47. Red Box

382 47 19
                                    

Jinyoung lelah diserbu oleh berbagai pertanyaan yang diajukan Nayeon. Mantan rekan kerjanya itu masih saja tidak percaya dengan semua jawaban yang ia berikan, terlihat jelas dari eskpresi Nayeon yang masih terus berkerut dengan tangan yang menumpu kepala diatas meja.

Mereka berdua menikmati makan siang bersama dicafe dekat kantor yang entah bagaimana bisa membuat Jinyoung menjadi pelanggan tetap. Dua hari berturut-turut membuatnya dikenal oleh beberapa karyawan.

"Aku sudah mengatakan sejujurnya, tidak berbohong sama sekali. Tidak ada lagi pertanyaan yang lainnya," Ucap Jinyoung final.

"Tapi-"

"Sudah cukup!"

Nayeon mendesah, dirinya masih belum puas. Ketidakpercayaannya sangat kuat, salahkan Jinyoung yang selama ini sangat hebat menutupi hubungannya dengan Jaebum. Atasan tertampan, terpintar, sempurna dan sangat kaya raya menurut pendapat Nayeon pribadi.

2 tahun adalah waktu yang sangat lama untuk sebuah hubungan yang ditutup-tutupi. Kebohongan apapun pasti cepat atau lambat akan ketahuan, apalagi hubungan yang sensitif. Hal lainnya yang mengesalkan Nayeon adalah, Jinyoung tidak ketahuan berbohong melainkan ia sendiri yang mengumbar hubungannya.

"Bagaimana bisa..." Nayeon memperbaiki posisi duduknya. "Bagaimana bisa kau berkencan dengan Sajangnim yang tampan, kaya raya dan sempurna itu." Jinyoung muak mendengar deskripsi Nayeon tentang Jaebum. "Ini pasti karena ritual anehmu itukan?"

"Ritual?"

"Iya! Setiap jam makan siang terakhir, kau akan pergi kelantai 10!" Nayeon memicing. "Kita tahu lantai 10 itu sedikit menakutkan, jangan bilang kau bersekongkol dengan penunggu gedung untuk membuat Sajangnim menyukaimukan?"

"Wah, aku sangat ingin memaki sekarang. Bolehkah aku memakimu?"

Nayeon menggiling dengan picingan matanya.

"Kau lupa Sajangnim kemarin bilang hubungan kami sudah terjalin berapa lama?" Jinyoung tetap menyebut Jaebum Sajangnim untuk menghormati statusnya sebagai atasan Nayeon.

"3 Tahun."

"Coba kau pikir lagi."

"Kau benar..." Nayeon tersadar Jinyoung bekerja baru 2 tahun, berarti hubungannya dimulai sebelum ia bekerja.

"Sial, berarti aku kalah cepat."

Jinyoung menggeleng melihat Nayeon yang benar-benar frustasi. Ini cukup berlebihan karena Jaebum bukanlah seorang idol ataupun aktor yang harus memiliki fans fanatic dan pemuja yang menyembah seperti Nayeon.

"Bisakah kau melepaskannya saja? Masih banyak pria tampan diluar sana. Mark Sajangnim juga masih adakan." Dalam hati Jinyoung meminta maaf pada Jackson.

Nayeon melambaikan tangan. "Tidak, tidak. Mark sajangnim belum bisa menggantikan posisi Jaebum sajangnim. Mark sajangnim masih tetap nomor satu."

"Nomor satu?"

"Hm."

"Bukankan itu posisi terbaik? Berarti Jaebum sajangnim ada dibawahnya."

"Kau gila?! Jaebum sajangnim berada diposisi 0 yang artinya tidak akan ada yang bisa menandinginya."

Jinyoung tersedak ice coffee lattenya. Semalam Jaebum mengerjainya hampir 3 jam lamanya, membuatnya hari ini membutuhkan kopi sebanyak-banyaknya untuk membantunya terjaga. Ingatannya tentang kejadian semalam membuatnya merasa bersalah pada Naeyeon.

"Jinyoungah..."

"Hm?" Jinyoung tiba-tiba gugup.

"Tidak bisakah kau melepas Jaebum sajangnim? Hm? Untukku? Kumohon?" Nayeon menangkup kedua tangannya.

easy to PLAY HARD TO GETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang