02 - Anonymous Letter

1.3K 113 15
                                    

Cayna membuka matanya setelah beberapa saat terpejam saat ia kembali mengingat semua kenangan pahit selama hidupnya. Ia menatap arah depan dengan tajam seakan melihat sesuatu yang membuatnya marah.

“Kau sudah siap?” ucap pria itu.
Cayna mengangguk mantap tanpa mengalihkan pandangannya. Mereka berdua pun berjalan bersama menuju tempat perkumpulan dengan yang lainnya. Sebuah lapangan kini menjadi tempat pertemuan mereka.

“Wah! Jadi dia yang akan menjadi anggota kelima kita? Begitu, Tuan Erebos?” ucap salah seorang pemuda diantara empat orang yang sudah berkumpul di lapangan itu. Keempat orang itu menatap Cayna dengan sebelah mata.

Cayna kenal siapa orang-orang itu. Mereka adalah teman masa sekolahnya yang selalu menjadi pelaku utama dalam cerita kelam masa sekolah Cayna. Tentu saja gadis itu tidak bisa memaafkan dengan mudah.

“Memangnya gadis yang selalu ingin orang lain tidak terluka ini bisa apa?” remeh salah satu gadis.

“Kalau begitu, mari kita buktikan saja dengan duel!” tantang Cayna.

“Jadi kau mulai berani ya? Baiklah! Aku yang akan melawanmu!” ucap pemuda yang lainnya. Cayna ingat benar siapa pemuda itu. Sang ketua kelompok saat masa sekolah.

Keduanya kini sudah bersiap untuk melakukan pertarungan ditengah lapangan. Cayna dan pemuda itu diminta untuk tidak menggunakan senjata mereka dalam pertarungan kali ini.

Pemuda itu mulai menyerang Cayna dan memberikan gadis itu beberapa pukulan. Namun, tidak ada satupun dari pukulan itu yang mengenai Cayna. Gadis itu berhasil menghindari semua pukulan yang mengarah pada dirinya.

Kini, giliran Cayna yang menyerang pemuda itu. Ia memberikan beberapa pukulan dan tendangan pada pemuda itu. Gerakan Cayna sangatlah cepat hingga tidak memberi kesempatan pemuda itu untuk bersiap.

Pemuda itu tersungkut ke tanah setelah mendapat salah satu tendangan dari Cayna. Gadis itu hanya tersenyum miring melihat pemuda yang dulu sering mengganggunya kini kalah darinya.

Pemuda itu bangkit dan langsung memberikan satu pukulan pada Cayna. Belum sempat pukulan itu mengenai sasaran, Cayna sudah bisa menahan tangan pemuda itu dan menguncinya ke belakang tubuh pemuda itu hingga tidak bisa melepaskan diri.

“Bagaimana, Drako? Kali ini aku menang! Kau tidak bisa menghentikanku untuk bergabung dengan Jark Matter!”

“Bagus sekali, Cayna! Sungguh latihan lima tahun yang tidak sia-sia!” puji Erebos.

Cayna melepaskan kunciannya pada Drako dan tersenyum miring setelah mendengar pujian dari Erebos.

“Dan kini, dibawah kekuasaanku, Shogun Erebos, kita tidak akan terkalahkan. Dan para Kyuranger itu, akan menerima balasannya!” ucap Erebos dengan licik.

*****************

Cayna baru saja sampai diruang apartemennya setelah berlatih keras dengan teman-teman Jark Matternya. Ia duduk santai di sofa ruang tamu sambil berpikir tentang persiapan dirinya selama lima tahun ini.

Ia kembali mengeluarkan kalung itu dari sakunya dan menatap dengan tajam kalung itu. “Sebentar lagi, kau akan membayarnya, Shishi Red!” ucapnya seraya tersenyum miring.

“Kau sudah pulang, Cayna?” ucap Dayna, bibinya yang baru saja keluar dari ruang dapur.

Cayna mengangguk seraya tersenyum melihat bibinya itu. Sejak kematian ibunya, ia pindah dari Sistem Tokei ke Sistem Koto untuk berlatih menjadi prajurit Jark Matter. Dan, tidak lupa, ia selalu bersama dengan bibinya yang setia menemani Cayna sedari ia masih sangat kecil.

Dayna melihat keponakannya itu dengan lirih. Gadis itu masih memegang kalung itu. Kejadian lima tahun itu pasti masih membekas di ingatan Cayna, padahal Dayna sendiri sudah merelakan kematian atas kakak kandungnya itu sendiri.

“Cayna, kau yakin mau bergabung dengan Jark Matter? Bukankah dulu kau paling tidak suka kehancuran yang disebabkan Jark Matter?”

“Itu benar, bi! Bahkan sampai saat ini aku masih seperti itu. Jika saja ibu tidak kehilangan nyawanya karena Kyurangers –“ ucapan Cayna terhenti begitu saja dengan wajahnya yang kini sendu.

Dayna sendiri tidak tahan ketika melihat keponakannya bersedih. Namun, ia tahu satu hal, bergabung dengan Jark Matter bukanlah keputusan yang tepat. Untuk beberapa saat, Dayna kehilangan kendali atas pikirannya. “Kau tidak bisa melakukan itu!” ucapnya pelan namun tegas.

“Kenapa?” tanya Cayna.

“Itu karena.... karena Jark Matter kelompok yang jahat. Aku tidak ingin kau kenapa-kenapa, Cayna.”

Cayna bangkit dari duduknya dan menghampiri Dayna. Tangan gadis itu kini menggenggam pundak Dayna. “Bibi tenang saja! Aku sudah dewasa. Aku pasti bisa menjaga diriku.”

Cayna pun pamit untuk masuk kedalam kamarnya, meninggalkan Dayna yang masih menatap punggung keponakannya dengan lirih. “Kau tetap tidak bisa melakukan itu, Cayna!” ucap Dayna pada dirinya sendiri.

********

Spada sedang mengantar pesanan pelanggan ke salah satu meja restorannya. Seperti biasa, restorannya ramai oleh pelanggan yang kelaparan. Dengan sigap, Spada melayani mereka.

Seorang gadis kini memasukki restoran dengan ekspresi sedikit bingung. Spada yang menyadari pun langsung menghampiri gadis yang kebingungan itu.

“Ada yang bisa ku bantu?”

“Ah.. apa masih ada meja yang kosong?” tanya gadis itu.

Spada meminta gadis itu menunggu sebentar. Ia pun mulai mengedarkan pandangannya ke segala penjuru restorannya untuk mencari meja yang kosong. Tak lama kemudian, ia pun menemukan satu meja yang baru saja kosong. Ia pun mengantar gadis itu ke meja yang dimaksud.

Gadis itu membuka buku menu yang diberikan Spada sembari si pemilik restoran melayani pelanggan yang lainnya. Tak lama, gadis itu memilih pesanan dan memberikan buku menu pada Spada.

Setelah menghabiskan makanannya, gadis itu pergi dengan mengucapkan terima kasih pada Spada sebelum keluar restoran. Spada pun kembali fokus pada pekerjaannya melayani dan memasak menu untuk pelanggan.

Dua orang pria masuk dan duduk disalah satu meja kosong yang ada di restoran itu. Mereka memanggil Spada untuk membawakan buku menu. Dengan sigap, Spada langsung memenuhi permintaan dari pelanggannya.

Dua buku menu kini Spada berikan pada dua pria itu. Keduanya dengan seksama membuka dan membaca setiap menu yang ada didalam buku. Salah seorang dari mereka menghentikan kegiatannya setelah ia membuka salah satu halaman yang ada di buku menu.

“Apa ini?” ucapnya. Spada pun langsung memeriksa keadaan di meja itu. Spada sangat terkejut karena ia melihat sebuah kertas berwarna ungu terselip diantara halaman menunya.

Ia mengambil kertas itu dari buku menu dan kembali membiarkan kedua pria itu melihat-lihat menu. Spada memeriksa kertas tersebut. Kertas tersebut ternyata sebuah surat, namun yang lebih mengejutkannya adalah karena terdapat lambang Jark Matter di kertas itu.

Spada membaca pesan itu dengan sangat teliti. Setiap kata ia usahakan tidak ada yang terlewat. Matanya terbelalak saat ia selesai membaca setiap kata yang ada di surat itu. Ia benar-benar tidak percaya dengan apa yang ia baca.

“Tidak mungkin!”

_____________________

Sampai jumpa minggu depan :)

Kyuuranger Fanmade : Treasure in the WarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang