tidak ada ongkos untuk naik angkutan umum.

Ciiittt!. Ilham mengerem motornya mendadak. Dengan spontan aku menoyor kepalanya dari belakang. Ralat, menoyor helmnya dari belakang. "Modus" ketus aku.

Ilham malah tersenyum miring dan menyuruhku turun dari motornya. Dengan cara paksa dia menggandeng tanganku memasuki sebuah toko kecil.

"Loh mau ngap...." ucapanku terpotong.

"Mau beliin sesuatu buat Anya. Kebetulan lo cewek kan, jadi gue mau beli sesuatu buat pdkt sama dia" jelas Ilham.

Jleb.

Kupikir kita istimewa, lantas apa arti kedekatan kita sejauh ini? Hanya teman? Serasa ditusuk jarum suntik tak menimbulkan luka namun setelahnya akan membuat ngilu begitu cairannya menyebar.

"Kenapa harus aku?" Gerutuku kesal.

"Karena cuma kamu yang dekat sama Anya. Mau pulang sendiri?" ucap Ilham sambil menunjuk anak panah bertuliskan Exit.

"Jadi gak ikhlas nih nganterin pulang?" Ucapku.

"Bukannya gak ikhlas ya Ta, tapi lebih ke saling menguntungkan. Gue anter lo pulang dan lo bantuin gue pilih sesuatu" ucap Ilham.

Cemburu ku cemburu meski kau bukan kekasihku, ah labilnya perasaanku.

Aku menyerah dengan Ilham. Ralat, bukan menyerah tapi mengalah dengan Ilham. Akhirnya aku menyisiri setiap sudut dan memperhatikan semua barang yang dijual di toko.

Aku menarik tangan Ilham dan menunjukkan sesuatu yang ku pilih. Sebuah sticky note dan earphone.

"Kok selera lo konyol banget sih Ta. Mau pdkt apa mau lipsing ha?" Ucap Ilham.

"Makhluk yang sering galau itu cewek dan biasanya nih, cewek suka dengerin lagu biar moodnya balik lagi terus kalo sticky note itu buat nulis hal penting biar gak kelupaan dan di tempel di tembok kamar biasanya" ucapku panjang lebar.

"Yauda deh beli itu aja" ucap Ilham.

Salam sayang,

Rk')

Silent Please [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang