bab 20; malam pertama

465 22 5
                                    

"Lo ngapain di sini?!" teriak Keyna yang sudah sadarkan diri. Ia menarik bad cover untuk menutupi tubuhnya. Matanya terus menatap Kenan yang baru saja membuka mata. "Brengsek banget sih lo! Gue bisa laporin perbuatan lo ke komnas HAM!"

Kening Kenan berkerut, "komnas HAM?"

"KPAI maksud gue," Keyna masih menatap Kenan yang dengan santainya melanjutkan tidur. "Lo...nggak...."

"Iya."

Bug!

Kenan kembali bangun karena Keyna terus menerus memukuli tubuhnya. Tiba-tiba saja perempuan itu menangis dengan kencang. Hal itu membuat Kenan kebingungan.

Cup!

Keyna menghentikan tangisannya. Matanya terbuka lebar, ia bisa merasakan bibir Kenan mendarat di bibirnya. Setelah sadar Keyna mendorong tubuh Kenan agar menjauh, "Brengsek!"

"Anjir lo berdua brisik banget!" kali ini Tara yang tidak terima dengan ucapan Keyna yang terlalu keras sampai-sampai membuatnya terbangun. "Lo ngapain nangis sih Key?"

Budi yang sudah bangun sedari tadi hanya diam. Ia masih terkejut melihat Kenan yang langsung mencium Keyna, "Aelah Tar, lo gak tahu mereka tadi abis malam pertama?"

Keyna semakin terkejut melihat Budi dan Tara yang sedari tadi tidur di bawah, "Lo semua ngapain di kamar gue?!"

"Shut up!" teriak Budi membuat Keyna diam. Ia menatap ke arah Kenan, meminta kejelasan tentang apa yang menimpanya sekarang.

"Lo lagi di rumah gue. Masih baik gak gue suruh tidur di bawah," gerutu Tara.

"Lo jatuh ke kolam renang."

Keyna mencoba mengingat apa yang membuatnya bisa terjatuh. Namun, ia tidak bisa mengingat apapun. Terakhir yang ia tahu saat kepalanya pusing dan pandangannya menghilang.

"Lo gak inget?" tanya Kenan yang dijawab gelengan kepala perempuan itu.

"Rey bawa lo masuk ke dalam mobil dan..." Kenan menghentikan ucapannya. Ia menatap Keyna yang masih menunggu kelanjutan ceritanya. "Rey cium lo."

"Bohong!"

"Dan lo gue bawa ke sini."

"Enggak, pasti lo ngarang cerita," ujar Keyna tidak percaya.

Budi menguap dengan lebar, "Huaahhhmmm! Gue kasih tahu yang benar. Lo sama Kenan abis diena-ena."

Plak!

Satu tamparan dari Keyna memdarat di pipi Budi. Membuat Budi mengusap bekas tamparan Keyna, "Sekali lagi lo bilang, gue tampar."

"Brisik lo semua! Tidur lagi woy, pagi masih lama!" teriak Tara yang sudah kembali merebahkan tubuhnya.

Keyna menyibakkan bad cover yang tadi menutupi tubuhnya. Ia keluar dari kamar Tara, meninggalkan Tara dan Budi yang sudah kembali memejamkan mata. Kenan mengikuti Keyna yang keluar dari rumah Tara.

"Mau ke mana lo?" tanya Kenan menahan pergelangan tangan Keyna.

"Bukan urusan lo!"

Keyna mengusap air matanya sebelum Kenan melihatnya. Namun gerakannya kalah cepat dengan tangan Kenan, "Besok pagi gue antar lo pulang. Kepala lo masih pusing kan?"

Gimana gue bisa lupa kalau kepala gue pusing?  batin Keyna.

"Sori soal gue cium lo tadi."

"Lo marah sama gue?" tanya Kenan yang sedari tadi kehadirannya diacuhkan oleh Keyna.

"Pikir aja sendiri."

Keyna merebahkan dirinya di sofa. Tidak mungkin ia kembali masuk ke dalam kamar Tara, "Gue tidur di sini aja."

"Serah lo," jawab Kenan sebelum ia masuk ke dalam kamar Tara lagi. Anjir! Habis ngalus sekarang dingin lagi, awas aja lo.

Jam di dinding menunjukkan pukul satu pagi. Sudah satu jam dan Keyna belum bisa tidur. Ia masih memikirkan ucapan Kenan. Bagaimana kalau ucapan Kenan memang benar?

Pintu kamar Tara kembali terbuka. Keyna berpura-pura memejamkan mata. Ia mendengar langkah kaki yang semakin mendekat ke arahnya.

"Rey gak baik buat lo," ujar Kenan dengan pelan namun masih bisa Keyna dengar.

Kenan mengusap kepala Keyna dengan lembut. Ia juga menyelimuti tubuh Keyna yang sudah tertidur. Keyna masih melancarkan aksi berpura-puranya, ia ingin tahu sejauh mana Kenan perhatian dengannya. Namun, Kenan sudah pergi, ia kembali menutup pintu kamar Tara. Lo gak boleh baper sama Kenan lagi.

===

"Sialan lo! Gak guna banget sih lo!" Iren masih belum puas menyalahkan Rey yang gagal menjalankan aksinya.

"Bisa diem gak lo?! Mana gue tahu kalau Kenan ada di mobil gue."

Rey masih mengompres luka di wajahnya akibat pukulan dari Kenan. Bukan cuma di situ saja kesialannya. Ia harus mendengarkan umpatan Iren sejak dua jam tadi.

"Gue mau pulang."

"Gak boleh! Lo harus bantu gue nyusun rencana buat Keyna," ujar Iren menghalangi jalan Rey.

Mau tidak mau Rey menuruti ucapan Iren. Ia kembali duduk, "Mau lo apa lagi?"

Iren mengambil handphone di saku celananya, "Gue tahu siapa orang yang bisa bantuin gue."

"Punya apa lo?" tanya Iren dengan handphone  yang ia tempelkan ke telinga.

"...."

"Tergantung, kalau gue berhasil lo dapat jatah dari gue."

"..."

"Oke deal, awas aja kalau sampai lo ngebongkar."

"..."

"Yaudah, cepetan kirim fotonya ke gue."

Iren kembali mendekat ke arah Rey. Ia menyenderkan kepalannya di pundak Rey, Rey tidak menolak perlakuan Iren.

"Besok gue buat Keyna hancur," ujar Iren dengan senyum di wajahnya.

"Emang lo punya rencana apa?" tanya Rey.

Klung

Satu foto yang baru saja Iren terima. Ia memperlihatkan foto itu kepada Rey. Lelaki itu terkejut dengan orang yang ada di sana.

"Lo serius mau lakuin itu?" tanya Rey lagi.

"Kenapa? Lo kasihan sama dia?"

Rey mengangkat kedua pundalnya acuh, "Serah lo."

Keyna, Keyna, hidup lo sebentar lagi akan hancur, batin Iren.

===

Komen y

Vote y

Follow y

Tos! ✋

K I T A [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang