Siang hari yang terik menambah pikiran Nevan semakin memanas. Bahkan jika itu bereaksi seperti logam, sudah pasti akan menimbulkan bunyi desisan dan seketika berasap jika disiram air. Nevan merasakan kebimbangan level akut. Sudah sejak kuliah semester satu, semangat Nevan sangat menggebu-gebu untuk mendirikan aplikasi startup. Tapi kini dia dihadapkan pada kenyataan yang rumit. Nevan sangat mencintai Shafea dan kini cintanya sedang dipermainkan oleh dunia.
********************
Sudah sebulan lebih ayah Shafea tidak sadarkan diri di ruang ICU. Pak Gandhi, ayah Fea menderita penyakit Parkinson sejak 5 tahun lalu. Dan sekarang kondisinya semakin memburuk. Dokter sudah mengerahkan pengobatan terbaiknya. Segala macam pengobatan sudah dilakukan. Tapi tetap saja tidak menunjukan hasil yang berarti.
Dr. Hilman sebagai dokter senior yang sudah menangani berpuluh-puluh pasien parkinson, kini berencana untuk melakukan pendekatan secara psikologis afektif. Dengan cara memberi sentuhan kasih sayang kepada pasien.
Awal tahun ini ketika kondisi kesehatan Pak Gandhi masih lebih baik, beliau pernah menceritakan permohonannya yang ingin dikabulkan oleh Tuhan kepada semua anggota keluarga. Meskipun dengan suara dan gerak bibir yang kurang jelas, tapi masih dapat dipahami bagi mereka yang masih sehat. Pak Gandhi berharap agar selalu diberi kesadaran yang cukup untuk bisa berinteraksi dengan cucunya kelak. Dia tidak memaksa Fea untuk segera menikah. Tekanan berasal dari anggota keluarga yang lain terutama mamanya Fea.
Dan saat ini menjadi waktu yang tepat untuk mengintimidasi Fea agar segera menikah. Pernikahan Fea diharapkan dapat segera mendapatkan momongan. Dengan kehadiran cucu inilah diharapkan lagi kesehatan Pak Gandhi segera membaik. Rencana ini mendapat dukungan dari Dr. Hilman.
********************
Fea menekan tombol call pada layar ponsel kemudian mendekatkan ke telinganya. Sampai nada tunggu terakhir berbunyi tak juga diangkat oleh nomor yang ditujunya. Fea mengulanginya berkali-kali sampai merasa kesal.
Nevan melihat layar ponselnya yang berdering sedari tadi. Panggilan dari wanita cantik yang fotonya langsung memenuhi layar. Dia hanya menatapnya dengan frustrasi. Tak ada kata yang disiapkan untuk menerima panggilan itu.
Disela-sela menunggu panggilannya diangkat, Fea berkali-kali meneteskan air mata. Berakhir dengan tangisan yang lebih liar di atas bantalnya. Fea meneriakkan sesak hatinya di bekapan bantal pada wajahnya. "Mengapa kehidupan yang sudah kususun dengan rapi, harus menjadi berantakan karena variabel ekstranus yang entah kenapa begini jadinya. Sungguh ini semua sama sekali tidak ada di rencana kehidupan yang sudah kubuat" protes Fea dalam tangisnya.
Nevan bimbang, kini dia dihadapkan pada pilihan yang mengandung resiko besar baginya. Jika dia memilih untuk segera menikah lalu bagaimana dengan impiannya membangun aplikasi startup. Apalagi sasaran marketnya masih perlu digodok sana sini. Sudah sejak enam bulan lalu Nevan mulai menggarap aplikasi barbershop yang cara kerjanya mirip dengan aplikasi grabfood. Aplikasi yang mempertemukan tukang cukur dengan pelanggan. Ketika mendapat orderan tukang cukur tersebut bisa langsung datang ke rumah pelanggan dan mencukurnya disana. Nevan juga berencana bekerja sama dengan gopay atau ovo untuk metode pembayarannya.
Nevan merasa tidak sanggup jika mendapat tugas tambahan sebagai seorang suami dengan segala atribut kehidupan berumah tangga. Di sisi lain Fea sangat dicintainya. "Argggghhh aku benar-benar tak bisa membayangkan apa jadinya itu semua" Nevan berteriak lepas ke hamparan danau di depannya.
*************************
Di sebuah rumah modern yang banyak ditumbuhi tanaman hijau. Dua orang pria dewasa sedang berbicara serius. Dr. Hilman melakukan pendekatan kepada putranya. Putranya itu sudah berumur tetapi selalu menunda keinginannya untuk menikah. Selalu ada alasan untuk menundanya. Yang paling rumit adalah putra Dr. Hilman itu belum bisa menentukan kriteria wanita yang ingin dijadikannya istri. Bahkan ingin membangun rumah tangga yang seperti apa pun sampai saat ini belum terpikirkan. Progressnya masih nol.
Butuh pendekatan khusus untuk mendekati pria dengan level setingkat Dr. Arthur. Ya itulah nama putra Dr. Hilman. "Ayah, mau kesibukan atau perencanaan pernikahan, yang mana yang lebih aku pikirkan itu akan tetap ada waktunya aku menikah yah. Jadi kumohon bersikaplah tenang" Dr. Arthur memohon pada ayahnya.
"Ayah sudah tidak bisa mempercayai alasan-alasan konyolmu. Kamu lihat wanita yang ada di iklan tv itu?"
Sambil melirik layar tv dengan malas Dr. Arthur menjawab "ya, ada apa dengan wanita itu?"
"Ayah mengenal anak itu dengan baik, apa kau tertarik dengannya?"
"Pasti merepotkan yah mempunyai istri seperti dia, aku sudah sering melihatnya di beberapa media. Bahkan beberapa kali muncul di iklan ponselku" jawab Dr. Arthur tak tertarik.
"Ayah wanita itu sudah bersahabat lama dengan ayah Ar, namanya Pak Gandhi. Saat ini beliau hampir sebulan lebih terbaring di ICU tak sadarkan diri. Ayah sudah mencoba semua metode pengobatan yang pernah berhasil dipakai dulu, tapi hasilnya nihil. Kali ini ayah ingin menambahkan stimulus dengan metode psikologis afektif. Pak Gandhi ingin merasakan kehangatan menimang cucu. Nah cucunya itu yang diharapkan dapat merangsang syaraf-syarafnya" Dr Hilman memaparkan panjang lebar.
************************
Dua bulan lebih Nevan menghilang dari hidup Fea. Komunikasi terakhirnya dengan Fea membahas seputar desakan pernikahan yang dilakukan mamanya Fea. Terbersit di pikiran Fea untuk menganggap Nevan sebagai lelaki yang pengecut. "Aku sudah tidak bisa berprasangka baik lagi kepada Nevan, bahkan ketika hubungan ini di titik paling menegangkan, dia tidak muncul untuk sekedar berdiskusi".
Nevan tetap membisu dan menghilang begitu saja dari hidup Fea. Perasaan Fea selalu membolak-balik. Bisa-bisa seketika kembali berprasangka baik, dengan menganggap Nevan sedang berusaha mencari jalan keluar bagi cinta mereka berdua.
Tak lama setelahnya berakhirlah penantian untuk Nevan. Shafea dan Dr. Arthur resmi menikah.
***********************
Butuh waktu lima menit untuk membiarkan waitress itu menyusun makanan di meja dan segera meninggalkan tempat. Dalam waktu lima menit itu telah cukup mengaburkan kata-kata yang hampir tersusun untuk menyatukan kembali dua hati yang saling mencintai. Keduanya kembali tersadar untuk tak seharusnya membicarakan yang sudah tak pantas ditarik ke permukaan lagi."Eh gimana kabar startup lo Nev? Udah siap launching belum?" Fea menyerbu dengan dua pertanyaan yang membuat hatinya getir. Ya startup itu lebih berharga ketimbang dirinya, begitulah yang diketahui Fea.
"Mmm aplikasinya sih sudah siap, tinggal diuji coba dan kerjasama ke beberapa perusahaan penunjang".
Furla kecewa karena arah pembicaraan telah berganti. Diluar segala perkara dan drama hidup, Shafea dan Nevan adalah pasangan yang serasi, postur tubuh mereka sangat pas untuk menjadi dua sejoli. Dan Furla mengidolakan keserasian mereka.
"Waw baguslah" puji Fea.
"Sondea, anak manis, menggemaskan sekali kamu, sini ikut om Nevan" Nevan berusaha mencairkan suasana agar tidak canggung. Dia mencubit pipi Sondea dan menarik lengannya untuk dipindahkan ke pangkuannya. Fea menyerahkan Sondea dengan senang hati. Senyum simpul tersungging di bibir sensualnya.
"Bahkan sampai Sondea sebesar inipun ayahku belum sadar juga Nev, rasanya kayak sia-sia tau ga pernikahan gue" tak sengaja Fea keceplosan berbicara seperti itu.
To be continued.....................
KAMU SEDANG MEMBACA
Wonder Woman Rush
Fiction généraleShafea seorang wanita karir yang gila kerja tapi juga seorang ibu muda yang ingin membesarkan dan mendidik anaknya sendiri secara sempurna. Ikuti keseruannya menjalani hari-hari sebagai seorang aktris merangkap ibu profesional versinya dan segala dr...