Bertemu?

2.4K 80 25
                                    


Karen POV

Sudah 6 bulan setelah aku putus dengan Wilda, aku melewati hari-hari yang bagiku sendiri cukup membosankan. Tanpa adanya Wilda di sisiku sangat hampa rasanya, tidak ada yang memarahiku jika aku melakukan kesalahan, tidak ada yang manja saat sedang sakit, tidak ada yang menemaniku saat aku kesepian, dan tidak ada lagi yang mendengar semua keluh kesahku.
Detik, menit, jam, hari, minggu, bahkan bulan sudah aku lalui tanpa dia. Seakan ada yang kosong dan tidak bisa ada yang mengisinya lagi. Jika banyak yang bertanya apakah aku masih mencintainya? Ya sangat masih bahkan rasa sayangku terhadapnya semakin bertambah. Selama 6 bulan ini aku dan Wilda sama sekali tidak kontak-kontakan. Hanya sebatas melihat status di whatsapp saja.

“Mau chat tapi takut ganggu, mau bilang kangen tapi gue udah bukan siapa-siapanya lagi” gumamku dalam hati.
Aku terus melamun, sangat rindu namun tidak bisa menyampaikan. Sehingga dada terasa sesak dan pikiran menjadi kacau memikirkan bagaimana dirinya sekarang ini, apakah dia sudah menemukan seseorang yang lebih baik?
“Woi bengong aja lu, ntar kesambet aja baru tau” seseorang menepuk pundakku sehingga aku tersadar dari lamunanku. Ternyata yang menepuk pundakku adalah Sasa. Ya dia adalah sahabatku, bisa dibilang sahabat dekat yang paling mengerti keadaanku seperti apa.
“Anjir lu bikin kaget aja” kesalku padanya.
“Yaelah lu lagian bengong terus, kesambet mampus aja gak gue tolongin. Lagian lu ngapa sih? Masih galau?” tanyanya sambil memakan 1 bungkus roti tanpa membaginya kepadaku.
“Ya gitu deh. Gue kangen banget sama dia. Dia gimana ya kabarnya?” aku menanyakan kabar Wilda kepada sahabatku ini karena sahabatku pacaran dengan sahabatnya Wilda.
“Kata pacar gue sih baik-baik aja tuh. Biasa lah dia lagi sibuk sama kerjaannya. Lo kalo mau nanyain kabarnya, tanyain langsung kenapa sih cupu amat” jawabnya asal celetuk, memang mulut sahabatku yang 1 ini susah untuk disaring.
“Lu kira gampang apa nanyain kabarnya langsung, ntar dia risih gimana?”
“Haduh punya sahabat goblok kaya lu emang bikin ngelus dada ya, ini nih yang namanya nyerah sebelum nyoba. Dasar guoobbblllooogggg!!!” dia menggeplak kepalaku dan langsung kabur entah kemana.
“Eh bangsat” teriakku dan langsung dilihat banyak orang. Ya maklum saja karena aku sedang berada di perpustakaan kampusku, yang tadi suasananya hening tiba-tiba menjadi mengagetkan karena teriakanku yang cukup keras.

                                       ******


Aku mampir di sebuah tempat tongkrongan anak muda yang cukup keren, ini adalah tempat favoritku dengan Wilda. Sebenarnya banyak sekali tempat favoritku dengannya dan salah satunya adalah tempat ini.

 Sebenarnya banyak sekali tempat favoritku dengannya dan salah satunya adalah tempat ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Aku memesan sebuah green tea latte hangat dan sepotong kue dengan rasa red velvet. Aku sengaja ke tempat ini karena aku ingin mengerjakan tugas akhirku dalam mata kuliah Manajemen Keuangan dan Pajak. Beberapa hari ini aku cukup merasa kesulitan dengan tugas ini, rasanya kepalaku ingin pecah.
“Coba aja ada Wilda, pasti dia bisa bantuin” bicaraku dalam hati.

Ketika aku sedang mengetik di laptopku, aku melihat seseorang yang tak asing bagiku baru saja turun dari motor di bonceng oleh seorang perempuan. Aku melihatnya dengan jelas itu adalah Wilda tetapi aku tidak mengenali orang yang pergi bersamanya. Ternyata dia mau ke cafe yang sama denganku.
Aku mencoba untuk mengatur nafasku dan menetralkan sikapku untuk saat ini. Aku berharap dia tidak melihatku. Tapi aku rasa aku salah, dia melihatku tetapi tanpa tersenyum, raut wajahnya sulit diartikan.

Wilda POV

Aku berniat mengajak temanku untuk pergi ke sebuah cafe yang sangat aku rindukan. Terakhir kali aku kesini bersama Karen, ya sudah cukup lama. Temanku ini namanya Laura, dia baru pindah dari Bali. Dulu kami adalah teman dekat. Kata teman-temanku dia memiliki perasaan yang khusus untukku tetapi aku tidak memperdulikannya, karena dia tidak pernah mengungkapkan langsung kepadaku.
“Yuk kita masuk, bagus loh tempatnya” ajakku kepada Laura.
“Let’s go” dia menggandeng tanganku tetapi aku biarkan saja.

Setelah aku masuk, aku melihat seseorang duduk di pojok sambil memainkan laptopnya. Setelah dia melihatku, aku sangat terkejut ternyata orang itu adalah Karen.
Mata kita saling bertemu sama lain dengan tatapan yang tidak bisa diartikan. Ini adalah awal pertemuan setelah kita putus, aku merindukannya sangat amat, tidak ada 1 hari pun yang ku lewatkan tanpa memikirkannya.
“Kok bengong? Kamu mau pesen apa?” tanya Laura kepadaku sehingga aku mengalihkan pandanganku dari Karen.
“Oh iya maaf, gue mau green tea latte sama red velvet cake ya” jawabku.
“Yaudah aku pesenin dulu, kamu cari meja ya” katanya.
“Cari meja? Kursinya enggak?” entah kenapa aku mengatakan lelucon receh di depannya. Dia hanya tersenyum hangat kepadaku.
Aku duduk di tempat yang tidak jauh dari Karen. Hanya beda 1 meja saja dengannya. Aku melihatnya sepertinya dia sedang sibuk mengerjakan tugas dan terlihat sedikit kesulitan. Saat aku sedang melihatnya, Laura datang membawa pesananku. Aku sekilas melihat Karen memesan minuman dan kue yang sama sepertiku. Ya karena green tea dan kue red velvet memang favorit kita berdua. Saat bersama dengan Karen, aku merasa ada di tempat yang sempurna bersama dengan orang yang sempurna dan juga makanan maupun minuman yang sempurna.
“Kamu sejak kapan tau tempat ini? Kayanya seneng banget pas kesini, pasti banyak kenangannya ya?” tanya Laura tiba-tiba.
“Sejak 1 tahun yang lalu kayanya, lupa sih udah lama. Emang banyak kenangannya, salah satu tempat favorit gue” jawabku sambil memakan 1 sendok kecil potongan kue red velvet.
“Sama mantanmu Wil?” saat itu aku langsung tersedak mendengar kata mantan, Laura langsung memberikan aku minum dan mengelus rambutku.
Saat Laura mengelus rambutku, Karen melihatnya, hanya mengeluarkan ekspresi datar.
“Makanya makan tuh pelan-pelan dinikmati” ucapnya sambil tersenyum.

Setelah selesai makan kue dan minum, Laura tiba-tiba mengungkapkan perasaannya terhadapku. Dia menggenggam tanganku dan membicarakan apa yang ada di dalam perasaannya saat ini. Aku merasa canggung saat itu.




Maaf lama banget updatenya haha. Dikarenakan abis hibernasi jadi baru sempet update....
Thanks untuk semua readers yang udah baca cerita ini, thanks juga buat Wildaaaa_03 yang udah kasih banyak semangat sehingga cerita ini terus berlanjut.

Jangan lupa vote dan comment. Thank you so much💛





Untuk Pertama KalinyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang