Dalam lamunannya Fea terus-terusan mencari jalan bagi hubungannya dengan Nevan. Kadang-kadang teringat pula akan kebersamaannya dengan Dr. Arthur selama ini. Ada desiran rasa yang tidak bisa dimengerti Fea. Rasa yang membuatnya merasa aman dan terlindungi. Ingatan tentang Dr. Arthur kemudian membawa Fea ke memori kejadian di cafe Orland. Fea terhenyak, "Oh iya, sebaiknya aku menanyakan tentang wanita itu ke Dr. Arthur. Dan perlu tidaknya aku untuk menceritakan keputusan Nevan, baru bisa ku pertimbangkan setelahnya."
***********************
"Oh jadi ini alasannya dia menghindari ku selama ini." Batin Ivanka sambil terus menyaksikan candaan Iora dan Dr. Arthur dari kejauhan. "Bukannya selama ini aku selalu memposisikan diri sebagai sahabat yang baik untuk Dr. Arthur. Kenapa dia harus memperlakukanku seperti ini. Ehh atau jangan-jangan dia tidak ingin hubungannya dengan wanita itu menjadi renggang karena aku. Masa bodoh lah. Yang penting rasa penasaranku sudah terjawab." Ivanka merasa puas dengan usahanya hari ini. Bisa segera pulang dengan lega. Kemudian untuk setelahnya tidak perlu lagi mencemaskan sahabatnya itu, Dr. Arthur.
***************************
Dalam perjalanan pulang menuju rumah, euforia keasyikan pertemuan dengan Iora masih sangat melekat dalam diri Dr. Arthur. Dia merasa sangat bergairah untuk melanjutkan hidup, masalah yang ada di hadapannya menjadi terasa sangat kecil. "Terimakasih Iora, percakapan kita tadi benar-benar membuka pikiranku." Batinnya dari dalam jiwa yang sedang kasmaran.
**************************
Dr. Arthur tiba di rumahnya. "Oh Shafea sudah pulang." Melihat mobil istrinya sudah terparkir rapi di garasi. Dr. Arthur berjalan masuk ke dalam rumah, masih dengan gairah yang sama. Melewati ruang tengah, yang ternyata ada Fea disana. "Shafea, tumben kamu sudah pulang?"
"Kamu juga tumben sudah pulang?"
"Oh iya juga ya. Hehehe" jawab Dr. Arthur sambil nyelonong masuk ke kamar tidur.
"Apaansi aneh deh orang ini."
Selang beberapa menit Dr. Arthur keluar dari kamar tidur. Sudah berganti pakaian santai dan menyusul Fea untuk ikut bersantai di ruang tengah.
"Hei, kembalikan majalahku." Teriak Fea sambil mencoba memukul punggung Dr. Arthur yang sengaja menyerobot majalah di tangannya.
"Wah artikel apa yang sedang kau baca Fea." Dr. Arthur meledek Fea sambil membaca judul artikel di halaman yang terbuka.
"Gaya mendidik anak ala Victoria Beckham." Dr. Arthur membacanya keras-keras. "Bahaha Fea, aku mau ketawa hahaha."
"Hish apasih Dr. Arthur nyebelin banget. Sini balikin!"
Dr. Arthur masih tertawa-tawa meledek Fea.
"Apanya yang lucu? Ha?" Tanya Fea.
"Hahaha mm lucu aja, tapi bagus sih."
"Apasih ngga jelas ni orang." Keluh Fea agak kesal.
"Hahaha iya iya oke, aku akan berhenti tertawa Fea."
"Lah memangnya kamu Dr. Arthur, nggak pernah mendidik anak." Fea membuat pembelaan dari entah apa yang barusan ditertawakan oleh Dr. Arthur.
"Hmmm gimana bisa saya mendidik anak, orang anaknya kamu bawa terus kemana-mana."
"Hahaha, aku takut Dr. Arthur kalau-kalau nanti Sondea diajak papanya mengencani wanita."
"Hmmmmm sepertinya aku menangkap maksud pembicaraanmu Fea."
Fea berakting pura-pura sedang berpikir. "Apa maksudmu Dr. Arthur? aku tidak mengerti."
"Pasti kejadian di cafe Orland itu kan?"
"Oh iya, gara-gara mama aku jadi kelupaan mau nanyain tentang itu. Mmm jadi wanita itu siapa Dr. Arthur?"
"Halah alasan. Btw dia temanku waktu SMA, Iora namanya. Aku bisa berhubungan lagi dengan dia itu juga karena gak sengaja ketemu."
"Hilih sengaja juga gak papa kok Dr. Arthur."
"Beneran Fe. Lagian nggak ada gunanya juga aku meyakinkan kamu. Kamu kan cuma mau peduli tentang Nevan saja."
"Heeeeeyyy apa maksud pembicaraanmu itu Dr. Arthur?"
"Bukannya memang begitu."
"Apasih. Kamu juga waktu di cafe Orland nembak Iora kan. Huh sama aja keles."
Dr. Arthur tersipu dan hanya diam saja.
"Dr. Arthur, menurutmu akan bagaimana ya kelanjutan hubungan kita?"
"Ya tergantung apa yang kamu dan saya perbuat lah Fea."
"Katanya kamu mau bilang, gimana perasaanmu ke aku dan seperti apasih wanita idealmu Dr. Arthur?"
"Hahahaha. Sebentar Fea, biarkan saya berpikir dulu."
"Iyah." Fea memasang telinga lebar-lebar sambil menunggu jawaban dari Dr. Arthur.
"Aku sayang sama kamu Fea, tapi ternyata kamu bukan tipeku. Aku bisa terima itu dan tidak menjadikannya masalah."
"Maksudnya ternyata bukan tipemu?"
"Setelah aku menikah dengan kamu, ternyata aku baru mulai mengerti wanita seperti apa yang ideal bagiku Fea."
"Apakah itu Iora?"
"Bisa dibilang begitu. Dulu waktu sekolah aku menyukai Iora. Tapi aku tidak memberitahunya, aku kira ini hanya cinta monyet dan pasti akan hilang begitu saja ketika bertemu dengan orang baru. Ternyata tidak, selama ini aku hanya memendamnya saja dan terlalu malas untuk mengurusnya. Bahkan ketika papa selalu mendesak ku, aku tidak menceritakannya. Karena kurasa memang tidak perlu."
"Lalu bagaimana denganku?"
"Aku sebenarnya tidak masalah dengan hubungan kita yang seperti ini. Cuman mau sampai kapan Fea?"
"Iya aku mengerti Dr. Arthur. Kita harus membuat keputusan dan mengakhiri hubungan kita yang datar datar saja seperti ini."
"Kamu maunya gimana Fea?"
"Aku terserah kamu Dr. Arthur. Aku tidak ingin mengecewakanmu seperti yang sering kulakukan. Jadi kamu saja yang mengambil keputusan. Dengan syarat itu benar-benar murni untuk kebahagiaanmu sendiri. Jangan pedulikan aku."
Dr. Arthur merasa curiga dengan pernyataan Fea barusan. Seperti yang diketahui Dr. Arthur kalau Fea memang well educated, tapi bukan berarti bisa dipercayai begitu saja. Terlebih selama ini bukannya Fea yang menginginkan perceraian. Jangan sampai dirinya diperalat oleh Fea. Bukan berprasangka buruk, tapi lebih berhati-hati saja dalam mengambil tindakan.
To be continued................
KAMU SEDANG MEMBACA
Wonder Woman Rush
Ficção GeralShafea seorang wanita karir yang gila kerja tapi juga seorang ibu muda yang ingin membesarkan dan mendidik anaknya sendiri secara sempurna. Ikuti keseruannya menjalani hari-hari sebagai seorang aktris merangkap ibu profesional versinya dan segala dr...