Aku harus bagaimana?

1.6K 57 12
                                    

Karen POV

Kebetulan sekali hari ini tanggal merah, aku dan Wilda ingin pergi jalan-jalan ke suatu mall di daerah Jakarta untuk menikmati brown sugar milk tea yang katanya terenak di Jakarta.
Sekitar kurang lebih 1 jam kami menempuh perjalanan dengan macetnya kota Jakarta yang cukup menyebalkan, akhirnya kami pun sampai.

Mall terasa penuh sesak mungkin karena ini hari libur jadi sebagian besar orang pergi ke mall untuk jalan-jalan ataupun refreshing.

"Makan dulu yuk" Wilda mengajakku makan siang karena jam sudah menunjukkan pukul 12 tepat dimana waktunya makan siang.
"Ayok aku juga laper" kataku kepadanya.

Setelah selesai makan siang, kami memutuskan untuk nongkrong di sebuah gerai minuman yang lagi hits banget akhir-akhir ini. Dengan mengantri sekitar 30 menit, akhirnya kami bisa menikmati minuman ini sambil duduk-duduk dan sekedar mengobrol santai.

"Gimana kuliah kamu? Lancar?" tanya Wilda kepadaku.
"Puji Tuhan lancar cuma emang lagi capek bgt sih di semester akhir ini" jawabku santai.
"Kenapa? Pusing nyusun skripsi?" kata Wilda sambil mengaduk-aduk minumnya.
"Ya gitu deh. Aku juga lagi pusing-pusingnya mau lanjut kuliah kemana" ucapku dengan nada yang bingung. Sejujurnya hal ini membuatku selalu mikir berkali-kali. Entah ke siapa aku harus menceritakan ini, tidak ada yang bisa mengerti posisiku sebenarnya.

Flashback on

"Kamu nanti mau lanjut S2 dimana ren?" tanya mamaku disaat kami sedang menikmati sarapan di hari rabu.
"Maunya sih di sekitaran sini mah, yang deket-deket aja" jawabku santai sambil menyuap roti bakar strawberry.
"Mama sama papa maunya kamu lanjut S2 di London. Kan banyak beasiswa S2 diluar. Kamu coba-coba dari sekarang ya" kata mama dan papaku bersamaan, mereka sangat kompak akan hal ini.
"Tapi aku ga mau jauh-jauh. Yang pasti aja yang deket-deket" protesku tak mau kalah dengan mereka.
"Pokoknya mama mau kamu cari beasiswa buat lanjutin S2 di luar negri." ujar mamaku dengan keputusannya sendiri.

"Yaelah gimana nih gue kan ga mau kuliah diluar, jauh bangeeeettttt. Udah tau gue mager banget orangnya ngapain jauh-jauh sih" gumamku dalam hati, memikirkan segala macam alasan agar aku tidak kuliah di luar negri. Sejujurnya aku tidak mau jauh-jauh dari Wilda, aku tidak bisa membayangkan jika aku jauh dengannya, rindu ini semakin tidak tertahankan. Sehari tak bertemu saja sudah sangat tertekan, bagaimana berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun lamanya. Ahhh aku sungguh frustasi saat itu.

Kedua orangtuaku sangatlah keras kepala, keputusan mereka tidak dapat diganggu gugat terutama mamaku. Aku sudah cukup dewasa untuk menentukan kemauanku sendiri tanpa harus diatur-atur lagi.
Sejak SMP aku sudah mengikuti semua kemauannya, harus masuk sekolah ini. Saat beranjak SMA pun aku harus masuk ke jurusan IPA agar nanti aku kuliah bisa mengambil teknik industri atau arsitektur dimana aku tidak mempunyai minat sama sekali. Saat kuliah aku nekat mengambil jurusan manajemen dimana aku menyukai jurusan ini karena aku ingin sekali belajar bisnis dan me-manage sesuatu dengan baik. Keputusanku akan hal itu sangat membuat kedua orang tuaku marah besar karena tidak sesuai dengan keinginan mereka.
Saat ingin melanjutkan S2 pun mereka ikut campur akan hal ini walaupun sebetulnya kata-kata orangtua harus didengarkan tetapi keinginan anak juga harus didengarkan baik-baik apalagi dengan umurku yang sudah bukan anak-anak lagi yang harus diatur sana sini.

Entahlah aku pusing dengan hal ini. Rasanya tidak ingin melanjutkan S2, pengen cepet-cepet kerja aja rasanya.

Flashback off

"Jadi kamu disuruh lanjut S2 di London?" tanya Wilda kepadaku dengan raut wajah yang serius.
"Iya" kataku dengan nada yang sedih.
"Kenapa sedih gitu? Harusnya kamu seneng dong kalo kuliah di luar, kamu juga pasti bisa kuliah disana" ucap Wilda menyemangatiku, padahal aku sama sekali tidak tertarik untuk kuliah diluar negri.
"Aku masih pengen disini. Banyak temen-temen deket aku disini, saudara, keluarga" ujarku dengan nada yang lemas.
"Khususnya kamuuu, aku ga bisa ninggalin kamu jauh-jauh" ucapku dalam hati.
"Yaudah mending kamu ikutin kemauan orang tua kamu. Kuliah di luar negri kan jauh lebih bagus, fasilitas disana udah wow banget, pendidikannya juga udah bagus banget" Wilda menyaraniku untuk mengikuti kemauan kedua orangtuaku.
"Dia sama sekali ga nahan gue buat ga kuliah di luar gitu?" tanyaku dalam hati.

Setelah selesai berbincang-bincang datanglah seseorang yang ga aku kenal sama sekali namun Wilda cukup terlihat dekat dengannya, namun jika dilihat-lihat sepertinya aku tidak asing dengan wajahnya.
Akhirnya aku dengannya berkenalan satu sama lain. Sepertinya dia adalah orang yang disukai oleh Wilda namun aku tidak mau tau lebih tentang itu, takut nantinya akan melukai perasaanku sendiri.
"Kamu mau ikut kita nonton ga?" tanya Wilda kepadaku.
"Nonton? What? Gue bakalan jadi nyamuk gitu?" ucapku dalam hati.
"Gimana?" tanyanya lagi.
"Hemmmm gak deh. Aku langsung pulang aja" jawabku tersenyum namun terasa sesak di dalam dada.


***

Sudah 1 minggu berlalu setelah aku jalan dengan Wilda. Sedangkan 1 minggu lagi aku harus menentukan keputusan untuk melanjutkan kuliah di luar negeri atau tidak. Jujur saja aku sama sekali tidak menginginkan untuk kuliah disana namun jika dipikir-pikir lagi untuk apa aku disini. Mungkin dengan melanjutkan kuliah di luar negeri aku bisa mendapatkan suasana baru yang bisa membuatku semangat lagi. Setelah aku putus dengan Wilda, aku merasa semangatku telah hilang. Dengan merasakan suasana baru, mungkin saja semangatku akan kembali lagi seperti semula. Tetapi keputusanku belum bulat, sebagian dari apa yang aku inginkan berada disini, aku tidak mungkin meninggalkan mereka begitu saja khususnya Wilda.

"Apakah mungkin dengan tetap tinggal disini, aku akan kembali lagi bersamanya? Atau mungkin akan hanya menambah luka?"
"Wilda berhak bahagia dengan siapapun pilihannya, jika dia bahagia, maka aku pun harus bahagia"

Wilda POV

"Tumben banget udah seminggu Karen gak ada kabar, mungkin dia lagi sibuk kali yaa" tanyaku kepada diriku sendiri.
"

Gue salah ga sih nyuruh dia kuliah di luar? Hati kecil gue bilang dia ga boleh kuliah di luar. Lah emang gue siapanya ngatur-ngatur dia?" gumamku dalam hati.









Makasih yang udah baca. Sorry lama banget updatenya. Sampai bertemu di part selanjutnya💛💛💛


Luvvv

Untuk Pertama KalinyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang