bab 21; masalah besar

424 26 4
                                    

Keyna masuk ke dalam kamar mandi, ia kembali memperhatikan penampilannya dari ujung kepala sampai ujung kaki. Tidak ada yang aneh di tubuhnya, namun sedari tadi sejak ia masuk melewati gerbang sudah menjadi pusat perhatian semua siswa. Pandangan aneh serta bisik-bisik yang mengosipkannya kembali dengan Kenan. 

"Eh ada bitch di sini," ujar Amanda yang baru saja masuk dengan Iren yang berjalan di belakangnya. Ya setelah kejadian tempo itu mereka berdua menjadi teman. Iren dan Amanda bahkan sama-sama gencar mencari masalah dengan Keyna.

"Di bayar berapa lo sama Kenan?" Amanda kembali bertanya. Namun, Keyna masih belum tahu ke mana topik pembicaraan mereka.

Iren berjalan lalu berhenti tepat di belakang Keyna. Ia menarik rambut Keyna yang tergerai, "Lo gak kapok sama gue?!"

"Aww! lepasih gue!" Keyna meronta-ronta berrusaha melarikan diri dari cengkraman Iren. tapi usahannya sia-sia. 

"Lo gak paham juga maksud gue?" Iren melepas rambut Keyna. Ia memberikan handphone miliknya pada Keyna. Keyna mengambil dan melihat apa yang sebenarnya dipermasalahkan.

"Enggak,"

"Enggak, ini gak kayak yang lo semua pikir," ujar Keyna membungkam mulut dengan tangannya sendiri.

Keyna ingat betul kapan foto dirinya memeluk Kenan itu diambil. Tepatnya kemarin ketika mereka berada di rumah Tara. Foto itu menampilkan Keyna yang sedang terlelap berada di dekapan Kenan. Siapa saja yang melihat foto itu tentu akan berpikiran buruk terhadap Keyna.

"Dari mana lo dapat foto itu?" tanya Keyna.

"Gak penting gue dapat dari mana. Yang terpenting semua orang tahu lo itu siapa. Enggak lebih dari pelakor," jawab Iren.

Setelah merasa puas melihat Keyna meringkuk di lantai dengan memeluk kedua lututnya Iren dan Amanda keluar dari kamar mandi. Membiarkan Keyna semakin tersiksa dengan pembalasannya. Keyna merasa tidak punya harga diri lagi. Percuma ia menjelaskan kepada semua orang karena mereka tentu saja lebih percaya dengan bukti yang sudah Iren sebar.

Keyna mengeluarkan handphone dari dalam tasnya. Ia mencari nama Kenan di daftar telpon miliknya.

"Udah puas lo bikin gue malu?!" ujar keyna langsung pada intinya.

"....."

"Gak usah pura-pura gak tahu. lo kan yang udah kirim foto ke Iren."

"...."

"Serah lo brengsek!"

"Key, lo di sini?" Keyna menatap seorang yang baru saja menyapannya. Sura dan Eliana mendekat dan langsung memeluk Keyna. Hal itu membuat air mata Keyna semakin deras mengalir. Sura melepas pelukannya, ia berjalan menutup pintu kamar mandi dan menguncinya dari dalam. Ia tahu Keyna sedang dalam kondisi yang sangat memprihatinkan.

"Budi udah jelasin ke kita. Gue percaya samalo bukan Iren," ujar Eliana.

"Tenang aja kan masih ada kita, gue sama yang lainnya gak akan ninggalin lo," Sura kembali memeluk Keyna sebentar sebelum mereka semua menyudahi sesi berpelukan. "Lo gak usah dengerin omongan anak-anak."

"Hiks...hiks....gak bisa. Mereka pasti benci sama gue. Mereka....hiks..."

"Husstt..udah lo nangis aja dulu kalau mau nangis. Kita temenin lo di sini sampai lo mau balik ke kelas," Keyna menganggukkan kepalannya mendengar ucapan Sura. Untung saja ia mempunyai teman seperti mereka yang mau mengertinya.

Sepuluh menit sudah Keyna menangis sejadi-jadinya. Ia menengelamkan kepalanya ke dalam lutut yang ia tekuk. Keyna mengusap air matanya yang tersisa. Mencoba mengatur nafasnya, Keyna menatap Sura dan Eliana yang masih duduk di sampingnya, "Gigi mana?"

K I T A [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang