•06 Rumah Mimpi•

3.9K 454 32
                                    

Seumur hidup gue, gue gak pernah merasa diperhatikan oleh orang lain. Ini pertama kalinya gue merasa ada orang yang peduli sama gue. Seungwoo dan Dongpyo, pasangan ayah dan anak itu membuat gue merasa bahwa gue cukup berarti.

Sedari tadi gue terus memandangi obat oles yang diberikan Seungwoo. "Apakah begini rasanya ada orang yang peduli sama gue?" Gumam gue.

Selama ini semua orang selalu menilai gue sebagai gadis bodoh, calon mahasiswa abadi, dan hal-hal buruk lainnya. Gue sering dibandingkan sama kakak gue sendiri. Bahkan Mami pun lebih peduli sama kak Sharen dibanding gue. Oleh sebab itu, merasa ada yang segitu pedulinya sama gue, meskipun hal itu hanya hal yang sederhana, tapi cukup membuat gue, em.... baper.

Gue gak pernah jatuh cinta sebelumnya karena gue selalu merasa minder dengan diri gue sendiri. Selain itu, gue juga gak pernah tuh di tembak sama cowo. Segitu gak lakunya gue yah? Hahaha.. Miris banget yah gue.

Pengalaman gue tentang cinta masih nol. Gue gak tahu apa-apa soal cinta. Meski begitu, gue masih nekat buat deketin Seungwoo. Gue pengen buat dia jatuh cinta sama gue. Dalam pikiran gue, seenggaknya kalau gue bisa dapatin Seungwoo, gue bisa bebas dari kekangan Mami selama ini. Gue capek, harus pura-pura baik-baik ajah saat menjalani hidup yang gak sesuai dengan passion gue.

***

"

Hai Sasya." Sapa kak Wooseok begitu gue sampai di Rumah Mimpi.

Rumah Mimpi adalah sebuah yayasan sosial, dimana kami menampung anak-anak yang kurang mampu untuk bersekolah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rumah Mimpi adalah sebuah yayasan sosial, dimana kami menampung anak-anak yang kurang mampu untuk bersekolah. Disini kami mengajarkan mereka tentang berbagai hal. Bahkan ada guru-guru yang secara sukarela mau mengajar disini. Meskipun gue bukan guru, tapi disini gue ngajarin mereka buat ngelukis. Inilah tempat dimana gue bisa jadi diri gue sendiri. Gue bebas ngelukis, mengekspresikan diri gue sendiri, dan gue bahagia disini.

Kak Wooseok adalah pemilik yayasan ini. Ia juga merupakan seorang pengusaha muda, kaya, dan tampan. Paket komplit deh pokoknya. Sayangnya masih jomblo dia, wkwkwk.

"Sas? Kamu gak ada niat buat pamerin lukisan kamu?" Tanya kak Wooseok tiba-tiba.

"Hah? Gimana kak?" Tanya gue mencoba memastikan sekali lagi.

"Ada temen aku yang punya galeri seni. Kalau kamu berminat, salah satu lukisan kamu bisa ditampilkan disitu loh." Jelas kak Wooseok.

Sebenarnya gue mau banget. Tapi gue gak bisa. Saat ini Mami sedang ngawasin gue. Jika gue nekad buat memamerkan salah satu lukisan gue, bisa-bisa nama gue dicoret dari kartu keluarga. "Aku..." Gue menarik nafas gue. "Aku gak bisa kak." Ujar gue pada akhirnya.

"Kenapa? Padahal karya-karya kamu bagus loh. Apalagi untuk ukuran pelukis yang gak pernah sekolah seni. Agak disayangkan karena karya kamu hanya dinikmati oleh penghuni Rumah Mimpi saja." Gue pengen banget kak. Tapi gue gak bisa.

• Single Dad • Han SeungwooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang