Guys maaf ya mungkin aku update cerita ini agak molor dikit. Sekalian baca cerita baruku ya hehe
➡➡judulnya Send(u)Tapi aku usahakan cerita ini bakal lanjut terus sampe ending.
Makasih untuk kalian yang tetep setia nungguin cerita ini dan yang baca dari awal sampe part yang gak jelas ini.
Yang terpenting ikutin terus ya cerita ini sampai end. Hadiahnya dapet pahala dari Tuhan karena menyenangkan hati orang lain termasuk perbuatan terpuji.
So, I Love You for All My Readers Silent Please.
Aku terbangun dengan mata setengah terpejam. Tubuhku bagaikan paku yang tertarik magnet, masih ingin menempel dengan kasur yang empuk dan nyaman.
Aku berandai-andai dengan mataku yang belum melek sepenuhnya. Andai suara motor Kevin terdengar pagi ini, pasti aku akan dengan cepat lari kekamar mandi dan dengan super cepat ku pakai seragam dan berlari menuruni tangga untuk menyapa Kevin dengan senyum manisku.
Ah apalah dayaku yang hanya sebatas angan. Dengan langkah berat aku menuju kamar mandi dan mulai melakukan ritual mandiku dan seperti biasa ku menunggu di jemputan di depan rumah.
Huffttt, ternyata masih Dion yang menjemputku. Aku berjalan menuju motor Dion dan motornyapun mulai melaju dengan kecepatan sedang.
Di tengah perjalanan, Dion mulai membuka suara "Ta, Kevin uda pergi" ucap Dion.
"Kevin pergi?" Tanyaku heran.
"Kevin pergi ke Jakarta dan tinggal sama papanya" ucap Dion.
Aku hanya membisu, dadaku terasa sesak seketika. Badanku terasa lemas tanpa tulang yang menyangga, pandanganku kosong, pikiranku terbawa sejuknya angin pagi hari. Terasa lemas dan tidak bersemangat.
Sepintas bayangan Ilham berada di pikiranku. Bagaimana keadaannya sekarang, tak ada yang menyayangiku setulus Ilham. Kupikir pilihanku benar dan tidak meleset, ternyata Kevin pun meninggalkanku.
Entah sejak kapan tapi rasa ini belum juga punah untuk Ilham, satu-satunya teman di sekolah dulu.
"Ta, kamu gapapa? Uda nyampe nih, gak mau turun?" Ucap Dion.
"Oh iya Yon" ucapku dan langsung berjalan menuju kelasku.
Aku menatap bangku kosong milik Kevin dan berdiri di samping pintu dengan kedua tangan menggenggam tali ransel.
"Udahlah jangan kepikiran terus. Fokus belajar, jangan semangat cuma karena Kevin. Sebelum kamu kenal Kevin kan nilai kamu bagus masa ditinggalin Kevin sekarang jadi lesu gini" Bisik Hana yang berdiri di sampingku.
"Iyasih kamu bener Han. Mending sekolah dulu masih SMP juga" ucap aku.
Kemudian aku duduk di kursi dan mulai fokus dengan pelajaran yang guru berikan.
•••
Bel pulang sekolah telah berbunyi lima menit yang lalu dan aku pun telah berada di jalan raya menuju rumah dengan dibonceng oleh Dion.
Brem brem......
Tibalah aku disuatu tempat berdua dengan Dion. Terlihat sebuah bangunan tua dan ada sebuah kursi panjang di depannya. "Ini markas geng kita" ucap Dion.
Lalu kami berdua turun dan duduk di bangku tersebut. Dion mengeluarkan beberapa lembar tissu dari saku celananya. Entah, akupun merasa bingung untuk apa cowok menyimpan tissu di celananya. Yang aku tahu Dion memang lebih susah ditebak dari pada Kevin.
Kemudian dari saku kemejanya, Dion mengeluarkan lima buah permen. Entah, aku dibuat terheran-heran olehnya.
"Tissu ini dari Kevin dan permen ini dari aku" ucap Dion.
Aku mengernyit heran "Untuk?"
"Kevin nyuruh aku jadian sama kamu. Kevin ngasih kamu tissu artinya suatu saat Kevin akan buat kamu nangis" ucap Dion.
"Aku nggak bisa jatuh cinta sama sahabatnya Kevin. Sama aja kamu menusuk teman dari belakang" Jelas aku.
Dion tersenyum miring dan menjeda perkataannya. Aku menatapnya heran. Sungguh, Dion memang susah di tebak sebenarnya apa maksudnya. Aku melihat kebawah melihat kakiku yang mengayun kedepan dan kebelakang seirama sambil menunggu Dion meneruskan perkataanya.
Aku melihat jam berwarna silver yang melingkar di tangan kiri ku. Lima belas menit lamanya Dion masih terdiam dan tetap tersenyum miring sambil melihat kedepan.
Aku berdiri dan berniat meninggalkan Dion. Baru beberapa langkah aku menjauh, Dion menahanku. "Jangan pergi Ta" ucapnya yang buatku berhenti melangkahkan kaki.
"Aku nggak mau kamu jadi pacar aku. Aku punya cewek yang namanya Bidari dan dia sedang dijadikan pertukaran pelajar di sekolah lain. Sebenarnya aku cuma mau nawarin kamu permen makanya aku taruh di diatas bangku"
"Mau ngomong gitu aja susah banget" ucapku sambil terkekeh.
"Ya aku gak mau aja kamu salah paham" ucap Dion.
"Kita sahabat kan? Yuk pulang" ucapku dan menggandeng tangan Dion menuju motornya yang terparkir.
*****Sementara di kota Jakarta.....
"Papa!" Ucap Kevin yang baru sampai di depan pintu rumah sambil mengetuk pintu.
"Oh aden pasti namanya Kevin ya? Papanya lagi keluar jadi silahkan masuk. Mari saya antar ke kamar" ucap seseorang yang sepertinya adalah asisten rumah tangga.
"Iya bi" ucap Kevin lalu mengikuti langkah ART tersebut.
Kevin merebahkan diri di sebuah tempat yang disebut kamar. Mungkin itu kamar kakaknya dulu atau memang kamar yang lain. Kevin enggan bangun karena mengingat tubuhnya yang sangat lelah dan butuh istirahat. Kopernya pun masih utuh dan tertutup rapat rapat.
Kevin membuka ponselnya dan menyentuh simbol tombol play berwarna merah atau biasa disebut Youtube. Mengingat Lestari yang tak pernah bermain ponsel jadi tak ada yang bisa dijadikan tempat komunikasi selain telpon rumah neneknya. Kan privasi, masa iya harus telpon ke neneknya Lestari.
Terlintas seseorang di pikiran Kevin. Nanda kakaknya Lestari apakah masih ingat dengannya?. "Apa aku tanya neneknya aja ya, alamatnya Nanda" Ucap Kevin.
Ah lebih baik siang yang panas ini digunakan untuk tidur. Kevin memasang earphone di telinganya dan mulai menonton video yang sekiranya bisa membuatnya mengantuk.
Hampir terlelap. Suara ketukan pintu terdengar dari kamarnya.
"Vin. Ini papa nak?" Ucap pria dari balik pintu yang tak lain adalah ayahnya.
Dengan sigap, Kevin melepas earphone dan menyetop video yang ditontonnya kemudian berjalan menuju pintu.
"Vin, kamu kan uda gede jadi papa gak bakalan manjain kamu kayak yang mama kamu perlakukan. Papa sering lembur jadi maklumin aja kalo papa jarang dirumah. Kalo perlu apa-apa tinggal panggil bibi aja. Ini kunci motor dan kartu ATM punya kamu. Papa gak lama-lama, di kantor banyak urusan" jelas pria itu.
"Udah gitu doang pa?" Ucap Kevin.
"Belajar sopan sama orang tua. Papa pergi dulu"
Kevin mengiyakan dan menyalami tangan papanya sebelum berangkat. Kevin kembali merebahkan dirinya di kasur dan tertidur lelap.
Tunggu terus ya kelanjutannya kayak gimana.
Salam sayang,
Rk')
KAMU SEDANG MEMBACA
Silent Please [Revisi]
Teen Fiction[Revisi Ulang sudah sampai part 13] Perasaan seseorang itu RANDOM. Tidak menentu, tergantung sang pencipta. Seperti dalam ayat suci bahwa Allah berkuasa membolak balikkan hati makhluknya. Meskipun saat ini kau sangat memujanya, suatu saat perasaan...