Bagian 7

85 38 3
                                    

Lima bulan berlalu begitu cepat. Seiring berjalannya waktu, hubunganku dengan Gandy semakin dekat. Pun, hubunganku yang masih sebatas teman dengan Ilham. Tapi nyatanya juga belum ada kejelasan antara hubungan Ilham dan Anya, semua misterius bak puzzle yang setiap kepingan harus disatukan agar jelas bentuknya.

Dalam jangka lima bulan itu pun aku masih menyukai Ilham yang nyatanya tak pernah ku ungkapkan, cinta sendirian tanpa berjuang itu tak seberapa menyakitkan. Yang menyakitkan itu jika cinta sendirian lalu berjuang, tapi aku tak melakukan itu karena aku masih bisa berfikir rasional.

Setelah pertemuanku di pantai dengan Gandy malam itu, Gandy semakin mendekatiku meskipun nyatanya tak ada status pacaran diantara kami. Tapi aku nyaman sekaligus merasa digantung, menurutnya aku adalah bocah SMP yang masih labil dan mana mungkin dia pacaran dengan bocah labil. Begitu pula kak Nanda yang tak mengizinkanku untuk punya hubungan spesial dengan Gandy.

Antara Ilham dan Gandy, tak ada yang benar-benar ku tahu pasti mana yang ada di hati. Meski bumi masih berputar, tapi duniaku perlahan beralih. Aku mulai mengetahui bagaimana sosok seseorang yang menjadi duniaku, dia bringas dan terselubung. Dia tak jarang menggunakan nafsunya tetapi dengan polosnya ku menurutinya dengan alasan takut kehilangan. Aku bodoh memang, saat itu.

_________________

Pulang sekolah aku mendapati kak Nanda dan Gandy yang sedang duduk di ruang tamu.

"Eh mas Gandy" ucap aku sambil tersenyum

"Iya dek cepet ganti baju gih terus temenin aku" ucap Gandy.

"Siap deh" ucap aku dengan mengangkat tanganku seraya hormat.

Aku berlari menaiki satu demi satu anak tangga. Entah untuk sekedar menahan senyumpun aku tak bisa. Mungkin aku terlalu bahagia atau apapun itu. Yang aku heran bagaimana mungkin aku bisa jatuh cinta dengan dua cowok sekaligus.

Mungkin yang satunya aku sekedar suka atau kagum, dan satunya mungkin memang cinta atau sayang. Entahlah aku hanya mengikuti kata hati tanpa berpikir panjang karena semua berawal dari hati.

Setelah melepas sepatu dan mengganti baju, aku langsung turun dan menemui Gandy.

"Ehm dek kalo gitu mas mau ke Nabila dulu ya. Ndy jagain adek gue" ucap kak Nanda.

"Iya mas salam buat kak Nabila" Ucapku.

"Iya bro santai" ucap Gandy meyakinkan kak Nanda.

Nanda hanya mengacungkan jempol dan meninggalkan kami berdua. Aku duduk disamping Gandy dan tetap menyuguhkan senyum manisku.

"Emm dek kita uda 5 bulan bareng bareng tapi masih gini gini aja" tatapannya menyelidik.

"Maksud mas Gandy?" ucapku bingung.

"Aku mau kita punya kenangan" perkataannya semakin ambigu.

"Ayolah mas bilang yang jelas, aku masih SMP dan masih bocah kata kamu" ucapku.

Tangan Gandy menelisik setiap inci dari leherku dan mulai menciumku, aku merasa ada yang berbeda dengan respon tubuhku. Seketika jantungku berdegup kencang dan merasa getaran yang hebat di atas dadaku, dia meremasnya. Dia semakin berani, mungkin salahku dari awal tak mengetahui jika sifat sebenarnya Gandy seperti ini.

"Mas Gandy ngapain?" Desisku sambil menepis tangannya.

Cup.

Gandy mendaratkan ciumannya, dia merampas first kiss dariku dan aku hanya memaku tak percaya. hingga cairan bening keluar dari mataku, dia tak berhenti merasakan bibir kenyalku dan sesekali meremas bagian dadaku.

"Sorry dek, jangan nangis. Aku gak apa-apain kamu kok. Aku cuma sayang sama kamu" lirih Gandy sambil menyapu pelan air mataku.

"Tapi....." ucapanku terputus karena Gandy meletakkan telunjuknya di depan bibirku.

"Kamu gak akan kenapa-kenapa kok sayang" lirihnya dengan nada pelan. Nafasnya tersenggal, berhembus begitu cepatnya dan dapat kurasakan pasti hembusan nafasnya karena wajah kita hanya berjaran beberapa senti.

Air mata masih belum bisa tertahan untuk tidak keluar. Isakan tangisku terdengar pelan dan Gandy menenggelamkan wajahku dalam pelukannya. Terasa begitu lembut usapan demi usapan yang Gandy berikan di atas kepalaku.

Memang benar malam itu penuh kenangan, tapi jangan berpikir bahwa Gandy melakukan lebih dari itu. Tentu saja tidak atau mungkin dia tak tega dan mungkin saja belum sempat, karena beberapa menit kemudian kak Nanda datang dari balik pintu dan untung saja Gandy sudah mengakhiri pelukannya.

"Lo apain adek gue?" Kak Nanda memergoki mata sembabku.

"Ngapain? Dia kangen ibunya. Dia pengen punya ibu yang suka tidur bersamanya dan membangunkannya setiap pagi" ucap Gandy.

Kak Nanda bernafas lega, tak ada tatapan curiga sama sekali dan sialnya aku hanya bisa membisu dan menutup mulutku rapat-rapat. Kemudian Gandy pulang dengan tenangnya tanpa menoleh ke arahku seperti biasanya.

"Dek, lagi marahan ya?" ucap kak Nanda

"Enggak kok mas" ucap aku.

"Kalian gak pacaran kan?"

"Enggak, mungkin belum"

"Mas udah bilang kan kalo Gandy punya pacar"

"Tapi mas Gandy bilang udah putus" ucapku menyanggah.

"Tanya aja sama Raka, diantara kami bertiga cuma Gandy aja yang gak bisa dipercaya. Kamu lupa ya kalo cowok ganteng banyak peminatnya?"

Selepas lulus dari SMP, kak Nanda, Gandy dan Raka memang berbeda sekolah dan tentu saja sudah tak paham seperti apa kelakuannya di sekolah baru masing-masing. Kak Nanda pun sudah tak bisa menyilidik Gandy lebih jauh.

Mas Gandy massage

"Sayang?"

"Iya mas"

"Yang tadi kamu kok diem aja?"

"Terus aku harus gimana mas, aku gak ngerti"

"Ya kamu ikutin aku lah"

Aku memilih untuk tidak meneruskan chat dengan Gandy dan menerima panggilan masuk dari Ilham, sejauh ini dia memang teman yang baik dan tidak hanya memanfaatkan kepintaranku saja. Meskipun tidak jarang juga dia suka menyontek pekerjaan rumahku, tapi itu tidak masalah karena akupun telah terbiasa dengan itu.

_______

Jangan lupa Vote Comment ya

Salam sayang,

Rk')

Silent Please [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang