22. Some

405 65 19
                                    

Jaebum sedang sibuk didepan komputernya ketika suara Mark tiba-tiba mengejutkannya.

"Tidak bisakah kau untuk tidak mengejutkanku?!"

"Jangan salahkan aku karena memiliki adik tuli yang tidak bisa mendengar suara pintu diketuk." Jelas Mark.

"Ada apa Hyung? Bukankah sekarang masih jam sibuk kerja?" Jaebum menoleh kearah jam dinding memastikan sekarang belum waktunya jam istirahat makan siang.

"Ada yang ingin aku katakan padamu." Mark berkata serius. "Jika kau tidak bisa terlepas dari pertunangan ini, berikan Jinyoung padaku." Jaebum menghela nafas, kembali mengetikkan laporan dikomputernya.

Dahi Mark mengkerut. "Ada apa dengan reaksi itu?" Mark tidak menyangka akan mendapat reaksi seperti itu dari Jaebum, ia nampak tidak peduli.

"Ada apa dengan kalian semua?" Tukas Jaebum.

Mark memandang tidak mengerti. "Maksudmu?"

Jaebum bersandar santai. "Jika aku melepas Jinyoung, maka bukan kau saja yang menginginkannya. Kau harus berhadapan dengan Soojin juga!"

"Soojin?"

"Iya, wanita itu sangat menginginkan Jinyoung."

Mark mendekap tangannya. "Sialan! Sejak kapan wanita itu kembali kesini?"

"Sudah beberapa minggu yang lalu."

"Tunggu! Soojin mengenal Jinyoung?"

"Tidak hanya mengenal Jinyoung, tapi sangat mencintainya." Jaebum menekankan kalimatnya.

Mark mengisyaratkan Jaebum untuk berhenti berbicara dengan telapak tangannya. "Cukup! Bicara denganmu sangat tidak membantu."

Jaebum terkekeh. "Kau tahu pintu keluarnya ada dimana."

"Aku tidak akan keluar." Mark melangkah kearah sofa. "Aku ingin kita memiliki waktu berkualitas untuk makan siang bersama."

"Ada apa?" Tanya Jaebum curiga.

"Kenapa kau menatapku dengan tatapan seperti itu?" Mark mengeluarkan ponselnya dan menghubungi seseorang. Ia menunggu beberapa saat sampai telepon itu tersambung.

"Keruangan Jaebum. Sekarang!" Kata Mark langsung keintinya. "Kau tidak bisa menolak." Jaebum mengernyit. "Ini perintah atasan!" Ucapnya mengakhiri panggilan itu.

"Jangan katakan kau baru saja menghubungi-"

"Jinyoung!" Potong Mark. "Yup, aku baru saja menghubungi kekasihmu."

Pintu ruangan Jaebum terbuka tanpa ada ketukan terlebih dahulu, membuat Jaebum terkejut hampir meneriaki orang yang membuka pintu secara tiba-tiba.

Jackson muncul dengan senyuman sumringahnya dengan punggung yang menggendong tas ransel besar. "Apakah aku datang terlambat?" Jackson menatap Jaebum dan Mark bergantian, Mark menggelengkan kepalanya. Jackson menghampiri Mark lalu mengambil posisi duduk disebelahnya.

"Kau sudah membawa sesuai pesanan?" Tanya Mark.

Jackson mengangguk. "Aku sudah memesankan semuanya." Jackson mengeluarkan 4 kotak besar dari ranselnya, ia menyusun kotak-kotak itu diatas meja dan memberikan satu pada Mark.

Mark membuka kotak itu yang ternyata merupakan lunch box lengkap untuk makan siang, walaupun berbentuk lunch box tapi didalamnya berisi makanan-makanan mewah dan terlihat mahal. Dari meja kerjanya Jaebum terlihat penasaran dengan kotak makan tersebut, ia sesekali mencuri pandang dan berusaha mengintip.

Intercom diatas meja kerja Jaebum menyala disusul dengan suara Taekwoon yang menyampaikan jika Jinyoung ingin masuk kedalam ruangan, Jaebum menjawab dengan menekan tombol berwarna hijau. Tak berselang lama terdengar suara ketukan sebelum Jinyoung dengan pelan membuka pintu ruangan itu.

easy to PLAY HARD TO GETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang