Konflik😭

3.2K 91 20
                                    


Hari ini adalah hari Jumat dimana aku harus mengikuti test ujian dari kampusku. Seminggu sebelumnya aku sudah mempersiapkan semua ini dan Wilda juga ikut membantuku untuk belajar. Dia menemaniku belajar saat dia sudah selesai bekerja.
Kurang lebih 4 jam aku mengikuti test ini, akhirnya aku bisa menjawab segala macam pertanyaan yang diajukan oleh dosenku sehingga aku dinyatakan kompeten. Aku mencoba menghubungi Wilda tetapi nomornya tidak aktif. Aku pun bingung, karena tidak biasanya nomornya tidak bisa di hubungi seperti ini.
Aku memutuskan untuk pergi ke rumahnya tetapi nihil, Wilda tidak ada dirumahnya. Lantas kemana dia pergi tanpa kabar? Aku menunggu kedatangannya dirumahnya, sekarang ini jam menunjukkan pukul 9 malam tetapi dia belum juga pulang.
Sampai akhirnya jam 10 malam, akhirnya Wilda pulang. Aku kaget ternyata dia pulang bersama Dewi. Jadi sampai selarut malam ini dia pergi bersama Dewi? Aku kesal melihatnya apalagi dia sama sekali tidak memberiku kabar ditambah dengan pulang bersama dengan Dewi. Seakan aku menunggunya menjadi sia-sia.

“Kamu dari mana aja? Hp ga aktif ditambah pulang semalem ini? Ngapain aja?” tanyaku dengan kesal.
“Habis jalan-jalan” jawabnya singkat. Ada apa sebenarnya dengan Wilda? Apakah aku telah melakukan kesalahan sampai dia seperti ini? Ah ini membuatku sakit kepala.
“Jalan sama sahabat kamu itu?”
“Iya emang kenapa?” dia membuang muka saat berbicara padaku.
“Bagus seharian sama dia tanpa ngabarin aku”
Aku tidak tau harus berbuat apa lagi, marah, kesal, cemburu semuanya campur aduk. Apa yang sebenarnya terjadi pada Wilda? Dia tidak seperti biasanya. Cuek dan tidak memperdulikan kehadiranku disini.
“Pasti ada yang ga beres deh” gumamku dalam hati dan menghela nafas.
“Aku capek mau istirahat, kamu pulang aja udah malam juga lagian” katanya tanpa menatapku.
“Kamu kenapa sih? Lagi ada masalah? Hah?” aku mengeluarkan nada yang tinggi kepada Wilda dan menarik tangannya dengan kasar.
“Apaan sih, ga usah kasar bisa ga?” dia membalasnya dengan nada yang tinggi juga, emosi kita berdua benar-benar sudah tidak terkontrol lagi.
“Lagian kamu kemana aja sih? Ga ngabarin aku sama sekali, pulang malam kaya gini. Ngapain aja?” aku sudah benar-benar marah saat itu. Tidak habis pikir kenapa Wilda jadi seperti ini.
“Bukan urusan kamu. Udah sana kamu pulang aja!!!” dia mengusirku, aku tetap tidak mau pulang.
“Kenapa sih? Kamu mau di temenin sama Dewi? Iya kan?” kataku dengan nada marah sehingga nada bicaraku sudah tidak bisa dikendalikan lagi.

PLLLAAAKKKKK!!!
Tamparan mendarat tepat di pipi kiriku. Aku pun kaget tiba-tiba dia menamparku dengan sangat keras sehingga pipiku menjadi merah padam, air mataku sudah tidak tertahankan lagi, aku sudah tidak bisa menahan ini lagi. Tamparan yang cukup keras ini menyadarkanku bahwa aku memang tidak penting untuknya. Aku diam sesaat dan setelah itu aku pergi dari rumah Wilda.
Dewi masih tetap membisu melihat pertengkaran antara aku dan Wilda. Aku menatapnya dengan tatapan yang tidak bisa diartikan lagi. Dia berdiri tepat di samping motornya, memantau segala hal yang terjadi antara aku dan Wilda. Aku pun pergi dari tempat itu dengan tangisan yang sudah tidak terbendung lagi.
“Kamu baik-baik aja kan Wil?” tanya Dewi kepada Wilda. Ya benar saat kejadian tadi, Wilda juga menangis. Wilda hanya diam saja tidak mengeluarkan sepatah katapun kepada Dewi.
Dengan cepat Dewi segera memeluk Wilda. Tangisan Wilda pecah saat Dewi memeluknya dan mencoba untuk menenangkannya. Dewi mengelus-elus punggung Wilda.
“Kalau ada apa-apa kamu cerita aja ya sama aku, aku siap dengerin kok. Aku selalu ada buat kamu Wil apapun keadaannya. Jangan nangis lagi, air mata kamu ga pantas dikeluarin buat orang seperti Karen” Wilda hanya mengangguk dan membalas pelukan Dewi.
Setelah cukup lama mereka berpelukan, Dewi menghapus air mata Wilda. Dewi mencoba segala hal untuk membuat sahabatnya tenang dan melupakan segala hal yang terjadi tadi.
“Gue jahat banget ga sih Wi? Gue udah nampar Karen padahal dari tadi dia udah nungguin gue tanpa gue kasih kabar sedikitpun. Gue jahat banget ya?” tanya Wilda.
“Ga Wil, kamu ga jahat. Apa yang kamu lakuin itu udah bener. Dia udah kasar sama kamu. Udah ya ga usah di pikirin lagi. Mending kamu istirahat ini udah malam banget” Dewi mengantarkan Wilda menuju kamarnya.
“Makasih ya Wi, maaf udah ngerepotin” kata Wilda. Dewi membalasnya dengan senyuman kemudian dia berpamitan pulang kepada Wilda.

Aku disini di balkon kamarku, masih menangis atas kejadian tadi. Tamparan di pipiku tidak terasa sakit jika dibandingkan dengan luka yang aku rasakan saat ini. Tamparan ini adalah tamparan pertamaku yang aku dapat dari seseorang yang paling aku sayang. Mungkin benar kata Dewi, aku memang tidak pantas untuk Wilda. Balkon kamarku menjadi saksi bisu atas apa yang aku rasakan.
Berharap ini hanyalah sebuah mimpi buruk tetapi rasanya tidak mungkin. Aku bisa merasakan tamparan keras itu mendarat di pipiku. Aku bertanya-tanya pada diriku sendiri. Apakah Wilda sudah tidak mencintaiku lagi? Sehingga dia berbuat seperti ini padaku.
Aku mencoba untuk tidur tetapi tidak bisa, banyak hal yang mengganjal hati dan juga pikiranku. Sekarang pukul 3 subuh, mataku masih belum tertidur juga padahal sudah lelah karena menangis semalaman ini. Pikiranku, hatiku, dan tubuhku sama-sama lelah dan butuh istirahat tetapi tetap saja tidak bisa. Sampai pada akhirnya jam menunjukkan pukul 5 pagi, aku baru bisa tertidur saat itu. Aku merasakan kepalaku sangat pusing sehingga aku memaksakan untuk tidur padahal pagi ini aku ada jadwal kuliah yang cukup penting.

Aku terbangun jam 11 siang, aku harus bergegas ke kampus karena di pagi hari aku sudah bolos. Sebelum ke kampus aku mampir ke sebuah cafe untuk membeli kopi hangat agar aku tak mengantuk lagi. Jujur saja mataku terasa sangat berat dan sembab.
Saat aku sedang memesan kopi, seseorang menepuk pundakku. Lalu aku pun menolehnya.
“Jauhin Wilda, tinggalin dia” ternyata orang itu adalah Dewi. Lagi dan lagi aku harus bertemu dengannya. Aku masih diam saja tidak menghiraukannya sedikitpun.
“Wilda lagi banyak masalah sama kerjaannya” katanya lagi.
“Kenapa dia bisa tau? Wilda curhat ke dia?” tanyaku dalam hati.








Jangan lupa vote dan comment ya readers.
Thank you so much💛

Untuk Pertama KalinyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang