bab 31; misi penyelamatan

445 26 2
                                    

brak!

"BRENGSEK!"

Bug!

Bug!

"Lo kira gue enggak tahu kebusukan lo selama ini?!" ujar Kenan yang tidak henti-hentinya melempar tinju ke arah Tara. tidak tinggal diam Tara membalas perbuatan Kenan kepadanya.

Bug!

"Gak usah ikut campur urusan gue!" jawab Tara penuh penegasan.

Sementara itu Eliana berusaha menyadarkan Keyna yang masih memejamkan mata. Ia menatap bercak merah yang keluar dari dahi perempuan itu. Dengan bantuan Budi dan Arman, Eliana memindahkan Keyna ke dalam mobil. Di dalam mobil sudah ada Gigi dan Sura yang siap mengantar Keyna menuju rumah sakit. 

Melihat Iren yang diam-diam keluar dari pintu belakang rumah membuat Eliana dengan sigap menarik tangan Iren. Usaha yang dilakukan Iren sia-sia ketika Budi dan Arman juga menahannya. 

"Baru kali ini gue nemu cewek brengsek kayak lo," cibir Budi yang sudah geram dengan tindakan Iren selama ini.

"Jangan kira gue enggak tahu apa yang udah lo sama Tara lakuin," kali ini Eliana yang membuka suara. "Lo emang berhasil rebut Tara dari gue, lo juga berhasil rebut Kenan dari Keyna. Selamat, gue jadi tahu seberapa murah harga diri lo."

"Oh shit! lepasin gue!" umpat Iren.

Eliana menjajarkan wajahnya dengan Iren. Ia tersenyum penuh kemenangan karena sebentar lagi semua kebusukan Iren akan terbongkar, "Gimana udah puas main sama Tara?"

"Gilak udah longgar dong lo," ujar Budi diselingi tawa.

"Lo mau coba gak Man?" tanya Eliana pada Arman.

"Enggak nafsu gue sama bitch kayak dia," jawab Arman mengundang tawa Eliana dan Budi.

Iren hanya diam sembari mengumpat dalam hati. Bagaimana bisa ia ceroboh sampai Kenan datang ke sini. Eliana membawa Iren masuk ke dalam rumah lagi, mereka menunggu Kenan untuk memutuskan apa yang harusnya dilakukan. Kenan keluar dari dalam kamar dengan tangan yang menyeret tubuh Tara yang sudah babak belur dibuatnya. Melihat kondidi Tara yang memprihatinkan membuat Eliana mendekat ke arah Tara. Ia mengambil tisu dan membersihkan darah yang ada di wajah Tara.

"Pergi dari hadapan gue!" teriak Tara yang dihiraukan oleh Eliana.

"Pergi begok!" teriak Tara lagi.

Arman menarik tangan Eliana untuk menjauh dari Tara. Eliana menurut, ia segera menghapus air matanya yang sudah jatuh. Kenan masih berdiri menatap Tara dan Iren bergantian, "Ada yang mau lo berdua jelasin ke kita?"

"yaelah jawab aja," ujar Budi.

"Semua ide Tara," mendengar jawaban Iren membuat Tara menatap ke arah perempuan itu. "Sama kayak Keyna tadi, gue juga dijebak sama Tara. Dia udah perkosa gue dan ngancem gue."

"Apa lo bilang?!" Tara mendekat ke arah Iren. "Ini semua rencana lo yang mau balas dendam sama Keyna. Lo juga yang nyuruh gue buat lenyapin Rey dan nyuruh gue buat jebak Keyna."

Iren mendorong tubuh Tara, ia berlari memeluk tubuh Kenan dengan erat, "Gue enggak mungkin sejahat itu."

Kenan melepaskan pelukan Iren dengan kasar. Ia mencengram kedua bahu Iren sangat kuat sampai membuat Iren mengaduh kesakitan, "Gue udah tahu semuanya, jadi percuma lo bohongin gue."

"Kalau brengsek ya brengsek aja Ren. Kan lo juga yang udah nawarin tubuh lo buat Tara," sindir Budi.

eliana hanya diam mendengarkan perdebatan yang semakin membuat hatinya terluka. Kenan menatap Iren yang kembali bungkam setelah mendengar ucapannya, "Apa gue perlu ngomong sama bokap lo masalah ini?"

"Jangan!" ujar Iren dengan cepat.

"kita bicara di luar," Kenan menarik tangan Iren agar ikut dengannya. sementara ia menitipkan Tara pada Budi, Araman, dan Eliana.

Iren melepas genggaman tangan Kenan, "Gue sayang sama lo! gue maunya jadi pacar lo! kenapa  lo hianatin gue Ken?!"

"....."

"Gue lakuin ini semua biar lo  tahu kalau gue mau perjuangin lo. Gue benci sama Keyna yang dengan gampangnya dapetin lo. Gue benci sama Keyna yang bisa dekat sama temen-temen lo, sementara gue, gue diasingkan sama mereka."

"...."

"Cuma lo orang yang gue percaya setelah nyokap gue. Ken, kasih gue kesempatan buat lo jatuh cinta sama gue."

Kenan menarik Iren ke dalam pelukannya. ia mengusap puncak kepala perempuan itu, "Gue seneng kalau lo manja sama gue. Gue senang kalau sikap keras kepala lo itu bakalan kalah sama keras kepalannya gue."

"Gue sayang sama lo," ujar Iren pelan.

"Gue tahu lo sayang sama gue, gue juga sayang sama lo. Gue sayang dan mau lindungi lo karena lo sahabat gue dari kecil," Kenan menghela nafas panjang. "Lo orang yang bisa selamatin gue dari omelan nyokap. Lo yang bikin gue jadi anak tiri kalau di rumah. Dan waktu lo sama bokap pindah ke Amerika, gue sedih. Gue sengaja enggak mau ngantar lo ke bandara dengan alasan gue lagi sakit, padahal gue enggak mau kalau lo lihat gue nangis."

"lo nangis?" tanya Iren yang semakin membenamkan kepalannya ke dalam pelukan Kenan.

Kepala Kenan mengangguk, "Iya gue nangis, gue ngerasa waktu itu gue sayang smaa lo. Makannya pas lo pulang ke Indonesia sendiri gue seneng. Tapi bokap lo nyuruh gue buat bujuk lo. Bokap lo itu sayang banget sama lo."

"Kalau dia sayang sama gue, enggak mungkin dia ngajak gue pindah," jawab Iren degan isakan tangisnya.

"Alasan bokap lo ngajak lo pindah biar lo enggak sedih. Lo kira waktu nyokap lo meninggal, cuma lo yang sedih? Tiga hari bokap lo bolak-balik ke rumah gue. Gue lihat sendiri dia nangis di hadapan bokap gue," ujar Kenan.

Iren mendongakkan kepalannya menatap ke arah Kenan, "Tentang lo nerima cinta gue waktu itu?"

"Heheheh...gue cuma iya-iya aja waktu itu."

"sialan lo!" Iren meukul pelan dada Kenan.

"Ren, jadi lebih baik ya. Bukan karena gue, tapi karena kemauan lo sendiri."

Iren melepaskan pelukan Kenan. Ia menatap kedua mata Kenan penuh rindu, "Udah banyak kesalahan gue. Apa semua orang masih mau maafin gue?"

"Gue enggak tahu kalau lo belum coba."

===

"Lo pergi dari hidup gue," ujar Tara.

Budi dan Arman memilih berjalan-jalan sebentar sembari membiarkan Eliana dan juga Tara menyelesaikan masalah mereka. Eliana masih membersihkan darah Tara akibat pukulan Kenan, "Di saat gue sedih lo ada buat gue. Di saat gue butuh teman curhat, lo selalu dengerin curhatan gue. Sekarang di saat lo butuh gue, gue enggak bisa pergi gitu aja."

"Gue brengsek, gue udah hianatin kepercayaan lo. Gue selingkuhin lo, gue udah bikin lo sakit hati. Lo bisa ninggalin gue dengan alasan itu. Lagipula lo sama gue udah putus."

"Emang lo udah dengar persetujuan gue waktu lo bilang putus?" Tara menahan tangan Eliana agar perempuan itu berhenti mengobati lukanya. "Tar, semua orang punya salah. Kalau gue ninggalin lo belum tentu juga gue bisa dapat yang lebih baik dari lo. Kalau gue dapat yang lebih brengsek dari lo gimana?"

Tara menghapus jaraknya dengan Eliana, "Gue bodoh udah sia-siain perempuan kayak lo."

"Emang lo bodoh, semua ulangan aja lo masih remidi."

"Sialan," jawab Tara membuat Eliana tersenyum.

"Maafin gue, tapi kalau lo engg....."

"Gue udah maafin lo," jawab Eliana memotong ucapan Tara.

"Yang terpenting sekarang lo tangung jawab dulu sama apa yang udah lo perbuat," ujar Eliana lagi.

====

gimana?

divote y

dicoment y

bye

K I T A [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang