Curahan Hati Mantan

2K 65 44
                                    


Hai guys. Maaf banget baru sempet update. Soalnya lagi sibuk banget nih.
Happy reading readers~



Sangat indah sekali pemandangan di Kota Jakarta ketika malam hari. Banyak lampu-lampu berkilauan, cahaya lampu dari kendaraan yang berlalu lalang, cahaya dari gedung-gedung tinggi dan mewah yang semakin melengkapi indahnya Kota Jakarta saat malam hari tiba.

Jakarta selalu menjadi tempat terfavorit bagi kedua insan yang dulu pernah menjalin sebuah kasih. Jakarta yang selalu menjadi tempat pertemuan diantara Karen dan Wilda. Kota yang menjadi tempat terbalaskannya sebuah rindu ketika hasrat ingin bertemu sudah melampaui batas.

Karen POV

Sekarang aku sedang berada di sebuah restoran dengan nuansa klasik jaman 80an yang memberikan kesan unik serta banyak dekorasi-dekorasi jaman dulu yang memberikan kenyamanan saat berada di dalamnya. Suasana seperti inilah yang aku inginkan, berada di sebuah tempat yang penuh dengan kenyamanan bersama dengan orang yang membuatku nyaman hingga saat ini walau aku dengannya sudah tak bersama lagi.

"Kamu mau makan apa?" tanyaku padanya yang sedang melihat list menu ditangannya.
"Hmmm apa yaaa..." jawabnya dengan ekspresi yang bingung.
"Coba kamu pilihin makanan apa yang cocok buat aku" katanya lagi dengan mengeluarkan sedikit senyuman.

Setelah aku memesankan menu makan malam untuk kita berdua, kita makan tanpa banyak mengeluarkan kata-kata hingga suapan terakhir. Setelah makan malam, aku mengajaknya untuk ngopi-ngopi sebentar sambil mengobrolkan sesuatu hal. Sebetulnya aku ingin sekali mengungkapkan apa yang aku rasakan saat ini, perasaanku terhadapnya masih sama tidak berkurang sedikitpun tetapi rasa gengsiku jauh lebih besar sehingga aku tidak berani untuk mengatakan hal itu. Bagiku saat ini bisa dekat dengannya seperti ini merupakan kebahagiaan yang cukup besar tanpa adanya tolak ukur.

"Oh ya Wil......." aku membuka pembicaraan diantara kita berdua.
"Iya kenapa?" tanyanya sambil menyeruput segelas vanilla late yang baru saja datang diantar oleh pelayan yang sangat ramah.
"Gimana kerjaan kamu?" seketika aku jadi merasa canggung dengan suasana seperti ini.
"Ya gitu sih kaya biasanya, nothing special. Kalo kuliah kamu gimana? Lancar?" sepertinya tidak ada yang berbeda soal kerjaan.
"Ya lancar sih bentar lagi juga aku lulus" kataku sambil memainkan sendok mini di gelas kopi milikku.
"Bagus lah kalau gitu, belajar yang bener jangan main mulu" dia mencoba menasehatiku agar aku lebih giat belajar lagi.
"Iya makasih yaaa"

Keheningan mulai terjadi diantara kita berdua. Tidak ada lagi yang memulai pembicaraan sampai kurang lebih 15 menit sehingga aku mencoba membuka pembicaraan lagi.
"Btw kalo aku boleh tau, kamu lagi deket sama siapa?" tanyaku ragu-ragu, takut bila pertanyaanku terlalu bersifat pribadi padahal aku sudah bukan siapa-siapanya lagi. Aku takut bila dia tidak suka dengan pertanyaanku yang terlalu kepo dengan siapa dia dekat atau bahkan sudah menjalin hubungan.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
"Hmmmm" dia tampak berpikir sejenak sepertinya dia bingung harus menjawab bagaimana pertanyaanku yang terlalu pribadi ini.
"Yaudah ga usah di jawab Wil gpp it's okey" kataku sambil tersenyum kikuk. Aku menyeruput americano karena di ruangan ini cukup dingin sehingga aku butuh sebuah kehangatan melalui secangkir kopi hangat.
"Aku boleh curhat sama kamu?" tanyanya sambil melihat kearahku.
"Silahkan" aku mencoba mendengarkan curhatannya dan menjadi pendengar yang baik untuknya.

"Sebenernya aku lagi suka sama seseorang udah dari 1 bulan yang lalu. Kebetulan aku 1 kerjaan sama dia jadi bisa ketemu setiap hari di jam kerja" aku mencoba memcerna baik-baik apa yang telah Wilda katakan, entah mengapa dadaku terasa begitu sesak setelah mendengar hal itu.
"Oh terus gimana? Kamu deket sama dia?" tanyaku dengan mencoba memberikan senyuman sebaik mungkin agar menutupi rasa sakit yang aku rasakan saat ini.
"Iya udah deket sih, dia sering nganterin aku pulang bahkan pagi-pagi udah jemput aku di depan rumah" lanjutnya lagi.
"Waahhh.. bagus dong kalian udah sedeket itu" jawabku antusias mencoba mencairkan suasana padahal suasana hatiku sendiri sedang tidak baik-baik saja.
"Iya sih cuma aku ga tau dia suka apa engga. Menurut kamu gimana?" katanya dengan ekspresi yang bingung.

Aku berpikir sejenak untuk menjawab pertanyaannya. Aku harus menjawab sebijaksana mungkin walaupun hatiku sangat terluka mendengarnya. Aku pikir setelah beberapa hari ini kita cukup dekat, ada kemungkinan bagiku untuk menjalin hubungan khusus lagi tapi ternyata 0 besar. Semua berbanding terbalik dengan kenyataan sesungguhnya. Mungkin memang diriku yang terlalu banyak berharap, sehingga semua tidak sesuai dengan kenyataan.

"Aku pikir kayanya dia juga suka sama kamu, ya logikanya dia selalu nganterin kamu pulang, jemput kamu buat berangkat kerja bareng. Kemungkinan dia suka sama kamu cukup besar sih kayanya" jawabku dengan santai.
"Ya aku juga berharap gitu sih"
"Dia gimana orangnya?" tanyaku.
"Dia baik, suka jadi tempat curhat buat aku, sering ngehibur aku kalo lagi pusing sama kerjaan" aku hanya mengangguk karena sudah tidak tau lagi harus berkata apa. Ingin rasanya aku menghilang dari bumi saat ini juga, tidak ingin mendengar kata-katanya bahwa ia telah menyukai orang lain.

Aku memang tidak mempunyai hak apapun lagi. Tidak berhak melarang dia dekat dengan siapapun. Aku tidak lagi memiliki hak untuk cemburu karena dia sudah menyukai orang lain yang mungkin jauh lebih baik dari diriku. Asal dia bahagia, aku pun bahagia walau harus dengan merasakan banyak luka di dalamnya.

"Kalo kamu lagi deket sama siapa?" tanyanya kepadaku.
"Oh kalo aku lagi ga deket sama siapa-siapa sih. Semenjak kita putus, aku ga deket sama siapapun"
"Kenapa emangnya?" tanyanya dengan penasaran.
"Gpp mungkin aku butuh waktu sendiri saat ini. Ga semudah itu aku berpaling dari orang yang paling aku sayang jadi ya aku pengen sendiri dulu. Masih trauma untuk jatuh cinta lagi. Ga semudah itu." seketika Wilda diam tanpa menjawab apapun lagi. Entah dia diam karena merasa tersindir dengan perkataanku atau dia bingung harus menjawabnya bagaimana lagi.

Yang terpenting disini adalah cukup dengan melihatnya bahagia bersama dengan orang lain tanpa harus mementingkan perasaanku yang rasanya sudah campur aduk. Ingin teriak sekencang mungkin melampiaskan amarah dari lubuk hati yang paling dalam walau sebenarnya aku harus ikhlas dia bersama dengan yang lain.

Hati kecil ini tidak akan pernah bisa bohong. Merasakan cemburu yang luar biasa. Aku seharusnya bahagia dengan keadaan ini, keadaan dimana dia cerita kepadaku dengan raut wajah yang senang. Berharap aku memberikan opini mengenai orang yang dia suka. Aku tidak boleh egois, itu semua hak dia untuk menyukai siapapun yang memang baik untuknya, untuk masa depannya.

"Aku doain yang terbaik buat semuanya, buat kamu. Semoga kamu bahagia terus yaa. Jangan pernah sungkan kalau mau cerita apapun itu" kataku dengan senyum paling ikhlas dimuka bumi ini walau semesta tau seberapa luka yang tergores dihatiku tetapi selalu aku simpan baik-baik tanpa ada yang mengetahuinya terutama Wilda, cukup aku rasakan ini.

***

Hari semakin larut malam, jam menunjukkan pukul 23.00 tak terasa waktu berlalu begitu cepat. Detik demi detik telah berlalu, menit demi menit telah usai, jam demi jam sudah dilalui.

"Udah malam banget nih kamu ga mau nginap dirumah aku aja? Rumah aku kan deket dari sini" katanya sambil menawarkan untuk menginap dirumahnya karena ini sudah larut malam.
"Ga usah deh. Takut ngerepotin. Lagian ga enak sama mama kamu udah kemalaman ini" jawabku.
"Ga ngerepotin kok lagian mama lagi dirumah kk aku, udah kemalaman. Kasian kamu kalo pulang jam segini, bahaya"
"Yaudah deh kalo maksa" jawabku.
"Ga ada yang maksa bambang" katanya sambil tertawa.

Setelah sampai dirumah Wilda yang sangat nyaman itu, aku segera duduk di sofa karena badanku cukup pegal-pegal hari ini.
"Kamu mau tidur dimana?" tanyanya setelah ia keluar dari kamar karena habis ganti baju.
"Aku tidur dimana aja dah. Diluar juga jadi yang penting ga di atas pohon"
"Hahahahahaha... ga di atas pohon juga dong nanti jatuh gimana?" jawabnya sambil tertawa.
"Mau tidur di kamar aku ga?" tanyanya lagi menawarkan.


Makasih ya yang udah baca dan nunggu part selanjutnya. Sampe ketemu di part berikutnya guys.
Thank you so much💜

Untuk Pertama KalinyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang