Bagian 4

116 47 5
                                    

Akhirnya weekend juga ♥

Di hari minggu yang cerah, gaya magnet antara tubuhku dan kasur sangatlah kuat hingga sampai cahaya matahari masuk ke kamarpun aku belum ingin beranjak dari kasur. Sayang dengan gulingnya mungkin atau bantalnya, setelah pertemuan terakhir dengan Gandy waktu itu akhirnya kami saling bertukar nomor ponsel agar bisa lebih gampang dekat meski sebagai teman terlebih dahulu. Tapi tak apa, daripada tidak sama sekali.

Drrttt drtttt!

Ponselku terasa bergetar, dan dengan terpaksa harus bangun karena hari ini ada janji dengan pacarnya kak Nanda.

Pagi dek
[Read]

"Dek?" Lestari mengernyit heran, nomor siapa yang telah menghubunginya dengan memanggil adek.

Siapa?
[Read]

Gandy dek 😁
[Read]

Entah sejak kapan tapi rasanya bibirku tersenyum simpul dan seketika mataku melek dengan lebarnya, tak menyangka bila pengagum rahasiapun berpeluang untuk lebih dekat dengan orang yang dikagumi.

Aku beranjak dari tempat tidur dan membersihkan diri.

"Ibu?" Ucapku sambil menuruni tangga.

Tak ada jawaban apapun. "Tuh kan weekend aja ibu gak ada. Mas Nanda juga pasti udah pergi" gerutuku.

Ingin sekali dalam benakku, kehidupanku lengkap seperri yang lain. Tak apa jika harus mendengarkan ibu mengomel setiap pagi untuk membangunkanku, aku bosan setiap membuka mata selalu mas Nanda yang kulihat bukannya sosok ibu.

Aku duduk di ruang tamu dan memainkan ponselku, melihat story whatsapp dari kontak ponselku. Sejak kejadian senin lalu aku dan Ilham menjadi teman baik tepatnya semenjak aku merusak kacamata hitamnya.

Flashback on.

"Ayo naik" ucap Ilham melihat ke arah jok motornya yang nganggur.

"Okey" ucapku.

"Ta, gue denger dari temen sekelas lo katanya gak ada yang bener-bener mau jadi temen lo emang iya?" Ilham mulai melajukan motor kesayangannya, motor yang memiliki jok agak miring ke bawah. Untung saja Ilham mengenakan tas punggung sehingga tubuhku tak perlu menempel dengan punggungnya.

"Ada kok, banyak temen aku" ucapku sambil tersenyum kecut.

"Temen tapi kalo lagi butuh aja kan. Semua temen lo tau kalo lo itu pinter jadi mereka deket lo buat nyontek kalo ada tugas, selain tugas gak ada  lagi alasan mereka buat deketin lo"

"Kamu tau sedetail itu tentang aku ham?" Ucapku penasaran.

"Seorang Ilham selalu dapat info tentang apa yang dia ingin tau" ucap Ilham dengan percaya dirinya.

Flashback off.

Drrttt drrtt!

Mas Nanda ♥: Dek, bentar lagi gue jemput!!

Aku langsung menuju kamar dan mengambil tas untuk menaruh ponselku dan mengenakan jepit rambut untuk poniku agar tak berantakan. Segera ku menuju teras dan menunggu mas Nanda, yang ku tahu dia adalah orang yang paling disiplin dia akan meninggalkanku jika membuatnya menunggu sepuluh menit saja.

Mulai terdengar suara mesin motor dan suara itu semakin jelas, kemudian berhenti tepat di depan gerbang rumah.

"Dek, langsung naik gih" Ucap kak Nanda yang masih menyalakan mesin motornya.

Aku berlari dan menaiki motor kak Nanda. Sepanjang perjalanan hanya terdengar suara bising dari kendaraan yang memenuhi jalanan di kota.

Sampailah aku dan kak Nanda di suatu tempat....

Sejuk dan hijau, yaps aku ada di taman kota dimana bunga-bunga sedang bermekaran dan berwarna-warni memanjakan setiap mata yang memandang.

"Ayo dek yang cepet ya kalo jalan kasian pacar mas udah nunggu" ucap kak Nanda.

"Iya iya mas" ucapku sambil sambil berlari mengikuti langkah kaki kak Nanda.

"Hai, Nabila" ucap seorang gadis manis sambil mengulurkan tangan mulusnya.

Aku membalas jabatan tangannya "Iya kak, Aku Lestari. Kakak kok mau sih pacaran sama cowok model kayak mas Nanda ini" ucap Aku.

"Dek" terlihat wajah kesal kak Nanda yang jarang sekali kulihat dan aku puas membuatnya kesal. Seperti ingin mengumpat namun ditahan karena sedang bersama pujaan hatinya.

"Nanda yang nembak kakak jadi kakak terima lah karena banyak juga cewek yang ngejar dia karena dia famous dan  jenius apalagi yang perlu kakak ragukan" kak Nabila menjawab pertanyaanku.

•••

Tok Tok Tok !!

"Dek bukain pintunya" teriak kak Nanda dari dalam kamarnya.

"Iya!!" Aku menurunkan gagang pintu sehingga membuat pintu terbuka, tak ku sangka dia datang lagi. Dengan kemeja rapi dan celana jeans hitamnya, bahkan mataku serasa tak sanggup untuk berkedip seakan dia akan hilang begitu aku memalingkan pandanganku.

"Iya dek makasih udah bukain pintu" ucap Gandy sambil menyuguhkan senyum menawannya membuatku tak bisa berkata selain hanya menganggukkan kepala.

"Ada apa Ndy?" Ucap kak Nanda yang sedang menuruni anak tangga.

"Ya mainlah bro kita kan pren. Gue pinjem adek lo bentar boleh kan?"

"Bawa aja sekalian sama kembaliannya" ucap kak Nanda sambil menoleh ke arahku.

Sial!! Kak Nanda balas dendam kali ini, aku masih diam terpaku tanpa berkata-kata. Gandy dan kak Nanda tampak seperti sedang menjalankan rencana yang sudah tersusun.

"Sip. Gue bawa adek lo ya bentar" ucap Gandy sambil menggandeng tanganku yang serasa dingin berkeringat. Bergandengan dengannya tak pernah kupikir akan terjadi bahkan menaiki motor berdua dengannya tak pernah sekalipun aku memimpikannya.

Gandy mengajakku menyusuri jalanan kota yang cukup ramai di malam hari karena weekend dia terus saja serius memperhatikan jalanan dan fokus, sampai akhirnya motornya membawa kami ke pantai.

Aku mengekori Gandy dan sampailah di tepi pantai dan duduk berdua. "Malem-malem kok ke pantai mas?" Ucapku penasaran.

"Gapapa biar kamu jelas nanti aku ngomong apa" Gandy menarik napas dan membuangnya perlahan.

"Aku suka kamu dek. Aku mau lebih deket sama kamu" ucapnya sambil menatap deburan ombak tenang di pinggir pantai.

"Mas Nanda bilang, kamu punya cewek?" Balasku.

"Aku udah putus sama dia, bahkan aku lebih dulu suka sama kamu daripada sama dia"

Jan lupa Vote Comment ya

Salam sayang,

Rk')

Silent Please [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang