28. Desire

482 66 15
                                    

Wonpil memandang kearah balkon dengan curiga, ia mengenal dua orang yang sedang berada disana. Jinyoung sahabat Youngjae dan juga Im Jaebum, seseorang yang memiliki jabatan tinggi sekaligus pewaris dari salah satu perusahaan ternama dan berpengaruh.

Saat Jaebum tiba-tiba muncul diapartemen Youngjae, Jinyoung tanpa bersuara langsung melangkah menuju balkon dan diikuti Jaebum dibelakangnya. Mereka berdua langsung mulai berbicara begitu pintu geser balkon ditutup memastikan tidak ada yang akan mendengar pembicaraan mereka.

Mereka yang duduk diruang tamu tahu jika pembicaraan Jinyoung dan Jaebum sangat serius, terlihat dari bagaimana Jaebum menatap Jinyoung dengan tajam sedangkan Jinyoung membuang muka kegedung-gedung tinggi yang menjadi pemandangan balkon apartemen Youngjae.

Jinyoung menyandarkan dagunya diatas besi pembatas balkon, ia tahu Jaebum sedang menatapnya tajam saat ini tapi Jinyoung sedang malas untuk memandang wajahnya. Kejadian kemarin masih membuatnya kesal.

"Pagi ini aku datang kerumah," Ujar Jaebum tidak berhenti menatap sisi wajah Jinyoung yang sedang memanyunkan bibirnya.

"Hm"

"Aku mencarimu."

"Hm."

Jinyoung membuat Jaebum semakin kesal. Jinyoung tidak tahu jika kekasihnya itu sudah cukup kesal karena ia tidak menjawab teleponnya sejak kemarin, ponselnya mati dan Jinyoung dengan sengaja tidak mengisi daya. Pagi ini kekesalan Jaebum bertambah mendapati Jinyoung tidak pulang semalaman dan bertemu dengan Yoona yang sama bingung sepertinya.

Yoona sudah menyuruh Yugyeom untuk mencari Jinyoung dan menemukannya diapartemen Youngjae, setelah itu Jaebum menghubungi Yugyeom untuk memastikan. Ia ingin segera hendak menyusul tapi Yoona menahannya untuk mengajak membahas apa yang sebenarnya terjadi.

"Kau tidak senang bertemu denganku?" Jaebum mendekat selangkah, ingin sekali dia mengukung dan membenamkan tubuh Jinyoung dipelukannya. Rasa rindu tetap lebih mendominasi hatinya walaupun sekesal apapun.

Jinyoung menghela nafas, ia menghadap Jaebum dan memeluk tubuh tegap atasannya itu dengan erat. "Apa sangat susah untukmu mengatakan jika kau rindu padaku?"

Jaebum merasakan tubuhnya melemah, memang hanya kehangatan dari Jinyoung yang mampu mencairkan sifat dinginnya.

"Aku merindukanmu..." Ucap Jaebum lemah.

"Aku tahu."

Jaebum menenggelamkan wajahnya diceruk leher Jinyoung dan menghirup wangi tubuh yang alami, ia yakin kekasihnya ini belum mandi pagi.

Jaebum menatap wajah Jinyoung tanpa merubah posisi dan jarak mereka. "Jadi bisakah kekasihku ini cerita mengapa menghilang semalaman?" Tanya Jaebum dibarengi dengan kecupan diujung hidung Jinyoung.

Jinyoung sebenarnya malas untuk membahasnya tapi jika tidak dibicarakan maka tidak ada penjelasan dan akan tetap menjadi sebuah kesalah pahaman.

"Kenapa kau terlihat ragu?" Jinyoung mendesah, Jaebum menebak suasana hatinya dengan tepat.

Jinyoung melepas pelukan dan bersandar didinding putih balkon. "Aku tidak mau membahasnya, karena aku tidak mau terlihat seperti kekasih yang pencemburu."

Jaebum terkekeh. "Apa sangat susah untukmu mengatakan jika kau sedang cemburu?"

Jinyoung mendengus, sulit untuk mengakui jika ia memang sering merasa cemburu karena Jaebum. Sebisa mungkin Jinyoung membohongi dirinya jika yang ia rasakan bukanlah cemburu, melainkan rasa kesal yang disebabkan oleh Jaebum.

Melihat Jinyoung yang terdiam dan nampak sibuk dengan pikirannya, Jaebum kembali mendekat kali ini tangannya menopang dinding disisi wajah Jinyoung untuk menahan tubuhnya. Sebuah posisi yang selalu bisa membuat pemeran wanita didalam drama akan menjadi gugup dan bersemu merah. Tapi Jinyoung menatap datar Jaebum dan mengingatkan dirinya jika ia bukanlah pemeran wanita didalam drama melainkan seorang laki-laki seutuhnya.

easy to PLAY HARD TO GETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang