23. Crash

378 59 16
                                    

Suasana terasa canggung antara Bambam dan Yugyeom, mereka duduk berhadapan diruang makan tertutup. Restoran yang dipilih Bambam adalah restoran jepang yang memiliki konsep meja makan didalam ruangan khusus, Bambam baru menyadari bahwa ini adalah pilihan yang salah.

Berdua bersama Yugyeom adalah hal terakhir yang bisa Bambam pikirkan, namun ternyata itu adalah hal pertama yang ia lakukan.

"Ini restoran favoritmu?" Yugyeom bertanya, mengingat bagaimana Bambam bercerita didalam mobil jika tujuan mereka adalah restoran favoritnya.

"Iya." Bambam memperhatikan bagaimana mata Yugyeom melihat dan menelusuri dekorasi interior dari ruangan tempat makan mereka.

Terdengar suara ketukan dibalik punggung Bambam, perlahan pintu slide terbuka dan menampilkan pelayan wanita yang mengenakan kimono membawa nampan berisi gelas dan tempat minum tradisional dari tanah liat.

Dengan sopan pelayan wanita itu menaruh gelas didepan Bambam dan Yugyeom tanpa menimbulkan suara. Ia lalu menuangkan minuman yang berupa teh ke masing-masing gelas, teh itu berwarna hijau tapi tidak terlalu pekat.

"Silahkan dinikmati selagi kami menyiapkan pesanan." Ucapnya tersenyum lembut, pelayan itu perlahan mengundurkan diri dan kembali menutup pintu ruangan.

Yugyeom menatap teh yang ada digelasnya, tangannya menyentuh gelas itu untuk memeriksa suhunya. Setelah dituangkan teh tadi, ternyata gelasnya tidak menjadi terlalu panas. Dengan ragu Yugyeom mencoba untuk mencicipi tehnya, ia terkejut dengan rasa yang ditawarkan. Tidak terlalu manis dan tidak terlalu tawar, selain itu suhunya sangat pas yaitu hangat tidak terlalu panas ataupun dingin.

"Kau menyukainya?" Bambam sedari tadi memperhatikan pergerakan Yugyeom.

"Hm." Yugyeom mengangguk, teh itu menenangkan perutnya yang lapar. "Aku lupa kapan terakhir kali meminum teh."

"Kau tidak menyukai teh?"

"Teh bukanlah minuman favoritku, tapi bukan berarti aku tidak menyukainya." Yugyeom menghabiskan tegukan terakhir dari gelasnya. "Hanya saja aku lebih menyukai kopi, karena untuk membantuku terjaga."

Bagi Bambam teh juga bukan minuman favoritnya. Hanya saja restoran ini memang memberikan teh sebagai bentuk minuman selamat datang, selain itu rasanya juga lumayan.

Kembali suara ketukan terdengar dibalik punggung Bambam yang duduk membelakangi pintu. Suara gesekan pintu dengan lantai terdengar pelan. Pelayan wanita yang sama kembali masuk namun kali ini ia tidak sendiri, ada pelayan lain diluar yang membantu untuk membawa pesanan mereka.

Satu persatu menu pesanan ditata rapi diatas meja. Melihat bagaimana pelayan itu melayani dengan sopan membuat Yugyeom gugup, ia yang biasanya makan di cafeteria ataupun di café biasa tidak terbiasa dengan suasana pelayan yang seperti ini.

"Silahkan dinikmati." Pelayan wanita itu memandang Bambam dan Yugyeom bergantian dengan senyuman indahnya, tidak lupa menunduk sedikit untuk memberi hormat.

Yugyeom mengelus perutnya dan meratapi keadaannya yang sangat lapar, makanan-makanan yang ada didepannya membuatnya kebingungan sampai tak bisa membuatnya bernafsu untuk makan.

"Ada apa?" Bambam bertanya, melihat wajah Yugyeom yang cemberut.

"Aku tidak tahu apakah makanan ini akan cocok dengan lidahku."

Bambam kembali memeriksa menu mereka. Yang ia pesan rata-rata adalah hidangan laut khas jepang seperti berbagai jenis sushi, sashimi, onigiri dan udon. Semua hidangan masih terasa normal dan tidak ada yang aneh.

"Kau tidak pernah makan direstoran jepang?"

Yugyeom menggeleng dan menghela nafas.

Bambam merasa bersalah telah membawa orang yang sangat lapar ketempat makan yang asing untuknya. "Kau coba saja dulu, aku rasa kau akan menyukainya."

easy to PLAY HARD TO GETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang