Langit mengepalkan kedua tangannya,hari sudah larut udara di Puncak semakin dingin,sehabis melaksanakan kegiatan api unggun Langit bergegas masuk ke dalam tenda dan berpikir bagaimana caranya ia bisa menemukan Bintang selain Langit,Aletta dan Dion melakukan hal yang sama ketiganya memikirkan cara agar bisa menemukan Bintang dengan cepat
"Bintang,gimana keadaan lo? "
"Disana pasti dingin,nanti lo nyelimutin badan lo pake apa? "
"Bi,lo dimana.. gue takut lo kenapa-napa "
Aletta memejamkan kedua matanya mencoba meredakan kesedihannya,ia terus menerus bergumam sambil memegangi dadanya yang penuh sesak,malam ini adalah malam yang teramat menyedihkan untuknya
Dion mendongakan kepalanya menatap bintang-bintang yang bertaburan di langit malam bersama dengan bulan,ia mencoba memperhatikan setiap sinar dari ribuan bintang
" ternyata bener,gak ada yang lebih bersinar melainkan Bintang Alana " gumamnya di tengah lamunan selanjutnya terkekeh masam di ujung kalimat
---
Bintang melebarkan matanya perlahan sinar lampu yang terang membuatnya sedikit menyipitkan matanya karna terlalu silau,setelah mendapat setengah kesadarannya ia mengedarkan pandangannya kepalanya ia gerakan perlahan,rasa perih dan sakit itu masih sangat terasa
Bintang mengerutkan keningnya saat mengedarkan pandangannya menatap sebuah rumah tua yang terlihat lebih seperti gudang gelap dan pencahayaan yang sangat minim hanya berasal dari sebuah lampu yang berada tepat di atas kepalanya,Bintang memejamkan matanya sejenak mencari kesadaran seutuhnya dan kembali menatap sekitarnya
" gu-e di-mana? " ucapnya
" Boss,dia udah sadar " ujar seseorang lelaki yang sedari tadi menunggu Bintang tersadar dalam gelap bersama dengan temannya yang Bintang yakin baru kali ini ia melihat mereka
Kedua lelaki berjas hitam itu mendekat,Bintang menatap keduanya dengan alis terpaut raut wajah kebingungan tercetak jelas di wajahnya bahkan satu pikiran terlintas di otaknya, apa mereka dokter? Tapi,dokter tidak melakukan tindakannya di ruangan gelap,lembab dan penuh debu seperti ini
" ka-lian siapa? " tanya Bintang
Keduanya saling menatap sejenak kemudian kembali beralih menatap Bintang, " sttt jangan berisik " ujar salah satu dari mereka sambil menempatkan jari telunjuknya di depan bibirnya seolah menyuruh Bintang diam,Bintang tidak merespon ia hanya mengalihkan pandangannya menatap sebuah pintu usang yang terdapat beberapa percikan berwarna merah kental yang sudah mengering dengan tatapan kosong
Suara langkah kaki menginterupsi mereka,kedua lelaki berjas itu sedikit menyingkir memberi jalan kepada 'sang tuan' sedangkan Bintang tidak mengubah posisinya
Langkah kaki itu terhenti tepat di sebelah Bintang,Bintang hanya bisa mendengar suara hembusan nafas yang terdengar berat, " hidup lo semakin menderita,Bintang. " ujar orang itu dengan datar dan serak,Bintang langsung mengenali suara itu
Suara berat yang terdengar menyeramkan itu pasti adalah milik Marsenio Abraham.
Kedua sudut bibir Bintang naik,permainan kecil segera di mulai.
----
Gea memeluk bingkai foto milik Bintang sambil terus-menerus terisak,Firman hanya bisa menenangkan Gea sembari menunggu kabar dari Vernon,ia tidak bisa membantu banyak karna usianya yang sudah tidak terbilang muda Firman hanya bisa diam dirumah menunggu kabar dan menenangkan Gea sang istri
" tenang,Bunda. Bintang pasti baik-baik aja,kita berdoa bareng-bareng agar Bintang segera di temukan,ya? " tanya Firman lengannya masih setia mengelus pundak Gea dengan sayang
Gea mendongak menatap Firman dengan sendu, " Bunda sayang Bintang,Yah. Bunda takut Bintang di jahatin kaya dulu lagi. " jawab Gea,ia kembali memeluk erat bingkai yang menampilkan wajah Bintang saat pertama kalinya masuk ke Universitas Harvard
"Ayah,lihat deh anak kita pinter banget udah bisa nulis namanya sendiri " ujar Gea sambil tersenyum lebar melihat perkembangan Bintang di masa kecilnya,tangannya terus mengelus lembut puncak kepala Bintang membuat Bintang tersenyum bahagia
Firman mendekat ia memandang sebuah nama yang tertulis di selembar kertas gambar,Firman ikut tersenyum, " anak Ayah pinter ya,nanti kalau udah besar mau jadi apa? " tanya Firman sambil menggendong Bintang
Senyuman Bintang kian melebar, " mau jadi kaya Ayah yang kuat dan pekerja keras,Bintang mau kaya Ayah nanti kalo Bintang udah gede Bintang mau jadi Ayah aja " celoteh Bintang dengan riang,membuat kedua orang tuanya tersenyum bangga
Firman menyentuh hidung Bintang,gemas, " mana bisa kaya gitu,kalau kamu sudah besar harus jadi Bunda gak bisa jadi Ayah dong " sahutnya
Bintang mengerucutkan bibirnya, " gak ada salahnya juga jadi Bunda,Bunda juga baik mau masakin aku,ngerawat aku,ngandung aku,aku sayang Bunda melebihi Ayah! " pekik Bintang sambil merentangkan tangannya di hadapan Gea membuat Gea melebarkan senyumannya dan meraih kedua tangannya kemudian menggendongnya
" anak Bunda sama Ayah kalo udah besar harus jadi anak yang baik,gak boleh jahat sama temen-temen,oke? " tanya Bunda sambil tersenyum lebar
Bintang mengangguk cepat dengan menampilkan deretan gigi susunya yang baru tumbuh
Gea semakin mempererat pelukannya pada bingkai saat sekelibat kenangan itu melintas dengan tangisan yang semakin terisak ia menarik napasnya berusaha menetralkan dadanya yang naik turun setelah itu ia memutuskan untuk mengistirahatkan badannya sejenak setelah berhari-hari berlarut dalam kesedihan.
----
Bulan mempercepat langkah kakinya mencari informasi mengenai pesawat yang baru saja terjatuh di salah satu wilayah Indonesia
" Pak,boleh saya lihat daftar korban pesawat Wattpad Airplanes? " tanya Bulan setelah menghentikan salah satu staff dari maskapai tersebut,lelaki paruh baya itu mengangguk sedikit kemudian menyerahkan selembar kertas yang langsung di terima tanpa penolakan oleh Bulan
Matanya mulai berkaca-kaca saat ia membaca satu-satu nama yang tertera di kertas itu,nafasnya semakin memburu saat ia menyebut nama Bintang berkali-kali mencoba untuk memastikan bahwa ia tak salah baca,air matanya tak bisa ia tahan lagi ketika ia membaca judul dari selembar kertas tersebut
Daftar orang hilang Pesawat Wattpad Airplanes.
Bulan meremas selembar kertasnya kemudian berlari keluar bandara untuk menuju ke tempat kejadian.
Maaf,karna sudah lancang merusak kebahagianmu Bintang.
Kamu memang pantas bahagia namun Langit bukan ujung dari ceritamu.
Aku harap,kamu merelakan Langit untukku,aku yakin kamu pasti ikut bahagia melihat Langit bahagia denganku,iya kan?
Aku sudah terlanjur mencintainya Bintang,maaf untuk keegoisan ini tapi aku tak bisa tanpanya,dia terlalu mempunyai banyak makna untukku dan aku tak bisa meninggalkannya
Aku tau ini akan sulit,tapi percayalah. Perpisahan tak selamanya menyakitkan ada kalanya kamu akan terus tersenyum selama kamu tidak lagi menoleh ke belakang rasa sakitnya akan memudar tergantung bagaimana kamu menanggapinya
Aku mempercayaimu,karna kamu adalah seorang Bintang.
Sinarmu sangat lah indah di banding sinarku,aku yang selalu menunggumu di saat langit menunjukkan sisi gelapnya padaku.
Terkadang aku ketakutan,tapi aku tahu kamu dan langit takkan pernah meninggalkanku sebagaimana kamu dan langit menolongku pada waktu itu.
Maaf Bintang,sekali lagi maaf.
KAMU SEDANG MEMBACA
LANGIT [✔]
أدب المراهقين[Beberapa Part Belum di Revisi] ❝ 𝘉𝘢𝘨𝘢𝘪𝘮𝘢𝘯𝘢 𝘬𝘢𝘭𝘢𝘶 𝘬𝘪𝘵𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘶𝘣𝘢𝘩 𝘵𝘶𝘭𝘪𝘴𝘢𝘯 𝘵𝘢𝘬𝘥𝘪𝘳, 𝘵𝘶𝘭𝘪𝘴𝘬𝘢𝘯 𝘬𝘢𝘭𝘢𝘶 𝘬𝘢𝘮𝘶 𝘮𝘦𝘮𝘢𝘯𝘨 𝘥𝘪𝘵𝘢𝘬𝘥𝘪𝘳𝘬𝘢𝘯 𝘣𝘦𝘳𝘴𝘢𝘮𝘢𝘬𝘶. ❞ [LANGIT] - 𝘖𝘰𝘩 𝘚𝘦𝘩𝘶𝘯 & 𝘉�...