Chapter 23

1.7K 61 0
                                    

Pagi menjelang siang Fea sudah aktif menghafal skenario yang akan take satu jam setelahnya. Fea terlihat sungguh-sungguh dalam menjiwai perannya, semangat besar yang muncul itu bukan tanpa pemicu. Momennya bersama Nevan selama di Puncak masih saja tereplay dibenaknya.

Ada satu hal yang Fea lewatkan, dia terlalu masa bodoh tentang siapa saja pemain yang sama-sama terlibat di sinetron ini. Furla tak begitu mempermasalahkan kekeras kepalaan bosnya itu, toh itu hanya perkara kecil.

Pukul 11.00 siang syuting dimulai. Dua orang aktris telah beradu akting di depan kamera. Fea memerhatikannya, disampingnya ada Furla yang melakukan hal yang sama. Sondea anteng dalam pangkuan Furla, memainkan squishy berbentuk donat.

Beberapa adegan sudah Fea saksikan, dirinya mulai merasuk ke dalam latar suasana dan alur yang terbangun dalam cerita itu. Bisa menempatkan posisinya dan melakukan olah rasa supaya semakin menjiwai perannya nanti.

Tiba giliran Fea untuk take. Dalam skenario ini Fea berperan sebagai Kayla. Anak SMA yang mengidap autisme ringan. Karakter Kayla dituntut untuk menjadi anak yang tidak percaya diri dan minder untuk show up. Padahal dirinya mempunyai kemampuan tinggi. Berbakat di bidang akademik. Pribadi Kayla yang lemah itu mengundang simpati Darren untuk selalu memberi perhatian dan bantuan bahkan ketika Kayla bisa melakukannya sendiri.

Sampai pada detik ini juga, Fea belum atau lebih tepatnya tidak terpikirkan untuk mencari tahu siapakah orang yang memerankan tokoh Darren yang menjadi lawan mainnya itu.

Orang yang memerankan tokoh Darren ternyata terlambat datang. Terdengar dari percakapan yang Fea tak sengaja dengar dari kru berbaju hitam yang berdiri di belakangnya.

"Ok baiklah, lima belas menit lagi sampai sini ya" ucap kru itu sambil mengakhiri telponnya.

"Sebentar ya Bu Fea, ditunggu lima belas menit lagi kita akan segera take".

Fea menjawab dengan anggukan dan sedikit senyuman di ujung bibirnya. Dia bisa memaklumi karena sadar dirinya juga sering melakukan hal yang sama.

**********

Lima belas menit berlalu.
Ternyata benar memang tepat waktu. Laki-laki yang berperan sebagai Darren sudah datang. Dia memakai kacamata hitam dan masker yang menutupi wajahnya. Fea terhenyak, meskipun wajahnya tertutup Fea bisa mengenalinya. Dia adalah Nevan.

Nevan mendekati sutradara dan minta maaf atas keterlambatannya secara gentle. Nevan yang terkejut melihat Fea berada di samping sutradara dengan pakaian SMA, sudah bisa menebak kalau ternyata Fea juga terlibat dalam sinetron tersebut.

"Hah sepertinya Dewi Fortuna memang lagi berpihak kepadaku, dua hari yang lalu kita menghabiskan waktu bersama di Puncak Fe, dan sekarang kita terlibat dalam satu projek yang sama" Nevan nyerocos saja mengekspresikan keterkejutannya yang menyenangkan.

Fea tersenyum dengan binar mata yang berkilauan. Dia sangat menyukai bagian hidupnya yang terjadi sejak dua hari yang lalu.

*******************

Di sudut ruangan sebuah cafe, terduduk seorang wanita yang menanti temannya. Guratan wajah ceria terpampang disana. Wanita itu terlihat sangat gembira. Ponselnya berdering.... Ada notifikasi pesan WhatsApp masuk dari Dr. Arthur rupanya. Maaf Ivanka, saya batal menemui kamu, karena mendadak ada pasien yang kritis. Akan saya penuhi janji bertemu lain kali. Tunggu saja kabar dari saya. Begitulah bunyi isi pesan itu. Seketika keceriaan pada wajah wanita itu berubah menjadi lesu.

"Hmmm selalu seperti ini" batinnya.

To be continued.....................

Wonder Woman RushTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang