Pagi hari, sisa-sisa basah karena hujan semalaman masih terasa sangat pekat. Sesekali terdengar bunyi tetes air mengenai permukaan yang padat. Aroma hujan yang meresap ke dalam dedaunan menimbulkan suasana syahdu.
Dalam suasana yang masih nyaman untuk menarik selimutnya lagi, Fea sudah berada di dapur, menyiapkan nasi tim yang sehat untuk Sondea, sarapan untuk dirinya dan suaminya.
Sejak masa kanak-kanak sampai remaja, saat orang tua masih sangat memperhatikannya, Fea tergolong anak yang penurut dan mau mempelajari banyak hal. Termasuk keahliannya dalam mengerti pekerjaan rumah. Mengurus rumah sudah menjadi kebiasaan bagi Fea.
Fea mencincang daging salmon sampai halus. Mencampurkannya ke dalam nasi tim. Berikutnya serutan wortel, kentang, dan tomat. Sebagai pemberi citarasa ditambahkan sedikit garam dan gula. Rasa kasih seorang ibu dari Fea terhadap Sondea sebagai micinnya. Fea mengecap seujung sendok masakannya untuk tes rasa. Merasa cukup puas dengan rasa yang telah terbentuk, dia pun mematikan kompornya.
******************
Mendengar suara tangisan Sondea, Fea mempercepat gerakan pisaunya. Terlalu buru-buru, membuat ujung jari lentiknya tersayat pisau yang sedang mengiris cabai. "Aduh perih, sial!" batin Fea. Segera dia mencuci tangan sembari membersihkan lukanya.
Tangisan Sondea semakin keras terdengar. Fea berjalan menaiki tangga ke kamarnya sambil mengibas-ngibaskan telapak tangan karena terasa perih. Sesampainya di kamar, tak disangka Dr. Arthur telah menenangkan Sondea. Sudah pula mengganti popok Sondea yang gelnya ternyata sudah penuh. Mungkin itu penyebab tangisannya, karena merasa tidak nyaman.
"Sungguh kali ini aku merasa kau sempat menjadi pahlawan di kehektikan pagi hariku. Percayalah aku merasakan sesuatu yang berbeda terhadapmu". Fea membuka percakapan dengan senyuman lebar dan mata berbinar, merasa terharu bercampur riang. Selama ini dia tidak pernah melibatkan Dr. Arthur dalam mengurus Sondea.
"Entah kenapa aku ingin merasakan pula kedekatan dengan Sondea". Jawab Dr. Arthur tak mengerti.
"Ya, pikirkanlah sendiri". Sambung Fea ketus.
Melihat sedari tadi Fea mengibas-ngibaskan tangannya sambil meringis kesakitan, mampu merobohkan kegengsian Dr. Arthur untuk tidak mengkhawatirkannya. Akhirnya terucap juga pertanyaan "Kenapa tanganmu?"
"Tidak apa-apa, hanya sedikit terluka".
"Hmmmm kau bahkan boleh meminta bantuanku untuk itu".
Sambil tersenyum geli, Fea menjawab "Aku tak selemah itu Dr. Arthur. Ini perkara kecil".
Fea melanjutkan "Maksudku menyebut kamu sebagai pahlawan pagi ini, bagiku itu karena kau telah menolong pekerjaanku secara tak terduga. Bukan berarti aku mengizinkanmu untuk menolongku secara pribadi".
Fea selalu berusaha menunjukan kekuatan dan kemandiriannya. Sedikit penyebabnya adalah rasa trauma ketika pernah bekerjasama dengan temannya dulu. Sungguh memang sulit memahami manusia. Tapi Fea tidak menyalahkannya sama sekali, menurutnya manusia selalu dihadapkan dengan fakta baru dan insiden tak terduga yang siap datang setiap waktu. Fea bisa memahami itu. Meski demikian tidak bisa dipungkiri bahwa mengkhianati teman dengan cara tidak terhormat tetap mendapat nilai minus dari semesta.
Dan mungkin permasalahan usangnya dengan teman lamanya itu adalah wujud penyelamatan secara alami oleh dunia dari kerugian yang lebih banyak darinya. Tak bisa dipungkiri pula kalau Fea adalah aktris tulalit yang bijaksana.
"Tunggu sebentar. Lalu apa yang kau maksud dengan perasaan berbeda untukku?". Tanya Dr. Arthur menghentikan langkah Fea untuk meninggalkan kamar.
"Ahhh itu hanyalah ungkapan terkejut yang sudah menyublim suamiku".
"Ohh baik, kuharap juga begitu". Jawab Dr. Arthur dengan cool.
**********************
Lima belas menit setelah Dr. Arthur berangkat ke Rumah Sakit Eternity, tempatnya bekerja, Fea masih sibuk packing perlengkapan Sondea dan sedikit berkas yang telah dilingkarinya. Fea ingin menanyakan poin-poin yang tidak dia pahami kepada calon pengusaha muda yang memberinya tawaran tempo hari.
"Haduuuuuuuh tumben lama sekali si Furla. Bosnya selalu disiplin gini, eh dianya seenak jidat". Begitulah raungan Fea di sela-sela kegesitan tangan dan kakinya sambil menunggu kehadiran manajer pribadinya.
Tidak sengaja Fea menemukan satu eksemplar tipis berkas yang terselip di box file yang menempel di tembok ruang kerjanya. Fea memicingkan mata, "Berkas apa ini? Aku tidak pernah melihatnya". Berkas itu memang sengaja disembunyikan dan terlupakan untuk segera dibuang.
Fea meniup debu yang menyelimuti kertas itu dan mulai membukanya perlahan. Fea membaca bagian kepala surat. Tangan kirinya meremas bagian kertas yang tergenggam sampai bekas luka tadi berdarah lagi. Nafas Fea memburu naik turun tak beraturan. Ya, Fea marah mengetahui satu fakta yang disembunyikan darinya.
To be continued..............

KAMU SEDANG MEMBACA
Wonder Woman Rush
Tiểu Thuyết ChungShafea seorang wanita karir yang gila kerja tapi juga seorang ibu muda yang ingin membesarkan dan mendidik anaknya sendiri secara sempurna. Ikuti keseruannya menjalani hari-hari sebagai seorang aktris merangkap ibu profesional versinya dan segala dr...