"Kenapa harus sakit begini sih?"
Chansuk bocah itu terus menggerutu sambil memeras kain kecil yang dibasahi dengan air dingin lalu ditempelkan ke kepala kakaknya yang sedang meringkuk di atas kasur.
"Duh bikin orang repot saja deh"
Dengan nada lemah wanita itu berkata "Ya sudah kau berangkat sekolah saja"
Chansuk kembali berdecak "Cih kan semalam aku sudah bilang akan turun hujan lebat kau sih tidak percaya sekali"
Chaeyoung hanya bisa meringis sambil mengeratkan selimutnya, beginilah saat terlalu sering dijahili oleh adik sendiri hingga Chansuk berkata benar sekalipun rasanya sulit sekali bagi Chaeyoung untuk percaya.
"Mau sesuatu tidak?" Tanya Chansuk dengan nada setengah tidak ikhlasnya.
"Tidak usah"
"Kau ingin tambah sekarat? Bubur dan teh hangat saja ya hanya itu yang bisa aku buat"
Chaeyoung tersenyum tipis walaupun terdengar terpaksa mengatakannya tapi itu membuatnya merasa sedikit terharu. Apa perlu ya dia setiap hari saja sakitnya agar adiknya yang paling menyebalkan ini bisa berubah sedikit manis padanya? Gila memang.
Samar-samar Chaeyoung mendengar suara berisik dari arah dapur, bocah itu benar-benar melakukannya dengan tidak ikhlas terbukti dari kegaduhan dari dapur.
Chaeyoung menggapai tisu yang sudah disiapkan Chansuk disampingnya lalu menyeka ingusnya menggunakan itu.
Selang beberapa menit Chansuk kembali dengan sebuah nampan berisi teh hangat dan juga bubur Chaeyoung sedikit meringis saat melihat penampakan bubur buatan Chansuk.
"Bisa makan sendiri kan?"
Chaeyoung mengangguk kecil lalu berusaha bangun dan mengambil nampan yang berada ditangan Chansuk.
"Jangan di nilai dari tampilannya" ucapnya dengan nada datar sangat tahu jika kakaknya itu akan mengkritik bubur buatannya.
"Bagaimana bisa kau makan sendiri memegang sendok saja kau loyo begitu" gerutu Chansuk lagi saat Chaeyoung menggenggam sendok dengan susah payah.
"Kurang baik apalagi sih aku ini" ucapnya lalu mengambil sendok dari tangan kakaknya dan menyuapinya dengan perasaan kesal, namun juga tak tega membiarkan kakaknya tambah sekarat jika tak makan.
Chaeyoung kembali membuka mulutnya saat adiknya yang tiba-tiba berubah menjadi manis itu kembali menjejalkan bubur ke dalam mulutnya.
"Kasar sekali sih bisa pelan-pelan tidak mulutku penuh dengan bubur!"
Bocah itu hanya memutar bola matanya malas terlalu enggan untuk menanggapi ocehan kakaknya yang sama sekali tak ada syukur-syukurnya, masih untung kan Chansuk masih menyempatkan waktunya yang teramat berharga untuk mengurus kakaknya satu-satunya ini.
"Bagaimana masih pusing tidak?"
"Hanya sedikit aku akan segera membaik kau tidak usah sok-sokan cemas begitu"
Chansuk mendelik tajam lalu kembali menyuapkan satu suapan penuh bubur ke dalam mulut kakaknya.
"Kau makan sendiri saja aku mau keluar sebentar"
"Ada urusan penting"
Chaeyoung hanya mengibaskan tangan untuk mengusir adiknya "Simpan kembali bubur dan teh ini, aku sudah kenyang"
Chansuk hanya geleng-geleng kepala saat keluar dari kamar kakaknya itu, walaupun sedang sakit omelannya tak pernah berhenti.
Bocah itu memasukkan kedua tangan dalam saku lalu berjalan menuju apotik untuk membeli beberapa obat. Andai ada obat yang bisa membuat kakaknya berhenti mengomel mungkin Chansuk juga akan membelinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad boy Falling in Love (Junrose Story) ✓
RomanceKoo Junhoe, seorang anak laki-laki yang berasal dari keluarga kaya dan terpandang. Keinginannya yang selalu terpenuhi membuatnya menjadi sosok yang cukup brengsek dan juga menyebalkan, namun siapa yang bisa menolak pesona Koo Junhoe pria yang dijulu...