•03 Malu dan Kesal•

4K 432 61
                                    

Gue pasti udah gila! Bisa-bisanya gue menyetujui rencana Caca. Tinggal selangkah lagi gue bakalan ketemu sama Seungwoo, tapi gue masih ragu untuk melangkahkan kaki gue masuk kedalam cafe tempat Caca dan Seungwoo janjian. Ya, harusnya mereka memang ketemu, tapi Caca malah menyuruh gue untuk ketemu sama Seungwoo.

"Gimana nih?" Tanya gue pada diri gue sendiri.

"Mbak, jangan halangin jalan orang masuk dong." Kata seorang pria yang ada dibelakang gue. Mata gue hampir keluar dari tempatnya ketika melihat orang yang berbicara dengan gue adalah Seungwoo.

"Loh, anaknya Bu Arumi kan?" Tanya Seungwoo begitu melihat gue.

"Ah iya. Hehehe." Kata gue sambil ketawa, mencoba menetralisirkan degupan jantung gue.

"Temennya Caca juga kan?" Tanya Seungwoo sekali lagi.

"Iya.." Jawab gue. Seungwoo pun mengangguk dan tersenyum.

"Yaudah, kalau gitu, saya permisi masuk yah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Yaudah, kalau gitu, saya permisi masuk yah." Ucapnya dengan sopan. Gue pun menggeser posisi gue, membiarkan Seungwoo masuk kedalam cafe.

Saat ini gue bimbang. Apakah gue harus masuk atau gue justru membiarkannya begitu saja. Padahal gue jelas-jelas tahu orang yang ditunggu Seungwoo gak akan pernah datang. Justru guelah yang datang menggantikan orang tersebut.

"Udah ah, masuk ajah deh." Ujar gue pada diri gue sendiri.

"Hai." Sapa gue pada Seungwoo yang sedang memainkan ponselnya. Ia mendongkak kearah gue dan tersenyum. "Tungguin orang yah? Boleh gue duduk?" Tanya gue. Seungwoo terlihat berpikir sebentar. "Boleh, kebetulan saya lagi tungguin temen kamu."  Agak nyesek sih setelah mendengar ucapan Seungwoo.

"Tungguin Caca?" Tanya gue memcoba sekedar berbasa-basi. Padahal tentunya saja pertanyaan itu akan menimbulkan rasa sesak yang lebih perih.

"Iya." Angguk Seungwoo, ada senyum diujung kalimatnya. "Kamu sama Caca udah temanan lama?" Tanya Seungwoo.

"Iya." Jawab gue.

"Pasti Caca udah ke kamu cerita kalau saya dijodohin sama dia?" Mendengar pertanyaan Seungwoo, gue pun mengangguk. "Kamu juga pasti tahukan kalau Caca sengaja menghindar dari saya? Dia bahkan menunjukkan secara terang-terangan kalau dia gak suka sama perjodohan ini."

Sejujurnya gue gak tahu harus merespons apa terkait dengan penuturan Seungwoo. Semuanya memang benar adanya. Caca sama sekali gak mau dijodohkan.

"Status saya sebagai orang tua tunggal mungkin merupakan salah satu faktornya." Ada nada sedih dalam ucapan Seungwoo.

"Bukan itu kak." Tanpa sadar gue langsung membantah ucapan Seungwoo. Dan gue malah memanggil Seungwoo dengan sebutan kakak. Bisa-bisa gue bakalan terjebak dalam zona adek-kakak -,-

"Caca pasti punya alasan tersendiri buat gak menerima perjodohan ini. Kakak gak perlu merasa minder dengan status kakak sebagai orang tua tunggal. Menurut aku kakak itu keren kok, bisa ngurusin Dongpyo dengan baik." Jelas gue yang membuat Seungwoo malah ketawa kecil.

"Menurut kamu gituh yah?" Tanya Seungwoo yang membuat gue mengangguk cepat.

"Kalau gitu, gih bilangin sama sahabat kamu. Jangan nyuruh sahabatnya yang datang buat nemuin pria yang udah dijodohin sama dia."

Bagaikan petir disiang bolong. Ekspresi Seungwoo yang tadinya tertawa justru berubah menjadi dingin. Gak ada ekspresi ramah yang sebelumnya ia tunjukkan.

"Saya pergi dulu." Walaupun ia telah meninggalkan gue, tapi rasanya seperti ia masih meninggalkan aura mencekam disini. Ekspresi wajahnya yang tiba-tiba berubah dalam hitungan deti masih terngiang-ngiang di kepala gue. Pokoknya gue gak mau ketemu lagi sama Seungwoo. Gue kapok!

***

Namun sepertinya semesta masih belum puas mempermainkan gue. Disaat gue gak mau ketemu sama Seungwoo, semesta justru mempertemukan gue dengan dia. Tapi kali ini dia gak sendiri, dia sama anaknya Dongpyo.

Saat ini gue lagi berada disebuah minimarket yang kebetulan deket sama rumah gue. Gue melihat sepasang ayah dan anak yang lagi membeli sesuatu. Dan gue memutuskan untuk gak memperlihatkan wajah gue pada mereka. Makanya gue pengen keluar dari tempat ini sesegera mungkin. Gak peduli deh gue dengan barang-barang yang hendak gue beli, gue langsung meletakkan barang-barang tersebut. Pokoknya gue gak mau ketemu mereka.

"Miss!" Baru ajah gue mau melangkah, suara Dongpyo secara gak langsung menghentikan langkah gue.

"Miss Sasya kan?" Dongpyo malah menghampiri gue. Sejak kapan Dongpyo manggil gue Miss?

"Kamu lagi, kamu lagi." Ucap Seungwoo yang secara otomatis membuat gue menunduk.

"Miss mau pulang?" Dongpyo tiba-tiba memegang tangan gue. "Daddy, pulang sama Miss yuk." Jantung gue hampir copot! Kenapa tiba-tiba Dongpyo malah ngomong begitu ke Daddynya?

"Eh gak usah kok. Miss pulang sendiri ajah yah. Dadah." Gue pengen kabur dari situasi ini.

"Udah bilang sama sahabat kamu belum?" Seungwoo justru bertanya begitu sebelum gue benar-benar melarikan diri. Pertanyaan itu tentu saja membuat gue semakin ingin melarikan diri. "Jangan godain saya sama anak saya lagi. Saya gak tertarik sama modelan cewek kayak kamu."

Dada gue rasanya bergemuruh saat mendengar omongan Seungwoo barusan. "Eh duda! Maksud lo apa? Modelan cewek kayak gue? Awas ajah lo besok-besok lo ngemis cinta sama gue." Ujar gue dengan nada kesel.

Emang gue cewek seperti apa? Ngehina banget deh dia. Pokoknya gue bakalan bikin lo bertekuk lutut sama gue. Dasar duda! Untung ganteng.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
• Single Dad • Han SeungwooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang