FIVE

8.4K 730 10
                                    

"Normal pov".

"Unnie... Ada apa? Kenapa kau menangis?". Tanya lisa yang melihat jennie menangis.
" Ahh tidak lisa aku tak apa". Balas jennie tersenyum lisa hanya mengangguk.

"Lisaa...' ucap jennie sendu.

"Nee unnie, ada apa?" balas lisa lalu tiba-tiba jennie memeluk lisa. Lisa hanya diam saja lalu membalas pelukan jennie.
"Lisa aku mau bertanya". Ucap jennie yang kini menatap mata lisa dalam.
" Tanya saja unnie, aku akan menjawab jika aku bisa". Balas lisa tersenyum.

"Apakah kita boleh menyukai seseorang lebih tepatnya mencintai seseorang?". Ucap jennie bertanya.
" Tentu saja boleh unnie, namun kita juga harus bisa mengontrol rasa cinta kita agar tidak salah jalan". Ucap lisa membuat jennie bingung.
"Salah jalan?? Maksudmu lisa??". Balas jennie tak mengerti.

" Kita boleh mencintai tetapi jangan sampai rasa itu bisa menjadi senjata bagi diri kita sendiri. Cinta bisa berubah jadi kebencian begitupun sebaliknya, oleh karena itu kita harus hati-hati dalam hal perasaan". Ucap lisa membuat jennie menatapnya tersenyum.

"Lisa... Aku mencintaimu".

"Deghh....

"Deghh....

Lisa hanya terdiam menatap jennie, begitupun sebaliknya jennie yang masih menatap dalam mata lisa.
Kemudian lisa pun tersenyum menatap jennie dan memeluknya, jennie pun terkejut karenanya.

" Ku hargai itu unnie, terimakasih telah mencintaiku. Tetapi untuk saat ini aku belum bisa membalasnya karena aku masih bingung dengan ini semua". Balas lisa tersenyum.
"Tak apa lisa aku akan menunggumu". Balas jennie.

"Ah lisa maaf aku harus pulang. Jaga dirimu baik-baik. Jangan begadang". Ucap jennie berpamitan lalu menciun kening lisa lalu segera pergi.
Lisa masih tersenyum karenanya.

"Lisa pov"
Entahlah perasaan apa ini. Jennie unnie menyatakan rasa cintanya padaku. Tetapi dia adalah seorang wanita sama sepertiku, lagipula dia orang kalangan atas berbeda denganku. Apa dia benar-benar yakin dengan perasaannya??

Saat aku tatap matanya untuk mencari kebohongan namun nyatanya nihil. Dia tulus menyatakan perasaannya padaku.
Entahlah saat ini aku masih belum yakin dengan perasaanku tapi aku memang menyukai jennie unnie.

Aku hanya takut dengan cinta. Aku terlalu takut untuk mencintai seseorang. Jujur saja aku tak bisa kehilangan seseorang yang sudah sangat aku cintai.

"Ah sudahlah tak usah terlalu aku pikirkan. Jennie unnie cepat atau lambat jika aku sudah yakin dengan perasaanku, aku akan membalas perasaanmu". Gumamku lalu aku pun segera menuju kamarku dan istirahat. Aku harus bangun pagi besok agar bisa menyiapkan roti-rotiku.

" Lisa pov end".

"Jennie pov"
"Entah kenapa saat ini aku selalu memikirkan tentang lisa. Aku ingat semua tentangnya. Mulai dari wajah cantik dan tampannya, senyum manisnya, sifat baiknya. Aku juga sangat menyukai setiap perkataan yang keluar dari mulutnya, dia seperti seorang pendeta jika sudah membahas masalah kerohanian. Itulah yang aku paling sukai dari lisa, sangat religius tetapi dia sangat berbeda.

" Ahh kenapa aku selalu memikirkannya. Apakah dia akan membalas perasaanku?". Gumamku sendiri.
"Apakah dia berfikir jika aku ini sudah tidak waras karena menyukai sesamaku? Tetapi itu tidak penting lagipula lisa sangat berbeda dari orang lain. Terserah aku akan tetap menunggunya aku sudah jatuh kedalam hatimu lisa". Gumamku sabil tersenyum.
Akhirnya aku pun memejamkan mataku karena sudah menahan kantuk ku.

" Jennie pov end".

*****

"Author pov"
Hari ini seperti biasa lisa bangun pagi untuk menyiapkan rotinya yang akan dia jual nanti. Setelah selesai dia langsung mandi dan bersiap untuk pergi ke sekolahnya. Sebelum berangkat tak lupa seperti biasanya lisa selalu berdoa.

For The Last Time(JenLisa)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang