1. Ordinary Day

1.6K 97 2
                                    

Hari ini sangat cerah matahari terbit lebih awal, langit memunculkan warna biru terang tanpa ada awan yang menutupi disekitarnya. Awal musim panas baru saja dimulai, orang-orang nampak sangat senang dan bersuka ria menyambutnya.

"Jinyoungie cepatlah kau akan segera terlambat!"

Jinyoung semakin terburu-buru mengambil langkah, berlari-lari didalam kamar mempersiapkan semua keperluannya untuk berangkat kerja. Beberapa kertas yang sempat terjatuh dengan gesit ia rapikan tanpa ada niat untuk mengurutkan nomor halamannya, yang perlu ia pastikan adalah semua kertas itu segera masuk kedalam ranselnya tanpa ada yang tertinggal selembarpun. Teriakan eommanya membuat Jinyoung semakin gugup sehingga ia melewatkan selembar kertas masuk kedalam bawah ranjangnya.

Jinyoung menutup pintu kamar dengan kasar dan berlari menuruni tangga menimbulkan suara keras dari sepatunya.

"Yah! Kau tidak sarapan dulu?" Yoona, Eomma Jinyoung yang sedari tadi ribut dan tidak berhenti mengomel karena Jinyoung yang selalu terlambat dihari penting, yaitu hari senin karena anehnya ketika hari-hari menjelang weekend Jinyoung akan terbangun lebih awal. (Eomma = Ibu)

"Aku akan makan ini saja!" Jinyoung mengambil satu lembar roti dan langsung melahapnya. "Yah! Pulang kerumahmu jangan terus numpang makan disini!" Ucap Jinyoung, mengusir Yugyeom yang sedang mengolesi rotinya dengan selai cokelat.

*puk

"Aw!" Jinyoung menoleh. "Eomma!"

"Apa?" Yoona melipat tangan didada menatap Jinyoung nyalang.

"Tidak ada..." Takut dengan ekspresi Eommanya Jinyoung menunjukkan senyum bodohnya dan segera berlari menuju pintu depan rumah meninggalkan segelas susunya yang sudah mendingin.

"Aku pergi!" Teriak Jinyoung dari halaman depan rumah, dari jendela Yoona melihatnya terus berlari hingga keluar rumah untuk mengejar bus pagi.

Yoona menghela nafas melihat anak satu-satunya itu, terkadang ia masih saja berkhayal ingin merubah waktu dan kembali kemasa lalu. Ia selalu saja rindu saat dimana keributan ini sering terjadi dipagi hari, namun saat itu adalah keributan ketika ia berusaha membujuk Jinyoung untuk sekolah saat ia masih kecil. Yoona merasa waktu terlalu cepat untuk ia merelakan Jinyoung yang selalu sibuk dari pagi hari karena rutinitas pekerjaan.

"Kebiasaan..."

Yoona menoleh dari pandangannya keluar jendela, dahinya mengkerut melihat sesosok pria yang sedikit lebih tinggi dari Jinyoung dengan santainya memakan roti dan meminum susunya.

"Jinyoung hyung kebiasaan, selalu saja terlambat." (Hyung = Panggilan adik laki-laki untuk kakak laki-laki)

Yoona terkekeh melihat anak laki-laki yang lebih muda dari Jinyoung mengomel. Ia berjalan kearah meja makan lalu duduk disamping Yugyeom, dengan lembut Yoona mengelus rambut halus Yugyeom dan mengaggumi wajahnya yang semakin lama semakin tampan.

"Hei, sejak kapan kamu semakin tampan dan gagah seperti ini?" Yoona memijit pelan pundak lebar Yugyeom.

"Maaf ahjumma, aku sedang tidak menerima pengakuan cinta- Aw, aw, aw!" Yugyeom mengelus daun telinganya yang sedikit memerah karena cubitan Yoona. Melihat ekspresi kesal Yugyeom yang seperti anak bayi membuat Yoona tertawa. (Ahjumma = Bibi)

"Aku harap kau tumbuh dewasa dengan sangat lambat." Yoona memeluk pinggang Yugyeom dan menyendarkan kepala dipundaknya. "Aku tidak ingin bayi kecilku ini cepat sibuk seperti Hyungnya."

Yugyeom melirik Yoona sekilas lalu kembali melanjutkan sarapannya, ia selalu menikmati ketika orang-orang memanjakannya seperti ini.

Jinyoung berdiri didalam bus dengan keringat yang membasahi bagian punggungnya, ia berharap keringat itu tidak membekas dikemeja putihnya. Matanya terus melihat antara pemandangan jalanan dan putaran jarum jam ditangannya, hanya tersisa 10 menit hingga waktu absesnsi selesai. Sedangkan turun dari halte dan menyebrang jalan raya menuju gedung kantornya memerlukan waktu 5 menit. Jinyoung menghela nafas, berusaha menghilangkan geroginya dan mempersiapkan diri untuk ceramah pagi dari atasannya.

easy to PLAY HARD TO GETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang