Dari sekian banyak manusia di muka bumi ini, kenapa harus deketin Wilda yang sudah mempunyai pacar? Apakah dia tidak tau diri? Dengan segera, aku meminta kepada Wilda untuk menjaga jarak dengan Dewi karena jujur saja aku tidak suka melihat kedekatan mereka. Aku tau aku egois dan hanya mementingkan perasaanku saja, tetapi bukankah yang aku lakukan ini benar? Aku tidak mau hubunganku terhambat dengan adanya Dewi.
"Sayang aku boleh minta sesuatu ga?" kataku kepada Wilda.
"Apa?" jawabnya sambil menatap mataku.
"Aku mau kamu jaga jarak sama Dewi, aku ngerasa dia suka kamu dan pengen milikin kamu" aku memohon padanya agar dia mengabulkan permintaanku ini, semoga dia mau dan tidak keberatan dengan permintaanku yang satu ini.
"Ga mungkin dia suka sama aku, kita sahabatan udah lama"
"Tapi aku bisa liat dari cara dia perlakuin kamu, cara dia natap mata kamu, cara dia pengen ngejauhin kita. Udah keliatan banget yang" ucapku sambil meyakinkannya.
"Yaudah yang aku bakalan jaga jarak sama Dewi, kamu jangan ngambek terus makanya" katanya sambil mencium kedua pipiku dengan lembut. Aku merasa senang akhirnya Wilda mau menuruti permintaanku yang satu ini. Aku tau Dewi sahabatan sama Wilda udah cukup lama tetapi aku tidak ingin hal aneh terjadi di dalam hubunganku dan Wilda.Sudah 2 minggu hubunganku dan Wilda lancar dan aman saja tanpa hambatan sedikitpun. Wilda memberitahuku bahwa Dewi terus-terusan menghubunginya tetapi tidak pernah ia hiraukan, membalas pesannya pun tidak sama sekali. Ketika aku baca chat Dewi di ponsel Wilda, ada kata-kata dimana Dewi memanggil Wilda dengan panggilan 'baby', 'sayang', Wilda tidak pernah meresponnya, aku pun lega tetapi tetap saja aku kesal dia memanggil pacarku seperti itu.
Ketika aku sedang berbelanja di sebuah mini market, aku tidak sengaja menabrak seseorang. Ternyata orang itu tidak lain dan tidak bukan adalah Dewi. Mengapa dunia ini terasa sempit sekali ya Tuhan? Tidak bisakah aku untuk tidak bertemunya lagi?
"Eh maaf ga sengaja" kataku kepada Dewi.
"Lain kali hati-hati" jawabnya dengan jutek dan muka yang sangat nyolot.
Aku pun berlalu tanpa menjawab perkataannya sebelum emosiku semakin memuncak. Saat aku selesai melakukan pembayaran di kasir, dia memanggilku.
"Woi pacarnya Wilda" ucapnya dengan sangat tidak sopan padahal dia tau namaku, sepertinya dia sengaja tidak mengucapkannya. Aku pun berbalik arah untuk melihatnya dan dia menghampiriku dengan tatapan tajamnya seakan aku adalah musuhnya.
Dia mengajakku ngobrol di sebuah kedai kopi yang berada di sebrang mini market tempat aku belanja tadi. Sebenarnya aku malas sekali harus mengobrol dengannya, tetapi karena aku baik hati dan menghargainya sebagai sahabat pacarku ya sudah aku mengikuti kemauannya saja."Langsung to the point aja ya, gue suka sama pacar lo udah lama bahkan jauh sebelum lo sama dia pacaran, gue ga ngerti kenapa dia mau sama lo padahal gue yang selalu ada buat dia disaat sedih maupun seneng" saat itu aku langsung tersedak es kopi susu yang sedang aku minum, sudah ku duga pasti dia punya perasaan lebih terhadap Wilda.
"Gini ya, lo ga bisa maksain perasaan seseorang untuk punya perasaan yang sama kaya lo. Wilda itu cuma anggap lo sahabatnya, gak lebih. Gue sama dia pacaran ya karna emang kita punya perasaan yang sama" jawabku sambil tersenyum licik.
"Lo pacaran sama dia cuma karena pengen lo manfaatin kan? Gue tau kalian pasti udah ngelakuin hubungan yang lebih dari sekedar ciuman. Makanya lo manfaatin dia biar lo bisa ngelakuin hubungan kaya gitu terus kan? Haus akan nafsu" ucapnya dengan nada meledek.
Emosiku mulai tersulut dengan ucapannya seperti itu, aku mengepalkan kedua tanganku. Tak tahan rasanya ingin ku hajar mulut kotornya itu. Bisa-bisanya dia berbicara seperti itu padaku, memangnya aku sejahat itu? Aku mencintai Wilda tulus tanpa ada niat sedikitpun untuk memanfaatkannya.
"Maksud lo apaan hah?" ingin ku hajar mukanya tetapi seseorang menahanku, ada seorang wanita menahan tanganku.
"Sabar mbak, ga usah pake kekerasan ini tempat umum" katanya kepadaku.Saat malam hari, aku bertemu dengan Wilda. Aku tidak menceritakan apapun kepadanya tentang kejadian siang hari tadi. Aku tidak mau dia berpikir bahwa aku tukang ngadu, ingin mengadu domba antara dirinya dan Dewi. Bagaimanapun aku tidak ingin merusak persahabatan pacarku dengannya. Aku sadar bahwa Dewi memang lebih kenal Wilda terlebih dahulu dibanding aku. Aku menyadarinya, biarkanlah aku menyampingkan egoku untuk saat ini.
"Kamu kenapa? Kok diem aja dari tadi?" tanyanya.
"Ah engga aku gpp kok" kataku sambil tersenyum kepadanya.
"Kamu sakit? Kenapa? Cerita ih"
"Aku beneran gpp yang" jawabku. Padahal ada banyak hal yang ingin aku ceritakan padanya tentang kejadian tadi cuma lebih baik tidak usah untuk sekarang ini. Aku tidak ingin merusak suasanya diantara kita berdua.
Aku tersenyum kepadanya lalu mencium bibirnya tanpa melumatnya.
"I love you" kataku.
"I love you too" dia membalasnya dengan senyuman.Terima kasih buat yang udah meluangkan waktunya untuk membaca cerita gue ini. Makasih banyak yang udah vote juga.
Setiap harinya gue akan update cerita ini, makasih banyak atas dukungannya.
Dan khususnya Thanks to Wilda (Wildaaaa_03) karena tanpa dia cerita ini ga bakalan ada.
ILY.
KAMU SEDANG MEMBACA
Untuk Pertama Kalinya
RomanceIn one lifetime, you will love many times but one love will burn your soul forever.