Chapter 20

2.5K 79 0
                                    

Jarak antara tempat langkah Fea terhenti dengan lokasi entah kegiatan apa yang dilakukan, sepertinya pemotretan, cukup jauh. Antara ingin tahu dan masa bodoh terus membolak-balikkan hati Fea. Fea memerlukan pertimbangan orang lain untuk memutuskan perlukah dirinya mendatangi lokasi itu. Vivian lah orang yang paling tepat untuk dimintai saran, selaku kuncian Fea tentang apapun yang berkaitan dengan Nevan.

Fea menelpon Vivian, " Vi sekarang gue lagi di Puncak. Gue ngeliat ada Nevan sama beberapa temennya atau siapanyalah nggak tau juga gue. Dia kayaknya mau ada pemotretan. Duh Vi pemotretan apa ya? Menurut lo dia udah punya calon belum sih?".

"Menurut gue belum sih Fe. Nggak ada berita apapun tentang Nevan di grup angkatan gue. Yang ada itu si Brian yang mau married".

"Duh cup cup cup jangan sedih ya Vi". Masih sempat-sempatnya Fea meledek Vivian.

"Hish apaan sih Fe, Brian itu bukan tipe gue".

"Tapi nada bicara lo gak bisa nipu gue Vi".

"Alah serius Fe, gue mah sans nggak kayak lo ahahaha. Apa ni apa? Jadi lo mau ngomongin apa Fe nelpon gue?".

"Ah skip dulu bentar. Ngomongin hubungan lo sama Brian lebih seru Vi, ga bosen apa lo denger masalah hidup gue yang nggak banget ini tiap hari? Ahahaha".

"Gue sama Brian biasa aja Fe, kami berdua bukan bucin macem lo sama Nevan. Wleeee".

"Terus gimana perasaan lo yang mau ditinggal married Brian?".

"Ya ikut seneng dong Fe, gue support supaya dia enjoy sama kehidupan barunya. Makanya lo tuh jangan berlebihan terhadap apapun, terutama perasaan lo sama Nevan".

"Yaelah Vi, memang udah begini kali gue dari sononya" Fea mencibir.

"Ya gapapa sih, dunia butuh kisah cinta versi macem lo sama Nevan Fe. Gue bisa bersikap kayak gini ke Brian juga karena berkat lo Fe, belajar dari kegagalan lo. Ehehehe".

"Hahahaha baguslah kalau ada manfaatnya buat orang lain, wleeee".

"Oh iya Fe lo tadi mau ngomong apa? Kayaknya serius".

"Mau nyari temen buat menebak-nebak apa sih yang dilakuin Nevan di tempat itu. Dia rapi banget Vi pakai setelan jas, tapi gue amati dari tadi belum ada seorang pun perempuan disana".

"Lo apa-apaan sih Fe, ya biarin ajalah si Nevan married kalaupun itu bener dia lagi prewedding. Lo kan juga udah punya Dr. Arthur".

"Aaaa ngga boleh Vi, aku ngga rela kalau Nevan married sama orang lain. Huhuhu".

"Lo masih mau apalagi sih Fe? Udah terima kenyataan aja".

"Gue masih punya niatan buat cerai sama Dr. Arthur dan menikah sama Nevan. Cuman sebelum-sebelumnya gue gak berani bilang ke Nevan. Takut kalau dia masih sakit hati karena pernikahan gue. Tapi gue baru aja tau fakta baru dari Furla. Sebenernya Nevan juga terlibat di propaganda pernikahan gue Vi. Jadi gue yakin dia nggak membenci gue".

"Tunggu. Lo belum ceritain fakta apaan yang lo baru tau dari Furla?".

"Nevan sama mami gue maksa Furla buat ngga ngasih tau gue, kalau gue dapet tawaran main film. Itu pas gue lagi krisis dulu Vi. Lo inget kan?".

"Iya gue inget. Jadi Nevan sengaja menghindari lo supaya lo akhirnya mau menikah dengan Dr. Arthur?".

"That's right, menurut gue begitu Vi".

"Terus apa langkah pertama yang akan lo ambil?".

"Gue minta saran ke lo, haruskah gue samperin Nevan sekarang?".

"Samperin aja sih, setiap waktu kan memang semua orang harus selalu siap dengan kenyataan Fe. Hahaha".

"Sebenernya gue hanya butuh dukungan Vi. Apapun saran lo, gue pasti tetep samperin dia, cuman tingkat optimisme gue aja yang akan mengecil semisal gue gak dapet saran yang gue harepin dari lo. Ehehe".

"Ahaha dasar, gausah lo ceritain juga gue udah tau Fe".

"Udah ya Vi, gue mau samperin Nevan dulu. Ntar gue telpon lagi".

******************************

Dengan langkah tergesa tapi agak santai, Fea sedikit demi sedikit telah menghilangkan jarak antara dirinya dengan Nevan yang terpisah sekitar 200 meter.

Nevan yang sedari tadi berputar-putar mengambil spot bagus versinya, menangkap sesosok wanita yang mendorong kereta bayi dari arah selatan di tempatnya berdiri. Wajah cantiknya terpapar sinar matahari pagi. Kelopak mata yang menyipit karenanya tetap terlihat dari kejauhan meskipun tidak terlalu jelas. Nevan mengacuhkan sosok itu dan kembali melanjutkan aktivitasnya.

"Gimana udah beres belum? Jangan sampai gue mati kebosanan ya nungguin kalian" Nevan menegaskan.

"Sedikit lagi masbro, masih pasang payung satu lagi" jawab salah seorang kru.

"Oke lanjutkan".

Nevan menghentikan kegiatan jepret sana sininya. Mengistirahatkan dirinya di bawah pohon rindang. "Huh sebegininya gue bela-belain nyari modal buat ambisi gue. Laki-laki ikutan modelling itu bukan gue banget" gumam Nevan yang mulai melamun. Semakin dalam Nevan masuk ke dalam lamunannya. Membayangkan seandainya dirinya menggeluti bidang modelling. "Hiiiiii laki-laki itu harus maskulin, pekerjaan profesional bukannya jadi model yang pose begini pose begitu, udah kayak Fea aja. Eh tuh kan jadi keinget Fea. Menyebalkan".

To be continued............................

Wonder Woman RushTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang